Berbagilah dengan Ikhlas, Agar Hidup menjadi Bahagia.


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Mu'amalah)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dn menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...  

Rasulullah saw. menganjurkan, berbagilah dengan ikhlas agar hidup menjadi bahagia, karena kebahagiaan yang dapat diraih oleh seseorang adalah dengan cara berbagi dan bukan cara memiliki. Seberapa banyak kita berbagi kepada orang lain, setara dengan kebahagiaan yang akan kita raih. Semakin banyak kita berbagi, semakin berlimpah kebahagiaan yang kita dapatkan. 

Syeikh Al-Nawawi menuturkan sebuah riwayat dalam kitab ad-Darrul Mandhud, pada era Khilafah Abu Bakar ash-Shiddiq, orang-orang ditimpa paceklik. Ketika kondisi sudah amat kritis, mereka pun mendatangi sang Khalifah Abu Bakar ash-Siddiq, seraya berkata "Wahai Khalifah pengganti Rasulullah saw, langit tak menurunkan hujan, bumi tak menumbuhkan pepohonan dan biji-bijian, dan orang-orang pun nyaris binasa. Lalu apa yang Engkau lakukan?" 
Sang Khalifah menjawab, "Kembalilah kalian, dan bersabarlah. Saya berharap pada Allah, semoga ia memberi solusi jalan keluar kepada kalian sebelum senja". Tatkala masing-masing mereka keluar dan saling bertemu, tiba-tiba seribu kawanan unta yang mengangkut gandum, minyak zaitun dan tepung, berderet dan berhenti di di depan pintu halaman rumah Utsman bin Affan r.a. Ternyata Ustman r.a sebagai sahabat Rasulullah saw. yang ahli berdagang telah menyimpan perbendaharaan (bulog) jenis bahan makanan ketika negara itu dalam keadaan makmur. Dengan berfikir akan dibagikan pada saat-saat yang sangat dibutuhkan masyarakat kebanyakan. 

Para pedagang pun berdatangan, melihat unta-unta yang membawa gandum, minyak zaituan tepung, dan lain sebagainya.  Utsman bertanya kepada para pedagang tersebut, "Apa yang kalian lihat?".

"Wahai Utsman, tentu engkau tahu apa yang kami inginkan", jawab para pedagang.

"Mau memberi untung berapa kalian pada saya" tanya Utsman. 

"Dua dirham" sahut para pedagang.

"Saya minta laba lebih dari itu" tangkis Utsman.

"Kalau begitu empat dirham" sahut pedagang.

"Masih ada yang memberiku laba lebih besar dari itu." jawab Utsman lagi.

"Jika demikian saya tambahkan menjadi lima dirham"

"Oh saya masih diberi laba yang jauh lebih besar dari itu" sahut Utsman pula.  

"Dikota ini, tak ada pedagang selain saya, yang memberi untung lebih dari itu. Lantas siapa yang memberimu untung itu?" kata pedagang. 

Jawab Utsman, Di setiap satu dirham, Allah memberi laba 10 dirham.

Apakah kalian bisa memberi laba lebih dari 10 dirham?

"Tidak"  Sahut pedagang itu.

Maka Utsman pun berseru, "Kini saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa semua yang diangkut unta-unta ini, saya akan bagikan/sedekahkan karena Allah untuk para fakir miskin"

Seketika itu tercenganglah para pedagang yang menyaksikannya.

Inilah buah dari sibghah, (celupan), ajaran Islam, yang menginspirasi umatnya agar segala hal yang mereka miliki, dapat menjadi sarana baginya untuk mengabdi pada Allah swt melalui serangkaian amal saleh.
Tentu bukan kebetulan, kalau prilaku Utsman yang merupakan spirit Islam ini, sangat relevan secara sosio-psikologis. 

Konsep kebahagiaan, antara lain, dapat direguk dengan memberi, dan bukan memiliki; seberapa banyak pemberian kita kepada orang lain, setara dengan kebahagiaan yang kita reguk, semakin banyak memberi, semakin berlimpah kebahagiaan yang kita dapati. 

Masih banyak perilaku mengagumkan tentang kedermawanan yang dicontohkan oleh para mercu-suar Islam separti Abu Bakar ash-Siddiq, Umar bin Khattab, Adurrahman bin Auf, dan sahabat lainnya. Dan semua itu adalah hasil dari tarbiyah (didikan) sang panutan ideal kita kita, Rasulullah saw. seperti yang dituturkan oleh Anas r.a,  "Tidaklah Rasulullah saw, dimnta sesuatu dalam Islam, kecuali beliau memberinya.  
Baca juga ini : Fungsi Strategis Baitul Maal Dalam Peradaban Islam.

Seseorang datang pada beliau, maka Nabi pun memberinya kambing yang ada di antara dua lembah. Orang itu lalu kembali ke kaumnya dan berseru : "Wahai saudaraku, masuk Islamlah kalian!. Karena Muhammad telah memberi satu pemeberian, yakni seorang pemberi yang tak takut miskin. Dia berujar. "Orang itu masuk Islam karena ingin dunia. Namun saat Anas masuk Islam lebih karena cintanya kepada Rasullah saw. dan agama Islam yang dibawanya, dari pada dunia dan seisinya". (HR. Muslim)

Demikian uraian "Berbagilah dengan Ikhlas Agar Hidup Menjadi Bahagia". Semoga artikel ini menjadi spirit, untuk kita beramal/berbagi kepada sesama atau yang memerlukan bantuan. Semoga. 

0 Response to "Berbagilah dengan Ikhlas, Agar Hidup menjadi Bahagia."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel