Kisah Mimpi Cucu Rasulullah SAW, Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)

Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Pada masa Kekhalifahan sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib, r.a. beliau setiap tahun selalu mendapat kiriman uang dari Sayyidina Muawiyah yang bermukim di Damaskus (Syuriah) dan uang yang dikirimkan kepada sayyidina Hasan di Madinah jumlahnya tidak sedikit setiap tahunnya berkisar 100.000 dirham pada masa itu. Setelah uang diterima sayyidina Hasan beliau tidak menggunakannya untuk dirinya sendiri dan keluarga melain diinfakan kepada masyarakat di Madinah yang membutuhkan, seperti fakir miskin dan para duafa yang betul-betul harus dibantu.

Pada suatu tahun pernah terjadi kiriman uang itu terlambat datang, maka banyak orang fakir dan miskin maupun kaum duafa yang terpaksa tidak menerima pemberian lagi. Sehingga ada yang berprasangka tidak baik kepada Sayyidina Hasan dengan tuduhan bahwa uangnya telah digunakan oleh dirinya dan keluarga. 

Dalam kondisi yang demikian Sayyidina Hasan ambil keputusan bahwa beliau ingin menulis surat mengingatkan Muawiyah tetang kiriman yang tidak kunjung datang. Ketika hendak menulis surat tersebut, ia merasa ragu-ragu akhirnya menunda, dan beliau tertidur dan ketika tidur beliau bermimpi bertemu dengan kakeknya "Muhammad SAW". 

Kata kakeknya : "Ya Hasan kamu mau nulis apa? mau minta apa engkau?"

Sayyidina Hasan menjawab : "Ya kakekku, Rasulullah SAW. orang-orang sudah banyak yang meninta untuk nafkah, sedangkan uang kiriman dari Muawiyah belum datang".

Lalu Rasulullah SAW. bersabda : "Baca doa ini!" 

"Allahuma ghars fii qalbi arjuu minka faqat faqito'a al-amal min qalbii laghaika hataa laa atamanaa ilaa bika"

"Ya Allah tanamkan di hatiku rasa berharap hanya kepada-Mu dan putuskan harapan dari dalam hatiku terhadap selain daripada Engkau, hingga aku tidak berharap melainkan hanya kepada Engkau".

Ketika Sayyidina Hasan bangun dari tidurnya, beliau tidak jadi menulis surat, tetapi beliau mengamalkan doa yang diajarkan kakeknya "Rasulullah SAW." di setiap pagi dan sore hari dengan istiqamah, dan tak bebera lama, kiriman uang serta surat dari Muawiyah, dalam surta tersebut Muawiyah meminta maaf atas keterlambatan kiriman, dan Muawiyah mengirimkan uang dengan jumlah dua kali lipat dari uang yang biasa diterima oleh Sayyidina Hasan tersebut. 

Siapakah Sayyidina Muawiyah tersebut, dan mengapa Muawiyah selalu mengirimkan uang kepada Sayyidina Hasan di Madinah?.

Kisah singkatnya adalah, setelah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir, maka pemerintahan umat islam dilanjutkan Daulah Bani Umayyah. Bani Umayyah adalah salah satu kabilah dalam struktur masyarakat Arab Quraisy yang berasal dari keturunan Umayyah bin Abi Syams bin Abi Manaf. Pada Daulah Abi Umayyah dipimpin oleh raja-raja yang berasal dari Bani Umayyah itu sendiri.

Setelah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang terakhir, yaitu masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, r.a dan setelah beliau wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putranya Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Tetapi selama masa perintahan yang dipegang oleh Hasan bin Ali bin Abi Thalib, tidak bertahan lama hanya bertahan beberapa bulan saja. Muawiyah pun berusaha untuk mengambil takhta dari Hasan bin Ali bin Abi Thalaib. Muawiyah melakukan beberapa strategi yang cukup efektif demi dapat mewujudkan keinginanya dalam mendirikan Daulah Bani Umayyah agar posisi dan dukungan terhadap Muawiyah semakin kuat, diantara strategi Bani Umayyah sebagai berikut :

  • Mengadu domba khabila-kabilah yang dianggap lawan politiknya.   
  • Menumbuhkan fanatisme Arab.
  1. Mempolitisasi atas pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan dengan meminta pertanggunjawaban khalifah Hasan bin Ali bin Abi Thalib untuk menghukum orang-orang yang terlibat pembunuhan terhadap Utsman bin Affan, dan jika tidak maka khalifah dianggap berada di pihak pembunuhan tersebut.
  • Selanjutnya membangun kekuatan militer di Damaskus yang hanya tunduk pada perintahnya, serta dibentuk juga tentara bayaran dari penduduk asli Damaskus dan para imigran Arab. 
  • Mengadakan perjanjian dan ajakan perdamaian yang dibikin Muawiyah untuk mencari jalan yang terbaik guna menyusun langkah-langkah berikutnya.
Memang ketika pemerintahan dipegang oleh Khalifah Hasan bin Ali bin Abi Thalib, banyak pergolakan yang arahnya kurang setuju atau tidak senang denga pemerintahannya pada saat itu.

Dari bebera upaya tersebut diatas yang dilakukan oleh Muawiyah ternyata mampu mengalahkan kekuatan dari Khalifah Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib, sehingga mampu memposisikan dirinya sebagai Khalifah. Sayyina Hasan bin Ali bin Abi Thalib, pun akhirnya menyerahkan semua kepemimpinannya kepaa Muawiyah. 
Peristiwa penyerahan kepemimpinan takhta dari Sayyidina Hasan bin Ali kepada Muawiyah itu dikenal dengan istilah 'Amul Jama'ah atau bersatunya umat Islam saat itu. 
Dengan penyerahan takhta tersebut Sayyidina Hasan mengajukan beberapa syarat kepada Muawiyah yang harus dipenuhi sebelum penyerahan takhta tersebut :
  1. Muawiyah diminta menjaga nama baik Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.
  2. Muawiyah diminta menjaga keselamatan adiknya "Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
  3. Bila Muawiyah wafat, kekhalifahannya harus diserahkan kepada kaum Muslimin.
  4. Pajak tanah di negara Ahwaz diserahkan kepada Hasan setiap tahun, dan Muawiyah diwajibkan menyerahkan uang 2 juta dirham kepada Husein, adik Hasan.
Pada tahun 40 H /661 M. tepatnya pada bulan Rabiul Akhir Muawiyah menerima persyaratan yang diajukan oleh Khalifah Sayyidina Hasan bin Ali. Dan sejak itulah Muawiyah telah resmi untuk mengendalikan pemerintahan tersebut. Tak lama kemudian Muawiyah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus (Syuriah). Setelah masa kepemimpinan Muawiyah telah terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan yaitu dari sistem musyawarah islami menjadi sistem monarkhi (kerajaan). Untuk kisah selanjutnya dalam pemerintahan monarkhi tidak diuraikan dalam materi kali ini.

Nah pembaca, terjawablah kenapa Sayyidina Hasan selalu mendapat kiriman dari Muawiyah yang telah menggantikanya sebagai Khalifahnya. Sebab telah tercatat dalam surat perjanjian ketika Sayyidina Hasan meletakkan takhta kekalifaannya kepada Muawiyah saat masih berada di Madinah tahun ke 40 H atau 661 M. Muawiyah resmi menjadi khalifah pengganti Sayyidina Hasan bin Ali tersebut. Dan perjanjian pada saat itu disepakati oleh kedua belah pihak "Sayyidina Hasan bin Ali dan Muawiyah sebagaimana tertulis diatas. Jadi dari perjanjian itu kita tahu mengapa Sayyidina Hasan bin Ali, selalu menerima uang dari Muawiyah.  

Demikian uraian singkat "Kisah Mimpi Cucu Rasulullah SAW Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib."  Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita dalam pengamalan agama Islam yang mulia ini. Aamiin. 

0 Response to "Kisah Mimpi Cucu Rasulullah SAW, Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel