Kisah Khalifah Umar Bin Khattab dan Mengalirnya Kembali Sungai Nil

Sungai Nil Tempo Dulu


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)

Pembaca budiman, Rahmat serta bimbinganNya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Kisah Umar Bin Khattab dan mengalirnya kembali sungai Nil adalah suatu bukti bahwa karomah yang dimilikinya meunjukkan beliau adalah sebagai seorang yang sangat dekat kepada Allah dan dalam segala hidupnya semata hanya menyandarkan kepada Allah Swt semata. 

Dahulu penduduk Mesir biasa menumbalkan seorang gadis sebagai persembahan terhadap Sungai Nil. Setiap berbicara Kota Mesir pasti akan terbayang dengan keberadaan Sungai Nil. Sungai Nil ini sudah ada sejak ratusan juta tahun silam dan menjadi sumber penghidupan penduduk Mesir dan Sekitarnya. Sungai Nil memiliki sebuah kisah / sejarah yang menarik. 

Pada masa Jahiliyyah atau sebelum Islam menyinari Kota Mesir, setiap datangnya bulan Bunah (Bulan Mesir) penduduknya sudah menjadikan tradisi persembahan terhadap Sungai Nil yang tidak pernah kering walaupun pada musim kemarau yang panjang sekalipun. Adapun persembahan yang dilakukan penduduk Mesir tersebut, adalah dengan cara menumbalkan seorang gadis untuk diceburkan ke dalam sungai. 

Ketika Rasulullah saw, datang dan menyebarkan agama Islam, tradisi itu sempat diberhentikan dan dilupakan oleh penduduk Mesir tersebut. Pada era/masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab r.a. Suatu ketika sungai Nil airnya mengering sehingga penduduk Mesir itu merasa khawatir dengan keadaan tersebut, padahal sebelumnya air sungai itu tidak pernah mengering. 

Dari cerita Qais bin Al-Hajjal yang ditulis oleh Syaikh Mahmud Al-Mashri dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Oleh Ustad Abdul Somad Lc, . Tentang kisah Sungai Nil mengering airnya. Penduduk Mesir berbondong mendatangi Gubernur Kota Mesir, Amr bin Al-Ash. 

"Wahai Gubernur, Sungai Nil kami ini memiliki tradisi, dia tidak akan mengalir jika tradisi itu tidak dilaksanakan" ujar salah seorang dari rombongan penduduk Mesir.

Amr bin Al-Ash pun bertanya, apakah tradisi itu? Orang itupun menjawab, "Jika telah lewat 13 malam dari hitungan bulan ini (Bunah), kami akan meminta seorang anak perempuan yang masih gadis dari orang tuanya, dan kami rayu agar mereka rela /iklas menyerahkan putrinya. Dan kemudian akan kami hiasai anak perawan itu dengan perhiasan dan pakaian yang terbaik. Kemudian kami akan buang/diceburkannya ke Sungan Nil", kata dia. 

Amr bin Al-Ash pun menolak permintaan/usulan penduduk Mesir untuk melakukan tradisi mereka dan menjelaskan bahwa tradisi tersebut tidak tertera dalam ajaran Islam. Agama Islam telah menghancurkan tradisi-tradisi sejenis itu.

Bunah pun berlalu, hingga datangnya Abib (bulan ke-sebelas menurut hitungan kalender Qubti dan Masra), namun Sungai Nil tak kunjung datang air mengalirnya. Lantas penduduk mendesak untuk melaksanakan tradisi mereka, hingga sang Gubernur kehabisan akal untuk melarangnya dan pada akhirnya Gubernur memutuskan untuk mengirim surat kepada sang Khalifah Umar bin Khattab r.a.

Dalam suratnya Amr bin Al-Ash menjelaskan perihal keadaan kota Mesir dan keringnya Sungai Nil, serta keputusannya melarang warga melakukan persembahan terhadap sungan Nil. Umar Bin Khattab r.a. membalas surat Amr bin Al-Ash dan dalam suratnya dia berpesan, apa yang telah dilakukan engkau itu sudah benar. "Saya mengirim satu kartu di dalam surat saya ini. Buanglah katru itu ke dalam Sunagi Nil" tulis Umar.

Ketika surat dari Umar bin Khattab tiba, Amr bin Al-Ash segera mengambil kartu tersebut dan membaca tulisan dalam surat tersebut : "Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin, untuk Sungai Nil penduduk Mesir Amma ba'du, jika engkau mengalir karena kehendakmu dan perkaramu, maka janganlah engkau mengalir karena kami tidak membutuhkanmu. Namun jika engkau mengalir karena perintah Allah Yang Maha Esa dan Kuasa, Dialah yang telah membuatmu mengalir. Kami memohon kepada Allah agar Dia membuatmu mengalir".

Kemudian Amr bin Al-Ash melaksanakan pesan Khalifah Umar bin Khattab itu, untuk membuang kartu tersebut ke dalam Sungai Nil. Keesokan harinya, tepatnya pada hari Sabtu Pagi, Allah SWT membuat Sungai Nil kembali mengalir bahkan hingga setinggi 17 hasta dalam waktu satu malam.

Dan hingga kini sungai Nil menjadi sungai yang tak pernah kering meski musim kemarau panjang melandanya.  Penduduk Mesir juga telah berhenti dan meninggalkan tradisi persembahan mereka hingga saat ini. 

Demikian uraian Kisah Khalifah Umar Bin Khattab dan Mengalirnya Kembali Sungai Nil. Semoga yang sedikit ini dapat menambah wawasan untuk dapat kita renungkan dan menambawah keyakinan kita terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. aamiin.       

0 Response to "Kisah Khalifah Umar Bin Khattab dan Mengalirnya Kembali Sungai Nil "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel