Contoh Takbir Idu Fitri Yang Sesuai Tuntunan Sunnah Nabi SAW.


Takbir Idul Fitri sesuai Sunnah Nabi saw.

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Aqidah)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin... 

Takbir Idul Fitri adalah takbir yang dikumandangkan pada tanggal 1 Syawal setelah kita selesai menunaikan ibadah puasa satu bulan penuh. Takbir artinya mengagungkan nama Allah, dan juga adalah satu dari sekian banyak jenis lafadz dzikir.  Namun takbir yang penulis maksud pada tulisan ini adalah takbir yang biasa dilantunkan/dibacakan pada hari Raya Ibul Fitri, arau yang lazim disebut dengan takbiran, di dalamnya termasuk juga ada kalimat tahlil dan tahmid.
Pada saat-saat menjelang hari raya, gema takbir berkumandang di seantero pelosok tanah air, di masjid-masjid, di televisi, radio, takbir keliling jalan dan beberapa tempat lain dengan pengeras suara, dengan lafadz yang bervariasi, bahkan terkadang dengan iringan musik plus sambil berjingkrak-jingkrak. Takbiran sudah menjadi budaya menjelang hari raya. 

1. Dasar Hukum Takbiran. 
Membaca takbir di kedua hari raya itu hukumnya sunnah, berdasarkan beberapa firman Allah dalam Al-Qur'an. Tentang takbir Idul Fitri sesuai Firaman Allah sebagai berikut : 
                                                  ولتڪملوا ٱلعدة ولتڪبروا ٱلله على ما هدٮكم ولعلڪم تشكرون  
"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur". (QS Al-Baqarah 185)

Sedang takbir Idul Adha, Allah berfirman sebagai berikut : 
                                                                                       وٱذكروا ٱلله فى أيام معدودٲت
"Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang... (QS Al-Baqarah :203) 
2. Waktu Mulai dan Akhir Takbir. 
Jumhur Ulama  (mayoritas ulama)  berpendapat bahwa takbir Idul Fitri adalah dimulai pada waktu pergi menuju Shalat Id, sampai dimulai khotbah. Menurut Hakim, hal ini merupakan Sunnah Nabi SAW. yang umum tersiar di kalangan anggota-anggota hadits. Juga merupakan pendapat Imam Malik, Ishak, Ahmad dan Abu Tsur. Hal ini berdasarkan beberapa hadits di bawah ini : 
  • Dari Ibnu Abi Syaibah yang meriwayatkan bahwa Nabi saw. keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir sampai tiba di lapangan. Nabi saw. tetap bertakbir sampai khatib naik mimbar dan selesai menyelesaikan shalat beliau menghentikan takbirnya. (HR.Ibnu Abi Syaibah dalam A-Mushannaf  5621). 
  • Dari Nafi : "Dulu Ibnu Umar bertakbir pada hari Raya Idul Fitri, (ketika keluar rumah) sampai ia tiba di lapangan. Dia tetap melanjutkan takbir sampai imam datang dan dimulai shalat" (HR. Al-Faryabi dalam Ahkam al Idain).
  • Dari Muhammad bin Ibrahim (seorang tabi'in), beliau mengatakan : "Dulu Abu Qotadah berangkat menuju lapangan pada hari Raya Idul Fitri dengan bertakbir. Beliau terus bertakbir sampai tiba di lapangan" (Al Faryabi dalam Ahkam al Idain). 
  • Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa permulaannya takbir, adalah semenjak kelihatan hilal pada malam hari Raya Fitri itu sampai pagi hari, waktu pergi ke tempat shalat, atau sampai imam berdiri untuk shalat Ibul Fitri. 
3. Lafadz Takbir
Tidak ada riwayat lafadz takbir tertentu dari Nabi saw. Hanya saja ada beberapa riwayat dari beberapa sahabat yang mencontoh lafadz takbir. Diantara riwayat tersebut adalah :
  • Takbir Ibnu Mas'ud r.a. Riwayat dari beliau ada dua lafadz takbir.
                                                  الله أكبر, الله أكبر, لا إله إلا الله, والله أكبر, الله أكبر ولله الحمد
                                                  الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, لا إله إلا الله, الله أكبر ولله الحمد
Keterangan :
Lafadz : "Allahu Akbar" pada takbir Ibnu Mas'ud r.a. dapat dibaca dua kali atau tiga kali. Semuanya diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf. 
  • Takbir Ibnu Abbas r.a. 
                         الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر, ولله الحمد, الله أكبر وأجل الله أكبر, على ما هدانا 
Keterangan : 
Takbir Ibnu Abbas r.a oleh Al Baihaqi dan sanadnya dishahihkan Syaikh Al Albani.
Diucapkan atau dibaca 3 kali takbir. 
  الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر كبيرا
Keterangan lain : 
Ibnu Hajar mengatakan : Takbir Salman Al Farisi r.a diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam Al-Mushanaf dengan sanad dari Salman. 
4. Kebiasaan Yang Salah Ketika Takbiran.

  • Takbir berjamaah di masjid atau dilapangan. Karea takbir yang sunnah di lakukan sendiri-sendiri dan tidak dikomando. Ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat Anas bin Malik bahwa para sahabat ketika bersama Nabi saw. pada saat bertakbir, ada yang sedang membaca Allahu Akbar, ada yang sedang membaca laa ilaaha illa Allah, dan satu sama lain tidak saling menyalahkan... (ini tanda apa yang sahabat lakukan tidak salah-Pen) (Musnad Imam Syafi'i 909) Riwayat ini menunjukkan bahwa takbirnya para sahabat tidak seragam. Karena mereka bertakbir sendiri-sendiri dan tidak berjamaah.
  • Takbir dengan menggunakan pengeras suara. Perlu dipahami bahwa cara melakukan takbir hari raya tidak sama dengan cara melaksanakan Adzan. Dalam syariat adzan, seseorang dianjurkan untuk melantangkan suaranya sekeras mungkin. Oleh karena itu, para juru adzan di zaman Nabi saw. seperti Bilal, dan Abdullah bin Umi Maktum ketika hendak adzan mereka mencari tempat yang tinggi. Dengan tujuan adalah agar adzan didengar oleh banyak orang. Namun ketika melakukan takbir Hari Raya tidak ada satupun riwayat bahwa bilal naik mencari tempat yang tinggi dalam rangka melakukan takbiran. Akan tetapi ia melakukan takbiran di bawah dengan suara keras yang hanya didengar oleh beberapa orang di sekelingnya saja. Oleh karena itu, sebaiknya melakukan takbir hari Raya tidak sebagaimana adzan. Karena kedua syariat ini (Adzan dan Takbir) adalah syariat yang berbeda. 
  • Hanya bertakbir setiap selesai shalat Fardhu berjamaah.  Sebagaimana telah dijelaskan bahwa takbiran itu ada dua. Ada yang terikat waktu dan ada yang tidak dilaksanakan setiap selesai shalat fardhu saja. Tetapi sunnah dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Ibunul Mulaqin mengatakan : "Takbiran setelah shalat wajib dan yang lainnya, untuk takbiran Idul Fitri maka tidak dianjurkan untuk dilakukan setelah shalat, menurut pendapat yang lebih kuat: (Al  I lam bi Fawaid Umadatil Ahkam : 4/259). Amal yang disyariatkan ketika selesai shalat jamaah adalah berdzikir sebagai dzikir setelah shalat. Bukan melantunkan takbir. Waktu melantunkan takbir cukup longgar, dapat dilakukan kapanpun selama hari raya. Oleh krena itu,  tidak selayaknya menyita waktu yang digunakan untuk berdzikir setelah shalat. 
  • Tidak bertakbir ketika di tengah perjalanan menuju lapangan.  Sebagaimana riwayat yang telah disebutkan di atas, bahwa takbir yang sunnah itu dilakukan ketika di perjalanan menuju tempat shalat hari raya Id. Namun sayang sunnah ini hampir hilang, mengingat banyaknya orang yang meninggalkannya. 
  • Bertakbir dengan lafadz yang terlalu panjang. Sebagian pemimpin takbir sesekali melantunkan takbir dengan bacaan yang sangat panjang. Di bawah ini, lafadz yang suka dibacanya. 

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وهزم الأحزاب وحده...
Takbiran dengan lafadz yang panjang di atas tidak ada dalilnya. Wallahu a'lam. 

Demikian uraian sinmgkat Contoh Takbir Idul Fitri Yang sesuai tuntunan Sunah Nabi saw.  Semoga bermanfaat. 

Sumber : 
Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq dan www.Muslim.or.id

0 Response to "Contoh Takbir Idu Fitri Yang Sesuai Tuntunan Sunnah Nabi SAW."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel