Ketika Rasulullah SAW Marah, Sedih Dan Melaknat (Sejarah Do'a Qunut).

Ilustrasi do'a Qunut. 

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (Kategori posting Sejarah)
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini utuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Sejarah Do'a Qunut.
Pernahkan kita mendengar Rasulullah saw. bersedih? jawabnya tentu saja pernah dan bukan hanya kejadian sekali.
Tetapi pernahkah kita mendengar Rasulullah saw. marah bercampur sedih, sekalugus melaknat dan mendoakan yang jelek-jelek kepada suatu kaum?. Hmm, rasanya kok agak jarang kita dengar ya...
Sebab kita tahu bahwa pribadi Rasullah saw sejatinya adalah orang yang paling berakhlaq mulia. Beliau itu orang yang amat sabar, ramah, mudah mema'afkan, tidak pendendam dan juga amat santun. Semua itu adalah default sifat-sifat Rasulullah saw. yang menjadi panutan untuk rahmatan lil 'alamin.

Kisahnya adalah ketika Rasulullah saw. sedih dan marah sekali, tatkala mendengar kabar terbunuhnya 70 orang sahabatnya dibunuh. Tujuh puluh sahabat ini memang bukan sahabat biasa, mereka adalah para ulama yang telah beliau saw. bina kurang lebih hampir 4 tahun lamanya. Selama ini belum pernah beliau saw. merasakan kecewa sedalam seperti ini. Sampai reaksinya melaknat dan mendoa'akan keburukan secara massal kepada satu kaum.

Boleh dibilang kasus ini adalah sebagai anomali dari sifat-sifat agung yang dimiliki oleh Rasulullah saw. selama ini. Setidaknya kesan yang selama ini kita dapat dari diri pribadi Rasulullah saw., agak berbeda dalam kasus ini.
Sebelumnya Rasulullah saw. pernah kehilangan paman dan istri tercinta yang wafat hampir bersamaan di tahun yang sama. Beliau saw. memang berduka sekali, sehingga tahun dimana kedua orang tercinta itu wafat, disebut dengan tahun duka cita ('amul-huzn). Namun saat itu yang meliputi hati beliau saw. hanya rasa duka saja, tidak bercampur dengan amarah apalagi pakai main laknat segala.
Ketika mendengar Pamanda Hamzah bin Abdul Muthalib gugur di Medan Uhud, Rasulullah saw. nampak berduka. Beliau saw. memang berduka sekali, sehingga beliau nyaris tidak pernah mau memandang wajah Wasyi, yang telah membunuh pamannya. Bahkan hingga dikabarkan Wasyi masuk Islam sekalipun. Tetapi lagi-lagi beliau tidak sampai marah besar dan tidak pernah mendoakan hal-hal yang jelek kepada Wasyi.

Rasulullah saw. juga pernah ditawari oleh malaikat untuk menghancurkan kota Thaif, yaitu ketika penduduk Thaif menyambut kedatangan beliau dengan sambitan dan lemparan batu. Sehingga Rasulullah saw. terpaksa lari pontang-panting menyelamatkan diri masuk ke sebuah kebun anggur. Saat itu malaikat menawarkan jasa untuk membalas sakit hati. Tetapi Rasulullah saw. menggelengkan kepala, tanda tidak setuju.

Tetapi lain dengan kasus yang satu ini. Duka Rasulullah saw. yang amat dalam bercampur dengan amarah yang luar biasa dahsyat, ternyata menyatu sedemikian rupa, sehingga menimbulkan reaksi yang tidak main-main. Sampai sebulan lamanya beliau saw. mendo'akan keburukan kepada kaum yang telah dengan sengaja dan tega membunuh para ulama dari kalangan sahabat.
Adapun redaksi do'anya adalah sebagai berikut : (Lafadz doa Nabi saw. ketika mendoakan keburukan dan melaknat kepada mereka) :
Ya Allah, keraskanlah siksa-Mu atas (kaum) Mudhar, Ya Allah, jadikanlah atas mereka musim kemarau seperti musim kemarau (yang terjadi pada zaman Yusuf). (HR. Al-Bukhari). dan dilanjutkan doa sebagai berikut : 
Ya Allah, Laknatlah si Fulan, dan si Fulan dan si Fulan. 
Kedua do'a diatas selalu dibacakan selama satu bulan penuh, setiap melaksanakan shalat fardhu yang lima waktu. Itulah "Sejarah do'a Qunut" yang dibaca oleh Rasulullah selama satu bulan lamanya. Namun setelah satu bulan lamanya Allah melarang Nabi Muhammad saw. untuk berdo'a sebagaimana lafadz di atas, dengan turunnya wahyu surat Ali Imran ayat 128-129, sebagai berikut.
"Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu "(226)" atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
(QS Ali Imran : 128) 
Ket. (226) Yakni sehubungan dengan terbunuhnya tujuh puluh pemimpin mereka dan tertawannya tujuh puluh orang lainnya.  (Terjemah Depag.RI)
"Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS Ali Imran : 129). 
Dengan turunnya dua ayat tersebut di atas, maka Rasulullah saw. berhenti berdoa dan melaknat dan menggantikan Do'a Qunut dengan Qunut Nazilah yang diajarkan kepada cucunya yaitu Al-Hasan dengan do'a sebagai berikut : 
Menurut riwayat yang shaheh Nabi saw. sepanjang hidupnya hingga beliau wafat tidak pernah membaca Qunut lagi, baik qunut yang melaknat maupun qunut Nazilah yang diajarkan Beliau saw, kepada cucunya yaitu Al-Hasan. Namun doa qunut Nazilah ini selalu dibacakan oleh para sahabat Nabi saw. Khususnya ketika terjadi bencana yang menyakut kaum muslimin di belahan jagat raya ini. 
Do'a qunut yang sekarang kita baca adalah Qunut Nazilah yang telah diajarkan oleh Nabi saw. kepada cucunya yaitu Al-Hasan. Itulah sekelumit sejarah terjadinya Do'a Qunut. 

Untuk mengetahui kisah do'a Rasulullah dengan memaki dan melaknat suatu kaum, ikutilah urain di bawah ini : 
Kisahnya dimulai Rasullah mendengar kabar bahwa ada satu kaum yang ingin masuk Islam. Dan kabarnya mereka meminta kepada Rasullah saw. agar beliau mengirimkan para ulama ahli agama Islam yang akan mengajarkan kaum itu berbagai ilmu agama.

Disebutkan bahwa kaum itu adalah Bani Sulaim yang terdiri dari Kabilah Ri'lin, Hayyan, Dzakwan dan 'Usyhayyah. Mereka pura-pura meminta kepada Rasulullah saw. agar mau mengajarkan mereka tentang Islam, padahal di balik sikap itu ada niat teramat keji dan jahat yang disembunykannya.

Tentu Rasulullah saw. tidak tahu akal liciknya Bani Sulaim dkk. Maka ketika mendengar kabar itu Rasulullah sangat bergembira dan berbahagia dan kabarnya mereka meminta kepada Rasulullah saw. agar mau mengajarkan mereka tentang Islam. Dan juga kaum itu bukan hanya ingin masuk Islam, malah bersedia untuk mendalami ilmu agama. Terdengar sebagai kabar yang indah dan menyenangkan, bukan? 

Maka Rasulullah saw. pun mengutus para ulama yang ahli dibidangnya kepada kaum itu. Juhmlahnya tidak tanggung-tanggung, sejarah mencatat jumlah mereka mencapai tujuh puluh orang. Tjuh puluh ini terbilang banyak, sebab jumlah ulama terlalu sedikit di masa itu. 
Memang nash-nash hadits tidak menyebutkan istilah ulama saat itu. Sebab memang sebutan untuk para ulama dari ahli syariah di masa itu bukan ulama, melainkan "Qurra". Sayangnya istilah qurra' ini seringkali diterjemahkan secara harfiyah sebagai para penghafal al-Qur'an. 

Seolah-olah dianggap sama saja qurra' di masa Nabi saw. dengan para penghafal qur'an di masa kita ini, yaitu mereka yang semata-mata cuma bisa menghafal 30 juz Al-Qur'an, tetapi tidak tahu makna tiap ayatnya, tidak mengerti isi kandungannya, tidak paham hukum-hukum syariat dan detail maqashid syariahnya. Bahkan nyaris para penghafal al_qur'an di zaman kita ini, khususnya bangsa Indonesia, sama sekali tidak melek bahasa Arab, baik pasif atau akif. Mereka memang bisa baca Al-Qur'an tanpa melihat mushaf, tetapi jelas-jelas bukan ulama ahli syariah. 

Dan itu 180 derajat berbeda dengan "Qurra" di masa Nabi saw. Yang disebut dengan qurra' di masa itu tidak lain adalah mereka yang benar-benar ahli di bidang hukum-hukum syariah, bukan sekedar penghafal al-Qur'an semata. Mereka telah melewati berbagai macam pembinaan langsung dari Rasulullah saw. bahkan jumlah mereka memeang amat terbatas.  Dengan bahasa kita zaman sekarang, para qurra' itulah ulama ahli syariah yang punya ilmu luas dan mendalam tentang detail-detail hukum syariah. 

Dalam kitabnya yang amat populer " I'lamul Muwaqqi'in " Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tidak semua shahabat Nabi merupakan para ahli agama dan syariah. Yang merupakan ahli syariah dan mengerti cara melakukan ijtihad dan istimbat hukum jumlahnya amat terbatas, hanya sekitar 120 orang saja. Sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total para shahabat yang mencapai 124 orang saat itu.  
Sebab untuk dapat mencetak mereka bukan perkara yang mudah. Tidak mentang-mentang seorang sahabat itu sering ikut mengaji bersama Nabi saw. lantas dia dianggap sebagai " Qurra' " atau ahli agama. 

Maka kalau sampai Rasulullah saw. mengirim hingga 70-an ulama kepada suatu kaum, berarti ini bukan pekerjaan main-main. Tetapi apa lacur, sesampainya para ulama kesayangan Nabi SAW. di sumur Ma'unah, mereka dibantai dan dibunuh secara kejam semuanya. Pada saat itu tidak ada kesedihan yang lebih menyedihkan yang menimpa Nabi saw selain kejadian itu.

Rasa duka yang mendalam serta amarah Rasulullah saw. saat itu boleh jadi sudah sampai puncaknya. Betapa tidak, atas kejadian itu maka kemudian beliau saw. melakukan Qunut yang intinya mendo'akan kehancuran, keburukan dan juga memohon kepada Allah untuk menghujani kaum itu dengan laknat dan kutukan. Dan doa qunut ini dilakukan secara berjama'ah, diamini oleh seluruh sahabat yang ikut shalat di masjid Nabawi. 
Dalam sehari semalam doa ini dibaca lima kali, yang artinya setiap shalat Fardhu, doa mengutuk dan melaknat kaum itu tetap dibaca. Dan nyaris selama satu bulan penuh doa laknat ini tetap dikumandangkan oleh Rasulullah saw. di masjid setiap kali shalat fardhu, yang juga diamini oleh semua sahabat. 

Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. dalam qunutnya menyebut-nyebut secara eksplisit nama-nama penjahat yang merupakan pimpinan kaum terlaknat itu. Semua ini menunjukkan betapa hati Rasulullah saw. terluka amat dalam. Sebab 70 ulama itu bukan asset yang murah. Mereka adalah para kader inti sejati, yang dibina langsung dengan tangan belia saw. sendiri.
Kalau hanya kehilangan sahabat yang gugur di medan perang fisik, buat Rasulullah saw. sudah hal biasa. Misalnya Perang Badar, Uhud, Khandak dan seterusnya, adalah perang-perang yang terjadi nyaris secara rutin. Dan dalam tiap peperangan itu, beliau saw. sudah terbiasa mengdengar laporan si fulan dan si fulan dari sahabat nya gugur sebagai syahid. 

Rasulullah saw. bersedih ketika ada sahabat yang gugur di medan jihad. Namun kesedihan beliau tidak seperti sedih dan marah ketika mendengar 70 kader ulama inti di bunuh di sumur Ma'unah. Sebab nilai ulama itu memang tidak sama dengan orang awam atau biasa. Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur'an :
Katakanlah : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahu?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS. Az-Zumar : 9)
Dan Al-Qur'an sendiri juga memberikan perlakuan khusus kepada para ulama ini. Kalau sahabat yang lain dipersilahkan ikut jihad semuanya, maka para calon ulama ini bener-benar dilindungi. Salah satunya untuk tidak usah ikut jihad ke medan perang. 
Hal ini menunjukkan bahwa memperdalam ilmu agama jauh lebih penting ketimbang jihad di medan tempur. Oleh karena itulah Al-Qur'an secara langsung menegur para calon ulama ini, apabila mereka meningggalkan majelis ilmu dan malah ikutan perang.     
"Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". (QS, At-Taubah : 122)

Demikian uraian tentang Seajarah doa qunut yang melaknat. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam menyelami ilmu agama Islam yang Mulia.   

0 Response to "Ketika Rasulullah SAW Marah, Sedih Dan Melaknat (Sejarah Do'a Qunut)."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel