Rasulullah SAW. Teladan dalam Akhlak dan Pencinta Ilmu Pengetahuan.



Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (katagori posting Mu'amalah)

Pembaca budiman Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Rasulullah SAW teladan dalam akhlak dan pencinta ilmu pengetahuan. Islam merupakan agama yang sangat menjaga kedudukan akhlak dan juga tak mengelakkan ilmu pengetahun. Funsi keduanya tidak dapat dipisahkan dalam membentuk masyarakat Muslim yang ideal. 

Akhlak yang baik (akhlaqul karimah) merupakan prasyarat mutlak yang menentukan derajat seseorang. Akhlak berkaitan dengan soal bagaimana seseorang menuntut ilmu pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan. Seorang Muslim yag baik, mencintai ilmu tanpa harus bersikap sombong lantaran telah merasa lebih mengetahui. Dalam konteks inilah sosok Rasulullah saw. dapat dipandang sebagai figur yang paripurna. 

Deden Makbuloh menulis artikelnya pada Jurnal Ijtimaiyyah (Februari 2014) bahwa Rasulullah SAW telah mencapai puncak keilmuan. Sebagai utusan Allah, Beliau mengatahui hukum Alquran sampai sedetail-detailnya kemudian menyampaikan serta menjelaskannya kepada manusia. Oleh karena itu, Rasulullah saw. merupakan teladan sekaligus sumber rujukan utama dan pertama bagi segenap kaum muslimin, baik yang hidup sezaman dengannya maupun generasi-generasi kemudian. 

Dalam sebuah hadits riwayat at-Thabrani, Rasulullah saw, menghimbau segenap kaum muslimin : "Jadilah engkau orang yang berilmu atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang bodoh, maka kamu akan binasa" 

Sebagai sumber ilmu-ilmu agama Islam, Rasulullah saw. menumbuhkan dan mengembangkan sunnah sebagai referensi bagi kehidupan umat manusia hingga akhir zaman. Nabi saw. mendidik umatnya melalui sunnah agar mereka selamat di dunia dan akhirat. 

Papar Makbuloh, Rasulullah saw. sebagai pendidik Beliau menerapkan sejumlah prinsip yang dapat ditiru orang-orang saat ini, contohnya sebagai berikut :

Pertama. 
Kemudahah akses. Rasulullah saw. hidup berbaur dengan umatnya, baik di Makkah, Madinah, atau di daerah manapun yang sempat disinggahi Beliau. Dalam memberikan pengajran, Nabi saw. tidak menempatkan hijab/batas antara diri beliau dan para sahabat. 

Rasulullah saw. juga tidak pernah menghalangi seseorang dari menjumpai beliau hanya lantaran status sosialnya. Malahan Nabi saw. memilih tempat-tempat yang strategis sebagai lokasi mejelis ilmu. Makbuloh mencontohkan, Rasulullah saw. sempat memakai rumah seorang shabatnya, al-Arqam, sebagai tempat mengajarkan Alqur'an ketika di Makkah. 

Saat itu Islam masih disebarkan dengan cara sembunyi-sembunyi demi menghindari konflik terbuka dengan kaum musyrik. Tidak jarang pula rumah Nabi saw. sendiri yang menjadi lokasi majelis. Ketika Islam mulai kukuh, utamanya selama di Madinah, masjid menjadi lokasi yang lebih kerap dipilih Nabi saw. sebagai tempatnya mengajarkan Alqur'an serta menyampaikan pesan-pesan. Biasanya, kegiatan ini dimulai setelah pelaksanaan shalat berjamaah. 

Kedua.
Keanekaan peran. Kadangkala, Nabi saw. tidak cukup hanya berperan sebagai pendidik saja. Sering pula beliau menjalankan fungsi selaku hakim, pemberi saran, atau pemimpin yang memberikan instruksi. Ini semua bergantung pada konteks keadaan dan persoalan yang sampai kepadanya. 

Ketiga.
Rasulullah saw. selalu peka terhadap kapasitas lawan bicaranya. Beliau berbicara dengan memperhatikan kadar kemampuan akal mereka. Sebab, tiap orang memiliki tingkat pengetahuan dan konteks yang berbeda-beda. Dengan mermperhatikan hal itu, penyampaian ilmu atau pesan-pesan tidak akan menimbulkan kesalah pahaman. 

Makbuloh menjelaskan ; Rasulullah saw. selalu mempertimbangkan perbedaan kadar tiap lawan bicaranya. Kepada orang yang dinilai cerdas, beliau cukup menggunakan isyarat. Adapun dengan orang yang daya tangkapnya terbatas, maka beliau menjelaskan dengan contoh-contoh yang lebih konkrit. 

Sebagai contoh ; Ada sebuah hadits riwayat dari Abu Hurairah; "Seorang laki-laki dari Bani Fazrah datang kepada Nabi saw.  kemudaian berkata : "Istriku melahirkan seorang anak yang berkulit hitam dan aku tidak mengakui anak itu. Rasulullah bertanya : Engkau mempunyai unta? Ia menjawab : Ya. Beliau bertanya lagi ; apa warna kulit untamu itu? ia menjawab Merah. Beliau bertanya ; apakah pada kulitnya terdapat warna kelabu kehitam-hitaman? Ia menjawab : Mungkin warna itu berasal dari keuturnannya. Maka beliau berkata : Inipun (anak lelaki Bani Fazarah itu) mungkin saja dari keturunannya. 

Rasullah saw. juga sangat hati-hati dalam menentukan sikap. Bila suatu kejadian belum mendapatkan hukumnya berdasarkan firman Allah, maka beliau lebih memilih diam hingga mendapat petunjuk dari-Nya. Bila sudah ada hukumnya, maka penerapan yang paling mudah dan sesuai itulah yang dipilih beliau. Dalam sebuah hadits yang terhimpun Musnad Imam Ahmad, Rasulullah saw bersabda : "Ajarkanlah, permudahlah dan jangan mempersulit" 

Keempat.
Kesabaran. Hal ini terutama berkaitan dengan cara Alquran diturunkan Allah kepada Nabi saw. melalui Malaikat Jibril AS. Kitab suci ini sampai secara berangsur-angsur, tidak seketika utuh secara lengkap. Oleh karena itu, Rasulullah saw. mengajarkan Alquran dan menerapkannya seiring dengan tahapan-tahapan turunnya Alquran itu. Proses pengajaran ini memerlukan waktu yang panjang dan daya juang yang tinggi. 

Kelima. 
Hubungan yang erat. Meskipun berkedudukan amat mulia, baik di tengah umat manusia maupun di hadapan Allah, Rasulullah saw. menyukai kerendahan hati. Sebab itulah kunci untuk menjalin komunikasi dan relasi yang baik dengan siapapun.  Dengan demikian, pengajaran ilmu pengetahuan akan lebih diterima dengan simpati dan mendapatkan khalayak yang semakin luas. 

Keenam.
Menghindari kecenderungan monoton. Adalah wajar bagi seseoarang untuk bosan dalam menghadapi rutinitas. Oleh karena itu, Rasulullah saw. membuat pengajarannya secara variatif. Selain untuk mengelak dari kebosanan, cara ini juga berfungsi membuat para pendengarnya lebih terkesan. Makbuloh mengutip hadits riwayat Ibnu Mas'ud : "Nabi saw, memilih hari-hari tertentu untuk menyampaikan mauidzahnya kepada kami karena beliau khawatir kami merasa bosan"

Segenap prinsip pengajaran itu dapat bermuara pada fungsi akhlak di tengah manusia. Betapa pentingnya persoalan akhlak ini di atas limu pengetahuan. Sekalipun umpamanya, yang disampaikan seseorang itu hanyalah sains murni, tetapi cara pengajrannya dengan akhlak, maka itu lebih bernilai islami karena sesuai dengan keteladanan Rasulullah saw. Apatah dengan pengajaran ilmu-ilmu agama. 

Oleh karena itu cakrawala keilmuan seorang ulama hendaknya berbanding lurus dengan keluhuran budi pekerti yang bersangkutan di tengah masyarakat. Bila tidak demikian, ulama tersebut dapat dikatakan belum utuh mengikuti akhlak Rasulullah saw. 

Demikian uraian materi Rasulullah saw. Teladan dalam Akhlak dan Pencinta Ilmu Pengetahuan. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam pengamalan agama

0 Response to "Rasulullah SAW. Teladan dalam Akhlak dan Pencinta Ilmu Pengetahuan."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel