Jadikan Tahun Baru 1 Muharram Sebagai Wahana Muhasabah Diri.


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (katergori posting Mu'amalah)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbngan-Nya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin... 

Tinggal beberapa hari lagi kita umat Muslim akan memasuki tahun baru Islam, 1 Muharram 1440 Hijriyah. Apa sajakah yang akan kita lakukan dan persiapkan untuk mengisi satu tahun kedepan?. Ada beberapa hal yang paling dianjurkan bagi setiap muslim untuk mengisi dan mempersiapkan tahun baru tersebut, bagi tiap-tiap diri sebaiknya adalah melakukan muhasabah/introspeksi sudahkah kita telah menerima dengan ikhlas apa-apa yang telah Allah takdirkan selama setahun yang lalu. Dan tentunya kita juga harus mempersiapkan untuk meningkatkan amal-amal sholeh/kebajikan dalam usaha yang maksimal pada  tahun yang akan  kita jalani kedepan. Allah berfirman di dalam Al-Quran sebagai berikut : 
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS Al-Hasyr : 18).

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik". (QS Al-Hasyr : 19). 
Kedua ayat Al-Qur'an tersebut diatas, secara tersirat bahwa setiap diri harus mengoreksi terhadap diri sendiri apa yang telah ia perbuat selama ini, dan mempersiapkan untuk menghadapi hari esok (Akhirat). Dan di ayat selanjutnya Allah melarang agar kita tidak menjadi lupa diri dalam kehidupan di dunia ini agar kita tidak digolongkan dalam orang-orang yang fasik. 

Bagaimanakah agar kita tidak terjebak dalam kehidupan dunia ini yang penuh dengan senda gurau, yang tentunya apabila kita larut di dalamnya pasti akan menemui kehancuran baik di dunia maupun di Akhirat kelak. 
Penulis ingin menyajikan ilustrasi, ada tiga golongan manusia dalam menerima nikmat dari Allah SWT. Ini sebagai tolok ukur, berada di golongan mana kita saat ini. Yuk ikuti....

Pertama : Golongan manusia yang bersyukur. Mensyukuri nikmat Allah SWT untuk digunakan di jalan yang benar sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.  Sikap syukur paling sederhana adalah mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) setiap mendapat kenikmatan. Sikap syukur yang lebih luas diwujudkan dalam bentuk taat kepada Allah, mematuhi dan melaksanakan segala perintah-Nya, sekaligus meninggalkan segala larangan-Nya. 

Jika mendapat nikmat kekuasaan, hal tersebut digunakan untuk menegakkan keadilan, melindungi orang-orang yang lemah teraniaya, membangun sarana-sara kepentingan umum penuh ikhlas dan pengabdian, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jika mendapat nikmat kekayaan, sebagian dikeluarkan untuk zakat (jika sudah mencapai nisab dan haulnya), infak, sedekah, jariyah, dan amal kebajikan sosial lainnya. 

Orang yang mensyukuri nikmat tersebut diatas akan mendapatkan tambahan nikmat berlipat. Ini dinyatakan dalam firman-Nya di dalam (Alqur'an pada Surat Ibrhim ayat 7).    
"Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu mema'lumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim : 7). 

Kedua : Golongan yang kufur. Golongan ini menggunakan nikmat yang mereka terima dari Allah SWT berupa kekuasaan atau kekayaan untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Sebagai contohnya adalah menentang aturan Allah dan Rasulnya. Mereka asyik dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT sekaligus meninggalkan segala perintah-Nya.
Golongan tersebut adalah golongan yang juga disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7, yakni akan mendapat azab yang sangat amat pedih. Azab yang mungkin mereka terima, bisa langsung di dunia dan yang pasti akan diterima di akhirat kelak. 

Ketiga : Golongan orang-orang yang Bimbang dan Ragu. Mereka tak punya pendirian. Ibarat pucuk bambu, yang mengarah ke mana angin bertiup. Jika mendapat nikmat, mereka bergembira ria.  Bahkan lupa sama sekali untuk bersyukur. Namun, jika ditimpa kekurangan, mereka menggerutu, putus asa, sebagaimana firman Allah dibawah ini : 
"Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata". (QS Al-Hajj : 11).   

Golongan orang-orang semacam ini jika mendapat kesenangan maka merasa disayang dan dimuliakan Allah. Namun, apabila mendapat ujian kesulitan maka ia merasa dihinakan oleh Allah SWT . (QS al-Fajr : 15-16). 

Dengan uraian di atas bolehlah kita bermuhasabah/introspeksi diri, dimana posisi kita dari ilustrasi atau gambaran tersebut di atas.  Tentunya kita berharap pada golongan yang pertama. Namun saya persilahkan untuk menilai diri sendiri dengan jujur dan adil. Wallahu 'alam. 

Demikian uraian singkat materi hari ini, Jadikan tahun Baru 1 Muharram Sebagai Wahana Muhasabah Diri Dalam Perbuatan Setahun Yang Lalu.  Semoga bermanfaat dan menjadikan amalan tahun baru ini lebih meningkat keabaikannya. Aamiin. 

Baca juga yang ini :

0 Response to "Jadikan Tahun Baru 1 Muharram Sebagai Wahana Muhasabah Diri."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel