Perkokoh Rumah Tangga dan Keluarga Dengan Agama.

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (Kategori Mu'amalah)
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Menjalani rumah tangga adalah hal yang gampang-gampang susah. Ibarat sebuah bahtera yang sedang mengaruni samudra nan luas. Terkadang tenang dan bahagia serta mengasikkan untuk dinikmati dalam seisi kapal tersebut. Namun ada kalanya badai menguncang keras. Nyaris meretakkan bahtera tersebut. Tak sedikit yang terkapar dari terpaan guncangan yang kencang tersebut, dan bahterapun karam lalu tenggelam. Dan akhirnya malapetaka bagi seluruh awak kapal yang ada didalamnya. Itulah suatu gambaran yang mengisahkan suatu rumah tangga dan berkeluarga. 

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pernikahan terasa nikmat dalam waktu empat hingga lima tahun pertama. Selebihnya bosan pun mulai menghinggapi selanjutnya menghantuinya. Entah bermula menyerang istri ataupun suami. Bosan dengan komunikasi yang monoton dan bosan dengan pola interaksi yang terlanjur tercipta stagnan. Berumah tangga butuh seni. Seni mengolah konflik dan menghadapi berbagai dinamika yang muncul di internal keluarga dalam mengarungi rumah tangga. 
Membiarkan penyakit itu berlarut-larut sama saja menyimpan bom waktu yang terpantik sumbunya dan tinggal menunggu waktu meledaknya. 

Syeikh Muhammad Shalih al-Munjid, dalam artikelnya yang berjudul Huquq az-Zauwjain, kebosanan semestinya dapat dicegah. Hal itu bila kedua belah pihak kembali ke komitmen awal pernikahan serta salang menjaga terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing. Ia menjelaskan diantara hak istri adalah menerima nafkah yang layak dari suami. Ini meliputi sandang, pangan dan papan. Allah berfirman sebagai berikut :  
"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (QS, Ath-Thalaq (65) : 7) 

Maksud ayat diatas adalah bagi siapa saja (seorang suami) yang memang telah Allah berikan kelapangan rezeki haruslah memberikan nafkah dengan layak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam rumah tangga tersebut. Sedangkan yang Allah katakan dengan disempitkan rezekinya maka Allah tidak memaksakan kepada (seorang suami) untuk memberikan nafkah kecuali sesuai dengan kemampuan yang ia miliki atas rezeki tersebut. Namun di akhir ayat Allah juga berfirman akan memberikan kelapangan rezeki setelah mendapatkan kesempitan.  Ayat ini dapat kita pahami bahwa kelapangan rezeki adalah suatu ujian dan kesempitan rezeki juga termasuk ujian dalam kehidupan di dunia ini. Bagi yang memiliki rezeki yang lapang harus lebih berhati-hati dalam penggunaan rezeki yang lapang tersebut dikarenakan kita akan dimintai tanggung jawanya dihadapan Allah terhadap rezeki yang telah diberikannya di dunia ini. Sebaliknya bagi yang masih disempitkan rezekinya oleh Allah bahwa tidak boleh putus asa dalam mengarungi hidup di dunia ini, dan terus berusaha dengan sungguh-sungguh pasti kelak Allah akan memberikan kelapangan rezeki pada diri kita. 
Untuk seorang istri juga berhak atas perlakuan yang baik dari suami. Seorang istri tidak mencela kekurangannnya, berkata yang baik, tidak berlaku kasar, dan menghormati jerih payah suaminya,  mengurus urusan rumah tangga. 

Kesalahan ataupun kekurangan yang sepele dari sang istri, tak lantas mengubur segudang kelebihan yang dimilikinya. Berterima kasih kepada istri. Caranya sebagaimana Allah firmankan dalam ayat di bawah ini : 
"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS An-Nisaa' (4) : 19) 

Sang istri juga memiliki kewajiban terhadap sang suami. Yaitu, taat dan memberikan pengabdian yang tulus, karena memang Allah telah menciptakan laki-laki adalah sebagai pemimpin, pelindung, penanggung jawab terhadap seorang wanita "dalam hal ini adalah istri". Allah berfirman dalam ayat 34 Surat An-Nisaa'. "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)" QS, An-Nisaa' (4) : 34).
Hal ini misalnya seorang istri tidak keluar rumah tanpa izin suami, melayani kebutuhan suami dengan baik, termasuk tampil canti di hadapan suami tersebut. 

Syeikh Shalih menguraikan ada beberapa cara untuk mengantisipasi kebosanan dalam membina hubungan suami istri, yang paling mendasar adalah membangun pola komunikasi yang baik. Belajar menjadi pendengar yang baik.  Apapun persoalan yang muncul, segera dibicarakan. Sikap membisu dan diam yang terus menerus akan semakin mengendapkan masalah. Maksimalkan waktu yang ada untuk menciptakan suasana komunikatif dalam menjalin rumah tangga tersebut. Bisa dilakukan setelah shalat berjama'ah, sembari makan bersama, atau ketika waktu berkumpul keluarga. 

Beri kejutan. Berusaha memberikan sesuatu yang baru bagi suami. Apapun itu bentuknya. Soal penampilan misalnya. Karena itulah, perlu manajemen waktu yang bagus dari seorang istri. Istri yang cerdas akan siap dan sigap kapan harus memposisikan diri sebagai istri, ibu, dan sahabat, bagi suaminya. Dan bumbuilah hubungan Anda dengan rasa cemburu yang proporsional, (tak perlu berlebihan), adalah bentuk kepedulian dan rasa sayang bagi pasangan. Intinya adalah perkokoh keluarga Anda dengan Agama, Syeikh Shalih mengakhiri tulisannya. 

Demikian sekelumit uraian materi Perkokoh Rumah Tangga dan Keluarga Dengan Agama. Semoga bermanfaat dan dapat kita amalkan dengan penuh ikhlas hanya semata ditujukan kepada Allah SWT. Aamiin... 

Baca juga yang ini : 

0 Response to "Perkokoh Rumah Tangga dan Keluarga Dengan Agama."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel