Doa Rasulullah Untuk Pamannya, Namun Meninggal Tak Beriman.


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kateori posting Kisah)

Sungguh sangat sedih yang mendalam, perasaan Rasulullah SAW yang ingin sekali meng-islamkan pamannya, (Abu Thalib bin Abdul Muthalib). Sebab keinginan itu Allah SWT tidak memberikan hidayah kepada pamannya. (tidak diterima keinginan Rasulullah SAW.)

Kejadian ini terangkum dalam kisah asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya yang bersumber dari Abu Hurairah.  Redaksi lengkapnya sebagai berikut :

Dalam suatu riwayat dikekumukakan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada pamannya : Ucapkanlah  Ù„َا Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِÙ„َّا اللهُ  "Laa ilaha illalah" dan aku akan menjadi saksi kelak, di hari qiamat bahwa engkau telah beriman". Abu Tholib (pamannya) berkata : "Sekiranya aku tidak takut wanita-wanita Quraisy akan mencelaku, dengan menyatakan bahwa aku beriman karena terpaksa, tentu aku akan mengucapkan dengan kesaksiamnu wahai keponakanku". Sabda Rasulullah SAW ini disampaikan kepada pamannya yang dilihatnya sudah menjelang ajalnya. 

Berkenaan dengan peristiwa itu turunlan wahyu (QS, Al-Qashash : 56) sebagai berikut : 

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (QS. al-Qashashash : 56).

Hati Rasulullah sangat dalam sedihnya, sebab Abu Thalib adalah seorang pembela dan pendukung perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. Kala itu kaum Quraisy merasa terancam ketika Rasulullah mendakwahkan ajaran Islam dan mereka berharap kepada Abu Tholib untuk menghentikan kepada keponakannya itu, agar tidak sampai meyebar luas agama Islam yang dibawa Muhammad SAW. 

Meskipun tekanan dan teror terus datang dari kaum Quraisy, Abu Thalib tetap mempertahankan dukungannya terhadap Nabi Muhammad SAW. dalam menyebarkan dakwah Islam.  Sayangnya meski berstatus sebagai paman dan membela perjuangan Nabi SAW, Abu Thalib hingga akhir hayatnya tidak mengimani ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, (keponakannya itu sendiri).  Hingga Nabi SAW pun pernah berdo'a untuk pamannya sebagai berikut : 
"Semoga syafaatku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Namun dia tetap ditempatkan di neraka yang paling dangkal, api neraka mencapai mata kakinya, lantaran itu otaknya mendidih". (HR. Bukhari dan Muslim)  Na'udzubillah.
Sebab hidayah merupakan hak prerogatif Allah SWT yang hanya diberikan kepada manusia yang dikenhendaki-Nya. 

Maka bersyukurlah kita meskipun hidup jauh dari zaman Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya, kita masih diberi nikmat berupa hidayah untuk mengimani Allah dan Rasul-Nya. Hal ini adalah merupakan ridha dan kehendak-Nya. 

Kalau kita membuka lembaran sejarah dari Nabi Nuh AS, yang sudah begitu lama serta letih dan lelah dalam perjuangannya untuk berdakwah mengajak umatnya beriman kepada Allah, namun hampir seribu tahun (kurang lebih 950 tahun) hanya beberapa gelintir kaumnya yang beriman kepada Allah SWT. Bahkan anak dan istri yang disayanginya juga tidak mengndahkan seruan Nabi Nuh AS, untuk beriman kepada Allah SWT. 

Kisah lain, seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. hidup ditengah-tengah orang yang menyembah berhala dan menyekutukan Allah SWT, Nabi Ibrahim yang kokoh tetap mengimani Allah, juga tak mampu mengajak orang tuanya untuk mengikuti ajaran yang dibawanya. Ini dijelaskan dalam firmannya sebagai berikut : 
'Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada di langit dan di bumi agar dia termasuk orang-orang yang yakin". (QS, Al-An'Aam/6 : 75)

Dengan contoh yang telah diuraikan di atas, kita menyadari, bahwa kami yang bukan siapa-siapa ini, masih diberikan  oleh Allah untuk mengenal keagungan-Nya. Maka sudah selayaknya harus banyak bersyukur atas hal tersebut. Selain kita harus terus menjalankan seluruh perintah-Nya dan harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi larangan-larangan-Nya agar nikmat keimanan tak- kan lepas dari badan. 

Betapa susah dan sengsaranya apabila Allah mencabut hidayah itu dari kita, sebagaiman Allah mencabut hidayahnya dari orang-orang suka berbuat durhaka dan aniaya. Hidayah itu begitu tinggi nilainya (mahal) sebab ia akan mengantarkan seseorang pada kasih sayang Allah dan Surga-Nya.  Wallahu 'alam. 

Demikian uraian singkat materi "Doa Rasulullah Untuk Pamannya, Namun Minggal Tak Beriman". Semoga bermanfaaf dan kita selalu bersyukur atas seluruh nikmat yang telah Allah diberikan. Aamiin.

0 Response to "Doa Rasulullah Untuk Pamannya, Namun Meninggal Tak Beriman."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel