Kisah Perjanjian Hudaibiyah Membuat Kecewa Para Sahabat Nabi SAW.



Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan serta mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Kisah Perjanjian Hudaibiyyah yang terjadi pada bulan Maret 628 M, (Dzulqadah, 6 H.). Hudaibiyyah terletak 22 KM arah barat dari Mekkah menuju Jeddah, (sekarang terdapat Masjid Ar-Ridhwan. Nama lain Hudaibiyyah adalah Asy Syumaisi yang diambil dari nama Asy Syumaisi yang menggali sumur di Hudaibiyah.

Sikap Para Sahabat Nabi SAW. terhadap Perjanian Hudaibiyyah.
Sebagian besar para sahabat tidak merasa senang denga isi perjanjian, diantara yang menunjukkan hal ini adalah penolakan dari Ali bin Abi Tholib r.a. ketika diminta menghapus kalimat Rasulullah saw. yang di tolak oleh Suhail bin Amr, utusan kaum Quraisy. Kemudian pada akhirnya Rasulullah saw. yang menghapusnya dan mengganti dengan Muhammad bin Abdillah, sebagai ganti dari Rasulullah saw.

Dan para sahabat r.a. juga sangat merasa dongkol dengan syarat yang mengharuskan orang-orang Muslim yang lari dari Quraisy harus dikembalikan, sementara kaum Muslimin yang lari ke Mekkah tidak dikembalikan. Para sahabat melontarkan pertanyaan seakan tidak percaya: "Ya Rasulullah! Apakah kita akan menulis ini? Dengan tegas, Beliau saw. menjawab.

نَعَمْ إِنَّهُ مَنْ ذَهَبَ مِنَّا إِلَيْهِمْ فَأَبْعَدَهُ اللهُ تَعَالَى وَمَنْ جَاءَنَا مِنْهُمْ سَيَجْعَلُ اللهُ لَهُ فَرَجاً وَمَخْرَجاً
Ya, Sesungguhnya siapa yang lari dari kita menuju mereka, (semoga) Allah menjauhkannya, dan barangsiapa mendatangi kita dari mereka maka (semoga) Allah akan memberikan kemudahan dan jalan keluar. (1).

Sikap Umar bin Khattab yang tidak dapat menerima perjanjian tersebut.

Diantara sahabat yang tidak bisa menerima isi perjanjian ini adalah Umar bin Khattab r.a.
Umar bin Khattab r.a menceritakan sendiri bagaiman sikapnya saat mengetahui isi perjanjian ini. Beliau datang menghadap Rasulullah saw. dan berkata :  أَلَسْتَ نَبِىَّ اللَّهِ حَقًّا قَالَ : بَلَى
Bukankah Engkau benar seorang Nabi Allah? : "Nabi saw. menjawab "Tentu"
قُلْتُ أَلَسْنَا عَلَى الْحَقِّ وَعَدُوُّنَا عَلَى الْبَاطِلِ قَالَ : بَلَى
Aku (Umar, r.a) bertanya, "Bukankah kita diatas kebenaran sementara musuh berada diatas kebatilan?" Nabi saw. menjawab ; "Tentu"
. قُلْتُ فَلِمَ نُعْطِى الدَّنِيَّةَ فِى دِينِنَا إِذًا ؟ قَالَ : إِنِّى رَسُولُ اللَّهِ ، وَلَسْتُ أَعْصِيهِ وَهْوَ نَاصِرِى
Aku bertanya, "Kalau begitu, kenapa kita memberikan kerendahan pada agama kita?
Rasulullah saw. menjawab, "Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah, dan Aku tidak akan mendurhakai-Nya dan Dialah penolongku" 
. قُلْتُ أَوَلَيْسَ كُنْتَ تُحَدِّثُنَا أَنَّا سَنَأْتِى الْبَيْتَ فَنَطُوفُ بِهِ . قَالَ : بَلَى ، فَأَخْبَرْتُكَ أَنَّا نَأْتِيهِ الْعَامَ ؟
Aku bertanya, "Bukankah engkau telah mengatakan bahwa kita akan mendatangi Ka'bah kemudian kita melakukan ibadah thawaf di sana?
Rasulullah saw. "Benar" (akan tetapi) apakah aku mengatakan kepadamu bahwa kita akan mendatanginy pada tahun ini?"
. قُلْتُ : لاَ . قَالَ : فَإِنَّكَ آتِيهِ وَمُطَّوِّفٌ بِهِ
Aku menjawab, "tidak" Rasululullah saw bersabda : "Seseungguhny engkau akan mendatanginya dan melakukan thawaf" (2)
Baca yang ini : Kontribusi Besar Khadijah Dalam Mendampingi Dakwah Rasulullah SAW.

Dan Umar mendatangi Abu Bakar r.a. dan mengatakan perkataan yang sama seperti yang diuraikan kepada Rasulullah saw. Kemudian Abu bakar r.a mengingatkan Umar r.a : "Sesungguhnya ia adalah benar-benar utusan Allah dan dia tidak sedang menyelisihi Rabbnya dan Dialah penolongnya, patuhilah patuhilah perintahnya!. Demi Allah aza wa Jalla sesungguhnya ia di atas kebenaran (3)

Ketika Umar r.a menyadari kesalahannya itu, Umar merasakan penyesalan mendalam dalam hatinya. Sehingga sejak saat itu, Umar bin Khattab r.a. memperbanyak ibadah kepada Allah Azza wa Jalla berharap keburukannya itu dapat terhapus dan digantikan dengan kebaikan. Beliau r.a mengatakan : "Aku terus berpuasa, bersedekah dan memerdekakan budak (sebagai penebusan) dari apa yang telah aku perbuat, karena aku merasa cemas terhadap ucapan yang pernah aku ucapkan kala itu, sehingga saya berharap itu menjadi kebaikan" (4)

Ketika Abu Jandal ra. yang datang dari Mekkah meminta perlindungan dari kaum Muslimin dan mengatakan, Wahai kaum Muslimin. Apakah kalian mengembalikan saya kepada kaum musryikin sehingga mereka leluasa menyiksa saya karena agama saya?" Mendengar ucapn yang penuh permohonan ini, Rasulullah saw. memberikan semangat dan motivasi agar bersabar dengan sabda Beliau saw. "Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah kepada Allah!. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan memudahkan dan memberi jalan untukmu dan untuk orang-orang lemah yang berasamamu" (5)

Umar bin Khattab r.a secara sengaja berjalan di dekat Abu Jandal sambil membawa pedang pedang dan mendekatkannya ke Abu Jandal. (Umar r.a. berharap Abu Jandal mengambil pedang itu), akan tetapi Abu Jandal tidak melakukannya. Kemudian dia dikemlaikan kepada orang-orang musyrik (6)

Ketika Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk menyembelih alhadyu (hewan qurban) dan mengunduli rambutnya, tidak ada satupun dari mereka yang beranjak melaksanakan perintah tersebut. Beliau saw. mengulangi perintahnya sampai tiga kali, lalu Beliau saw. masuk bertemu Ummu Salamah r.anha dan Beliau menceritakan apa yang terjadi pada kaum Muslimin. Ummu Salamah r.anha menyarankan Rasulullah saw. agar memulai apa yang beliau inginkan. Rasulullah saw. mendengar saran Ummu Salamah r.anha dan melakukannya, maka sontak para sahabat berdiri dan menyembelih hewan qurbannya serta mereka saling mengunduli rambutnya satu sama lain sampai-sampai mereka hampir saling membunuh satu sama lain karenanya (7)

Lalu Rasulullah saw mendoakan kebaikan tiga kali untuk orang yang menguduli kepalanya dan mendoakan kebaikan sekali untuk orang yang hanya memendekkanrambutnya (8)

Jumlah Unta yang disembelih kala itu adalah tujuh puluh ekor. Satu ekor untuk tujuh orang (9)

Dan yang menjadi hadyunya Rasulullah saw. pada hari itu adalah unta milik Abu Jahal yang menjadi ganimah dalam perang Badar. Nabi saw. menyembelihnya untuk membuat gerah orang-orang mussyrikin.
Sebagai hadyu yang disembelih di Hudaibiyyah di lakukan di luar daerah haram. (10)

Dan sebagian yang lain disembelih oleh Najiah bin Jundub di dalam daerah haram. (11)

Ini sebgaian gambaran sikap para Sahabat Rasulullah saw. dalam menyikapi perjanjian damai Hudaibiyyah. Tidak diragukan lagi bahwa apa yang dilakukan Umar bin Khattab r.a. dan kaum Muslimin lainnya bukan bermaksud menentang Rasulullah saw. namun merupakan ijtihad mereka dan gambaran kesemangatan mereka untuk mengalahkan menaklukkan dan menghinakan kaum musyrikin. (12)

Sikap Kaum Quraisy Terhadap Perjanjian Hudaibiyyah.
Selama perundingan berlangsung dan stelah penulisan perjanjian, Quraisy tak henti-hentinya melakukan provokasi terhadap kaum Muslimin, namun Rasulullah saw dan para sahabat dapat menahan diri. Ketika delapan puluh orang penduduk Mekkah berusaha menyerang perkemahan kaum Muslimin dan Kaum Muslimin berhasil menawan mereka, Rasulullah saw. mema'afkan mereka.(13)

Kegagalan ini rupanya tidak membuat mereka jera, karena setelah itu ada tiga puluh orang Quraisy mencoba menyerang kaum Muslimin, di saat tengah pengukuhan perjanjian itu. Usaha mereka inipun berhasil digagalkan dan mereka berhasil ditawan oleh kaum Muslimin. Namun mereka akhirnya juga dibebaskan oleh Rasulullah saw. (14)

Pasca pengukuhan perjanjian itupun mereka juga mencoba melakukannya lagi. Saat itu ada sekitar tujuh puluh orang yang berusaha menyerang kaum Muslimin. Namun lagi-lagi rencana busuk mereka berhasil digagalkan dan mereka berhasil ditawan oleh kaum Muslimin. Salamah bin al-Akwa, r.a. bahkah berhasil menawan empat orang yang berbuat jahat kepada Rasulullah saw. namun Beliau mema'afkan mereka kembali. Dan Allah Azza wa Jalla telah menurunkan firman-Nya.

وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
"Dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (al-Fath (48) : 24. (15) 

Pelajaran Yang Dapat Dipetik dari Kisah Perjanjian Hudaibiyyah.

  1. Ketika ada sesuatu yang menghalangi orang yang sdang berumrah sehingga tidak memungkinkannya melanjutkan ibadah umrahnya, maka dia boleh bertahalul dan tidak ada kewajiban mengqadha.
  2. Dalam kisah di atas terdapat contoh nyata dari musyawarah dalam Islam. Hal ini tergambar ketika Rasulullah saw. menyampaikan masalah respon kaum Muslimin yang sangat lamban terhadap perintah Beliau saw. dan Beliau menerima masukkan dan mempraktekan pendapat Ummu Salamah r.anha. 
  3. Terlaksananya perjanjian Hudaibiyyah (perjanjian damai)  ini merupakan wujud pengakuan pertama kaum Quraisy terhadap keberadaan komunitas Muslim.
  4. Perjanjian damai ini membuka peluang bagi kaum Muslimin untuk mendakwahkan Islam dengan lebih gencar lagi. Sebelum ada perjanjian, setiap pertemuan selalu dibayangi peperangan, maka setelahnya mereka bebas menyebarkan Islam. Sehingga banyak orang-orang kafir yang masuk Islam. Hal ini terlihat dari jumlah kaum Muslimin yang meningkat pesat. Jika saat perjanjian itu, jumlah kaum Muslimin tidak lebih dari dua ribu, maka pada Fahu Makkah jumlah kaum Muslimin sudah mencapai puluhan ribu, padahal jarak keduanya tidak lebih dari dua tahun. Sebuah peningkatan yang sangat menakjubkan. 
  5. Keteguhan Abu Bakar As-Siddiq r.a dalam mengikuti keputusan dan perintah Rasulullah saw. disaat yang lain merasa bimbang. 
  6. Kisah ini menunjukkan bahwa kebaikan dunia akhirat hanya dapat diraih dengan sikap pasrah dan tunduk terhadap keputusan ataupun perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.
Demikian urain singkat Kisah Perjanjian Hudaibiyyah Membuat Kecewa Para Sahabat Nabi SAW. Semoga bermanfaat. Dan menambah wawasan kita dalam pengamalan dalam Agama.


Sumber :
Disadur dari Majalah As-Sunah Edisi 10/Tahun XV/1433H/2012. 
Yang diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo. Solo. 


Catatab kaki :
(1) HR. Muslim (3/1411/no.1784)
(2) HR. al-Bukhari/al-Fath (11/67-178/no.2731,2732 dan (12/271/ no 3182 dan Muslim.
(3) HR 1412/no.1785 dan Ahmad (4/325 dengan sanad yang hasan dan Ibnu Ishaq dengan sanad yang hasan Ibnu Hisyam (3/439-440) mirip dengan riwayat di Bukhari.
(4) Dari riwayat Ibnu Ishaq dengan sanad hasan -Ibnu Hisyam (3/440)
(5) Musnad Ahmad (4/325) dengan sanad hasan dan Ibnu Ishaq dengan sanad yang hasan-Ibnu Hisyam (3/442)
(6) Sumber dan halaman yang sama.
(7) HR. al-Bukhari /al-Fath (11/178-180/no 2731-2732)
(8) Musnad Ahmad (2/34,151) dengan sanad yang hasan
(9) Musnad Ahmad (4/324) dengan sanad yang hasan
(10) HR al-Bukhari /al-Fath (11/131/no.2701)
(11) At-Thahawi, Syarhu Ma'anil Atsar (2/242) dengan sanad yang shahih.
(12) Musnad Ahmad (4/325) dengan sanad yang hasan
(13) HR. Muslim (3/1442, no. 1808) dan Ahmad dalam Musnad (3/122, 124, 125, 290)
(14) Musnad Ahmad (4/86) dengan sanad yang semua perawinya adalah perawi shahih, sebagaimana dikatakan oleh al-Haitsami dalam al-Majma, al-Hakim mengatakan, "Riwayat ini shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim.
(15) HR Muslim (3/1434, no 1808).

0 Response to "Kisah Perjanjian Hudaibiyah Membuat Kecewa Para Sahabat Nabi SAW."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel