Rasulullah SAW. Selalu Menjadikan Sutrah Dalam Shalatnya.

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Shalat).

Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercuah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Shalat adalah perintah wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap umat muslim yang sudah masuk usia baligh serta sehat akal dan pikirannya. Shalat adalah salah satu ibadah yang sangat agung dan mulia.  Betapa tidak Allah dan Rasulnya selalu menyebutnya, memuji orang-orang yang menegakkannya, dan mengancam keras bagi orang-orang yang melalaikannya, apalagi meninggalkannya.
Terlalu panjang masalah ini apabila kita uraikan secara lengkap. 

Setiap muslim dan muslimat pasti mendambakan shalatnya diterima oleh Allah SWT.  Namun bagaimana cara agar amal ibadah shalat ini diterima oleh-Nya, berpahala dan tidak sia-sia belaka?. 

Pertama : Ikhlas seorang harus benar-benar memurnikan niatnya hanya untuk Allah SWT, bukan karena pamrih kepada manusia, bangga terhadap dirinya sendiri, atau penyakit hati, misalnya riya' dan lain sebagainya.  Syarat ini memang berat bahkan lebih berat dari syarat yang kedua, namun barangsiapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh, niscaya akan dimudahkan oleh Allah SWT.

Kedua : Al-Ittiba'. Seorang harus berupaya untuk mencontoh tata cara shalat yang telah dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaiman sabdanya dalam hadits sebagai berikut : 

"Shalatlah sebagimana kalian melihatku Shalat" (HR. Bukhari dan Muslim)

Kosekuensi syarat yang kedua ini tentunya adalah dengan ilmu. Sebab bagaimana mungkin kita akan shalat sebagaimana Nabi SAW, jika tidak mengetahui ilmunya?. Diantaranya petunjuk Nabi SAW, dalam shalat  adalah tentang "SUTRAH". Sebab mengingat begitu pentingnya masalah ini dan kebanyakan masih terabaikan sunnah ini, di lapisan mayotitas masyarakat sekarang pada umumnya. Untuk itu penulis terdorong untuk menulisnya walaupun secara singkat. 

Definisi atau Pengertian "SUTRAH".
Sutrah adalah sesuatu pembatas bagi seorang yang sedang shalat yang terletak dihadapannya, agar dapat menjadi batas untuk orang yang melewati didepannya.  

Perintah Bersutrah.
Sutrah adalah sesuatu hal yang harus diperhatikan ketika shalat. 
Ketahuilah wahai saudaraku yang mulia, semoga Allah menambahkan ilmu bagimu. Bahwasanya Nabi SAW, selalu menjadikan "sutrah" dalam shalatnya, baik ketika safar, ataupun tidak, di dalam bangunan atau di tanah lapang, di masjid, di rumah, dan sebagainya. Beliau terkadang bersutrah dengan tembok, tiang masjid, ranjang ketika shalat di rumahnya, pelepah kurma dan sebagainya ketika sedang shalat di tanah lapang. Dan ketika beliau berada di Masjid beliau bersutrah dengan tembok dinding masjid, atau dengan tiang masjid ketika beliau sedang shalat sunnah baik tahiyatul masjid atau sunnah-sunnah yang lainnya. Kadang beliau bersutrah memposisikan dibelakan tiang masjid, sebagaimana ilustrasi gambar di atas. 

Nabi SAW. dalam hal ini juga memerintahkan secara lisan sebagaimana tertera dalam banyak hadits, diantaranya adalah sebagai berikut :

"Dari Ibnu Umar berkata : Rasulullah SAW bersabda "Janganlah engkau shalat kecuali menghadap sutrah, dan janganlah engkau biarkan seorangpun lewat di depanmu. Apabila dia enggan, maka perangilah karena sesungguhnya bersamanya ada qarin (setan)" [HR. Muslim]. 

Keterangan dari hadits lain sebagai berikut : 

Dari Abu Sa'id Al-Khudri berkata : Rasulullah s.a.w. bersdabda : "Apabila salah seorang diantara  kalian melakukan shalat, maka hendaknya dia bersutrah dan mendekat kepadanya (kepada sutrah itu). Dan janganlah dia membiarkan seorangpun lewat didepannya. Apabila dia enggan maka perangilah karena dia adalaha setan" (HR. Abu Dawud 697, Ibnu Majah 954, dengan  sanad Hasan.

Dan juga terdapat hadits lain dari Sahl Abu Hatsmah yang di dapat dari Nabi SAW. sebagai berikut : 

"Apabila diantara kalian shalat, menghadap sutrah, biarkan dia menutupnya, dan setan tidak akan memotong sholatnya terhadap dia. Dan dalam lafadh Ibnu Khuzaimah : Jika salah satu dari kalian shalat, jangan biarkan dia (setan) bersembunyi dan mendekati sutrah, karena setan lewat diantara tangannya".  (Shoheh Riwayat Ibnu Syaiban 1/279, Ahmad 4/2., Abu 695). 

Dari ketiga hadits di atas yang sangat lengkap dan terdapat dari sumber yang shaheh, maka sangat perlu kita memperhatikan "Sutrah" ketika kita hendak shalat agar hal ini dapat sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Nabi Muhammad, shalallahu 'alaihi wa sallam. 

Jarak Dengan Sutrah. 
Inilah hadits yang menerangkannya tentang jarak dengan sutrah : 

"Dari Sahl bin Sa'ad berkata : Jarak antara tempat shalat Rasulullah SAW, dengan dinding (sutrah) adalah seukuran tempat lewatnya kambing" (HR. Bukhari 1/574 dan Muslim 4/225). "Dalam riwayat lain : Jarak antara tempat berdirnya Nabi SAW. dengan kiblat adalah seukuran tempat berlalunya domba". (HR. Shaheh Abu Dawud 1/11).  

Keadaan ini adalah yang sering dipraktekkan Nabi SAW karena hadits di atas adalah menceritakan tentang kejadian di masjid beliau. Dengan demikian berarti jarak dengan sutrah sangat dekat, sehingga tatkala sujud, kepala berdekatan dengan sutrah. Tidak ragu lagi bahwa hal ini lebih utama.

Sutrah Imam Termasuk Juga Sutrahnya Makmum. 

Makmum tidak berkewajiban bersutrah karena sutrah dalam shalat berjama'ah merupakan tanggung jawab imam. Oleh sebab itu para sahabat, ketika shalat bersama Nabi SAW, tidak diperintah membuat sutrah. Maka Nabi SAW bersabda jangan ada yang meyakini atau menganggap bahwa setiap makmum sutrahnya adalah makmum di depannya. Lalu bagaimana konsekuensinya kepada makmum?. Setiap makmum harus mencegah orang yang lewat didepannya. Sebab dalilnya telah shaheh dan tidak satupun yang menyelisihinya. 

Namun ketika seseorang shalat sunnah sendiri tidak bermakmum maka harus mencari sutrah, sebagaimana telah diterangkan di atas, yaitu bila di dalam masjid sutrahnya dinding, boleh juga tiang masjid, dan boleh juga orang yang sedang duduk atau shalat di depannya, untuk sutrah. Kalau di dalam rumah, sutrahnya bisa memakai ranjang dsb. yang jelas harus ada sutrah. Dan kalau di tanah lapang maka sutrahnya sebuah batang kayu yang ditancapkan di depan kita shalat, sebagai pembatas. Lihat Gambar di atas. 

Inilah hadis yang mendasarinya yang dapat diambil sebagai dalail : 

"Dari Ibnu Abbas berkata, "Saya pernah datang bersama Fadhil dengan mengendarai keledai ketika Rasulullah SAW di Arafah. Lalu kami melewati sebagian shaf  kemudia turun, dan kami biarkan keledai tersebut makan rumput, lalu kami ikut bergabung shalat bersama Nabi SAW.  Nabi SAW, tidak mengatakan sesuatu apapun kepada kami (tidak juga melarang)"  [HR. Muslim no. 504]. Dalam riwayat Bukhari no. 1857 "Bahwasanya keledai melewati di depan shaf pertama".

Demikian uraian singkat materi "Rasulullah SAW Selalu Menjadikan Sutrah Dalam Shalatnya". Semoga yang sedikit ini dapat kita amalkan dengan sungguh-sungguh dalam rangka mengikuti sunnah Nabi SAW. khusunya dalam masalah Sutrah.  Wallahu 'alam.

0 Response to "Rasulullah SAW. Selalu Menjadikan Sutrah Dalam Shalatnya. "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel