Sejarah Syariat Puasa Arafah, Tak Lepas Dari Kisah Nabi Ibrahim AS.

 

 Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Aqidah)

 
Pembaca budiman Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, dengan harapan  mendapat kebahagiaan, dan berharap pula Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
 
Masih ada sebagian ulama yang memberikan pengertian bahwa puasa Arafah ini selalu dikaitkan dengan wukuf yang ada di Mekah berkait dengan ibadah haji. Benarkah demikian?. 
 
Mari kita bersama-sama menilik kebelakang, sejarah syariat puasa arafah yang sering menjadi perdebatan, namun tidak mendasarai dalil atau sejarah puasa arafah tersebut. 
 
Puasa Arafah sudah disyari'atkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, jauh--jauh hari sebelum ada syariat haji. Untuk lebih lengkapnya mari kita coba mengulik sejarah puasa Arafah dari sumber yang benar disertai dengan keterangan hadits yang menjelaskannya. 
 
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, sudah melakukan puasa arafah sebelum beliau melaksanakan ibadah haji atau wukuf di padang Arafah. 
 
Keterangan di atas dinyatakan oleh hadits riwayat Nasai, dari salah satu istri Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yang berbunyi sebagai berikut : 
  أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
"Bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, terbiasa berpuasa setiap tanggal 9 Dzulhijjah, hari 'Asyura, tiga hari setiap bulan (ayaumil Bird), Senin pertama dari setiap bulan, dan dua kali Kamis. (HR. Nasai  2429 dan dishahihkan al-Albani).  
 
Dan ada lagi hadits dari Maimunah Radiyallahu anha, beliau menceritakan : 
أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِى صِيَامِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلاَبٍ وَهْوَ وَاقِفٌ فِى الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ ، وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
"Manusia ragu apakan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, berpuasa ketika hari arafah. Kemudaian aku membawakan segalas susu ketempat beliau wukuf. Lalu beliau meminumnya dan orang-orang disekitar melihatnya". (HR. Bukhari 1989 dan Muslim 2692). 

Jadi puasa arafah yang dilakukan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, adalah sudah dimulai ketika Nabi SAW berada di Madinah baru bermukim 2 tahun. (Tahun ke-2 beliau Hijriyah dari Mekah). Sedangkan disyariatkan untuk berhaji bagi kaum Muslimin, baru diperintahkan pada tahun ke-9 Hijrah Beliau. 
Jadi dari keterangan di atas bahwa puasa arafah tidak terkait dengan wukuf di arafah dalam kegiatan ibadah haji. Sebab sebelum ada ibadah haji, puasa arafah sudah dijalankan oleh Rasulullah SAW pada tiap satu tahun sekali, di tanggal 9 Dzulhijjah.(Puasa Arafah).  

Sejarah Syariat Puasa Arafah. 
Puasa Arafah tidak dapat dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim AS, yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya yaitu Ismail AS, melalui mimpinya.  Nabi Ibrahim sering ke Mekkah untuk menengok putranya, Ismail AS, yang tengah diasingkan bersama ibunda Siti Hajar di tempat yang gersang dan tandus. 

Ketika Ismail AS menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim AS, bermimpi bahwa Allah SWT mmerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail AS.  Mimpi tersebut datang di tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, sehingga Nabi Ibrahim AS, bingung. Sebab beliau sangat memahami bahwa mimpi seorang nabi adalah merupakan salah satu cara Allah menurunkan wahyu. 

Maknanya mimpi tersebut adalah perintah Allah yang harus beliau laksanakan untuk menyembelih putranya. Dengan kejadian tersebut Nabi Ibrahim AS, terus memikirkan hal itu. Sebab sebagai seorang ayah tentu tidak ingin mengorbankan putranya dengan menyembelihnya. 
Hal ini tentu sangat berat apa yang Allah perintahkan dalam meimpinya tersebut. Apalagi putranya itu adalah seorang anak yang sudah bertahun-tahun di tunggu kelahirannya. 

Namun sebagai seorang Nabi beliau harus melaksanakan perintah untuk menyembelih putranya tersebut.  Kegamangan yang menyelimuti hati Nabi Ibrahim AS, akhirnya mengantarkan beliau pada keyakinannya untuk mengurbankan dengan menyembelih putranya, Ismail AS. 

Keyakinan Nabi Ibrahim AS, telah mantap bahwa beliau harus melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, seiring datangnya mimpi pada malam 9 Dzulhijjah. Nah pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah inilah yang di namakan hari Arafah, dan dilaksanakan puasa Arafah. Lalu pada tanggal 10 Dzulhijjah Nabi Ibrahim melaksanakan perintah-Nya untuk menyembelih anaknya. 
 
Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-Nya di dalam Al-Qur'an sebagai berikut :    
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu" Ia menjawab : "Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in-sya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS, Ash Shaffaat/37 : 102)  
 
Kemudian setelah dialog antara Nabi Ibrahim dan Ismail, Ibrahim memeluk putranya sambil berkata : "Bahagianya aku memiliki seorang putra yang taat kepada Allah dan bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya untuk melaksnakan perintah Allah, menyembelih putranya.
 
Berdasarkan kisah Nabi Ibrahim AS, tersebut di atas maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, memerintahkan kepada umatnya untuk puasa di hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Dan pada waktu itu bertepatan pada tahun ke- 2 Hijrah Beliau di Madinah.
Sementara perintah disyariatkan untuk berhaji adalah pada tahun ke- 9 Hijrahnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Maka puasa Arafah telah ada 7 tahun sebelum ada pelaksanaan ibadah haji. Puasa Arafah tidak musti harus dijalankan bertepatan dengan wukuf di Mekkah.  
 
Diperintahkannya atau disyari'atkannya Puasa Arafah adalah berkaitan dengan peristiwa mimpi Nabi Ibrahim AS diperintahnya untuk menyembelih putranya yaitu Ismail AS.  Dan waktunya adalah bertepatan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
 
Waktu pelaksanaan penyembelihan tepatnya tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS, yang melakukannya dengan hati yang tenang dan ikhlas mengikuti perintah-Nya.  Namun berulang kali mengalami kegagalan hingga Nabi Ibrahim merasa telah gagal melaksanakan perintah-Nya.
Saat itu Allah SWT menyapa dan memanggil Nabi Ibrahim sebagaimana firman-Nya dalam al-qur'an surat Ash Shaffaat pada ayat 104-106. 
 
"Dan Kami panggilah dia : Hai Ibrahim" (QS, Ash Shaffaat : 104)
"Sesungguhnya kamu (Ibrahim) telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik" (QS, Ash Shaffaat : 105)
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata" (QS, Ash Shaffaat : 106)
 
Maka berdasarkan sejarah dari kisah Nabi Ibrahim AS, tersebut terkait pelaksanaan Puasa Arafah atau puasa di hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, di setiap negara akan berbeda satu sama lain, sebab tergantung pada hasil rukyah di masing-masing negara tersebut. 

Dengan kata lain puasa Arafah atau puasa di hari Arafah tidak ditentukan oleh waktu wukuf para jama'ah haji di Padang Arafah. Karena keduanya merupakan dua hal yang berbeda. 
Hal ini perlu dipahami mengngingat masih ada yang melaksanakan puasa arafah dengan mengacu pada waktu wukuf di Padang Arafah. 

Adapun sahnya pelaksanaan wukuf di waktu haji haruslah dilaksanakan di padang Arafah. Hal ini didasarka pada hadits berikut : 
 فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقِفًا بِعَرَفَةَ
"Di sana aku melihat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam sedang wukuf di Arafah". (HR. Bukhari no. 1553)
Hadits ini potongan dari hadits yang panjang, yang menceritakan tentang Wukuf.
Oleh sebab itu, mereka yang sedang atau tengah berhaji dan melaksanakan wukuf di padang Arafah, tidak dusunnahkan untuk mengerjakan puasa. 

Kesimpulannya puasa Arafah adalah puasa yang dikerjakan di hari Arafah dan hari arafah adalah bertepan tanggal 9 Dzulhijjah, dan tidak harus bersamaan dengan waktu wukuf di Arafah. Wallahu'alam Bishawab.

Demikian uraian singkat materi "Sejarah Syariat Puasa Arafah, Tak Lepas Dari Kisah Nabi Ibrahim AS. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita, dalam pengamalan Agama Islam yang mulia ini. Aamiin...

0 Response to "Sejarah Syariat Puasa Arafah, Tak Lepas Dari Kisah Nabi Ibrahim AS. "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel