Daftar Nama Ulama Besar Yang Hidup Membujang.

Ilustrasi 3 Ulama Besar Yang Rela Membujang Demi Ilmu Pengetahuan. 

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)

Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta megiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Nama-nama ulama besar yang dalam hidupnya tetap membujang adalah Syeikh Imam Nawawi, Imam Dhahabi seorang sejarawan handal, Imam Ibnu Jaris at-Thobari, sejarawan terkemuka abad pertengahan, Imam Zamakhsary pakar Nahwu dan Bahasa, Imam Syafi'i,  dan masih banyak lagi yang tidak dituliskan dalam artikel ini. 

Kejombloan Syeikh Imam Nawawi  dan Imam-imam lainnya, bahkan ditulis atau dibukukan oleh Syeikh Abu Ghuddah - murid sekaligus khodim dari Syekh Zahid Kautsari yang merupakan mufti terakhir dari kekalifahan Turki Utsmani ; dalam risalahnya yang berjudul Kitab "Al-Ulama Al-Uzzab Alladhina Atsarul Ilma A'la Zawaj".  

Di dalam kitab tersebut, yang paling spesifik adalah menceritakan tentang Syeikh Imam Nawawi yang menempuh hidupnya dengan membujang. Khalayak pasti tidak menyangka kalau Syeikh Imam Nawawi yang (wafat 676 M) seorang ulama tersohor bermazdhab Syafi'i, yang menulis sebanyak kurang lebih 40 karya ilmiah terkenal, lebih memilih hidup membujang. Baginya memiliki istri tidak lebih berarti dibandingkan ngaji, ngaji dan ngaji. 

Seorang syekih Abu Ghuddah sempat berpikir. Se-alim Imam Nawawi tidaklah berpikir untuk mempunyai keterunan guna meneruskan gen keulamaannya?. Salah satu karomah yang dimiliki Syeikh Imam Nawawi, adalah jari tangannya dapat mengelurkan cahaya saat menulis sebagai penerang, tatkala lampu sedang padam.   

Hal demikian juga dimiliki oleh Syeikh Imam Rafi'i, tetapi bukan jari tangannya yang bercahaya, melainkan pohon yang ada disampingnya sebagai teman menulis. Konon Imam Nawawi juga diakui sebagai (Wali Kutub). Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athas juga mengatakan bahwa Imam Nawawi adalah (termasuk wali kutub Hadramaut) dan pernah menitip pesan untuk Syeikh Ali Baros. (penyusun Ratib Al-Athas), supaya membaca kitab karya Imam Nawawi. 

Dari cuplikan kisah di atas, kepada para jomblowan-jomblowati yang dimuliakan Allah, tidak usah khawatir. Sebab Ulama-ulama besar-pun banyak yang memilih hidupnya menjomblo hingga wafatnya. Pilihan anda-anda semua adalah langkah ulama-ulama besar yang tidak diragukan ketokohan dan kebesarannya. 

Kembali ke Imam Nawawi, kita dapat menemukan prinsip beliau dalam mukodimah (bagian pembuka) kitab Al Majmu') (kitab komentar dari kitab Al-Muhaddzab).  
Dalam kitab itu Imam Nawawi secara tegas menyatakan dukungan atas madzhab jomblonya dengan mengutip beberapa argumen ulama. Seperti al-Khatib al-Bagdadi (ulama ahli hadits dan sejarawan) yang berpesan sebagai berikut : 

Artinya : "Seorang penuntut ilmu dianjurkan untuk menjomblo sebisa mungkin. Agar fokus belajarnya tidak terganggu oleh kesibukan rumah tangga dan repot mencari nafkah". (Lihat Al-Majmu' Syarah Al-Muhaddzab, juz 1 hal. 35).  
Selain ucapan di atas juga ada pula ucapan seorang sufi besar : Ibrahim bin Adham sebagai berikut : 

"Barang siapa yang disibukkan dengan mulus paha para wanita, maka tidak akan bahagia" ( Al-Majmu' Syarah Al-Muhaddzab juz 1 hal. 35). Berikutnya Imam Nawawi juga mengutip ucapan Syufyan at-Tsauri (seorang mujtahid mutlak berkebangsaan Kufah) yang bagi saya cukup menggelikan. 
"Ketika seorang faqih (orang yang menguasai ilmu agama) menikah, maka ia telah menaiki perahu mengarungi lautan. Jika sudah memiliki anak, berarti telah ia hancurkan perahu itu" (Al-Majmu' Syarah Muhaddzab, zuj 1 hal. 35). 
Pernyataan ini adalah yang sangat menarik dari Syufyan at-Tsauri. Menurutnya seorang fakih ketika menggauli istinya, seolah sedang meniti perahu mengarungi lautan luas yang begitu indah dengan pesonanya. Tetapi ketika istrinya sudah melahirkan seorang anak, ia telah menghacurkan perahu itu. Otomatis si-Fakih tenggelan di tengah lautan yang dalam. Dalam mukoddimah kitab Majmu'-nya Imam Nawawi melanjutkan : 
"Saya menegaskan semua ucapan ulama di atas (yang menganjurkan membujang) sesuai prinsip saya. Bahwa orang yang tidak membutuhkan menikah, sunnah menjoblo. Begitupun bagi yang merasa butuh, tetapi belum punya baiaya". (Al-Majmu' Syarah Muhaddzab, zuj 1 hal. 35). Namun jangan salah paham. Bukan Imam Nawawi mengingkari anjuran menikah sunnah rasul. 

Dalam karya-karya ilmiahnya sebagaimana ulama pada umumnya tetap menuliskan Bab Nikah sebagai anjuran dalam Islam. Berikut saya kutip dari kitab Al-Majmu' pada bagian Bab Nikah. Secara tegas beliau sampaikan bahwa hukum asal nikah adalah zais (boleh). 
Artinya : "Tekait hukumnya, nikah telah disyasiatkan dalam Al-Qur'an dan hadits sebagaimana telah kami paparkan teksnya masing-masing. Para fuqaha (ahli hukum Islam) berbeda pendapat, apakah nikah itu wajib, atau boleh. Kalau madzhab kami (Syafi'i) boleh". (lihat Majmu' Syarah al-Muhaddzab juz 17 hal. 202). Kesimpulannya Imam Nawawi adalah termasuk orang yang tidak membutuhkan nikah. 

Justru seandainya nikah, menurutnya fokus pengabdiannya terhadap ilmu agama akan terganggu. Berkat tirakat jomblonya itu, ia bisa fokus menulis banyak karya ilmiah yang representatif dan dirujuk banyak kalangan. Muhamad Abror Pengasuh Madrasah Baca Kitab, pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon. Hikmah Imam Nawawi Ulama. 

Demikian uraian singkat "Daftar Nama Ulama Besar Yang Hidup Membujang". Semoga bermanfaat dan menambah wawasan dalam pengamalan agama Islam yang mulia ini. Aamiin. 

0 Response to "Daftar Nama Ulama Besar Yang Hidup Membujang. "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel