Perkara-perkara Yang Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan.


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam, (kategori posting Puasa)

Pembaca budiman Rahmat dan Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah serta menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...  

Perkara-Perkara yang tidak membatalkan puasa ramadhan, adalah hal yang perlu kita ketahui agar dalam mejalankan puasa ini tidak ada keraguan apakah ini dan itu boleh dilakukan atau tidak. Puasa adalah sebagai salah satu amal ibadah yang diperintahkan/diwajibkan secara Fardhu 'ain  atas umat muslim yang sudah mukallaf,/baligh   

Tentang pelaksanaanya puasa dalam agama Islam memiliki beberapa larangan yang apabila dilanggar maka puasanya dinyatakan tidak sah atau batal.  Hal-hal yang dilarang dilakukan itu, adalah sesuatu yang telah jelas dalilnya, baik dari Al-Qur'an maupun sunnah Rasulullah saw.  Ada beberapa amalan atau perbuatan yang dianggap oleh sebagian orang bahwa sesuatu itu dapat membatalkan : misalnya keramas pada siang hari, berendam, menyelam, meneteskan obat mata, mencium istri (sendiri), berbekam, suntik, berkumur dan mencicipi makanan yang sedang dimasak. Padahal secara Syar'i hal-hal tersebut di atas, tidak terlarang. Baik karena tidak adanya dalil larangan ataupun malah adanya dalil yang membolehkan perbuatan tersebut.  

Aritikel ini bermaksud mengajak pembaca, bahwa segala sesuatu dalam masalah agama (melarang atau membolehkan) itu harus berdasarkan landasan yang kuat, bukan berdasarkan prasangkaan, perkiraan atau logika semata.
Ada Beberapa Amalan Yang Dibolehkan Saat Berpuasa (Tidak Membatalkan). 

1. Menyelam Dalam Air, Keramas Di Siang Hari.
Dari Abu Bakar bin Abdurrahman dari beberapa orang sahabat Nabi saw. Artinya : "Sungguh saya telah melihat Nabi saw. Menyiramkan air ke atas kepalanya sewaktu berpuasa, disebabkan haus atau kepanasan" (1)
Keramas untuk mendinginkan Badan.
كان صلى الله عليه وعلى آله وسلم يصب الماء على رأسه وهو صائم من العطش أو من الحر
"Nabi saw. pernah menyiramkan air ke atas kepala Beliau ketika sedang puasa, karena kehausan atau terlalu panas". (2)   
                                                        وكان ابْنُ عُمَرَ -رضى الله عنهما- بَلَّ ثَوْبًا ، فَأَلْقَاهُ عَلَيْهِ، وَهُوَ صَائِمٌ
"Ibnu Umar r.a. pernah membasai pakaiannya dan beliau letakkan di atas kepalanya ketika sedang berpuasa". (3)
Semakna dengan hadits ini adalah orang yang berenang atau berendam di air ketika sedang puasa.
Dari Aisyah r.anha. "Bahwa Nabi saw. jika di waktu subuh berada dalam keadaan junub, tetapi beliau tetap berpuasa, kemudaian beliau mandi".
Jika kebetulan air itu masuk ke dalam rongga perut orang yang sedang berpuasa tanpa disengaja, maka puasanya tetap sah. 


2. Mengoleskan celak dan Meneteskan Obat mata, Atau lain-lain kedalam Mata. 

3. Mencium Istri, bagi orang yang sanggup menahan dan menguasai syahwatnya. Dari Umar r.a. 
  • Ibnu Mundzir, Umar, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Aisyah, Atha, Sya'bi, Hasan, Ahmad dan Ishak memberi keringanan (rukhsah) dalam hal mencium istri ini" (6)
  • Menurut golongan Hanafi dan Syafi'i hukumnya makruh jika merangsang syahwat atau nafsu sek seseorang, dan jika tidak merangsang maka tidaklah makruh, tetapi lebih utama meninmggalkannya. 
Walaupun terasa dalam kerongkongan atau tidak, karena mata bukanlah jalur masuk ke rongga perut. tentang pasal ini diterima berita dari Anas, bahwa ia sendiri memakai celak waktu berpuasa. Dalam pernyataan Al Bukhari dalam shahihnya :                                ولم ير أنس والحسن وإبراهيم بالكحل للصائم بأساً
Anas bin Malik, Hasan Al-Bashri, dan Ibrahim berpendapat bolehnya menggunakan celak. (4). 

Diterima dari Aisyah r.anha. : 
 كان رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُقَبِّلُ وهُو صَائِمٌ وَيُباشِر وَهُو صَائِمٌ ولَكِنَّه كَان أَملَكَكُم لأَرَبِه
"Nabi saw. Biasa mencium istrinya di waktu sedang berpuasa, dan bersentuhan dikala berpuasa, dan beliau adalah orang yang paling mampu menguasai nafsunya". (5).
هَشَشتُ يَوْمًا فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيمًا فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ
"Pada suatu hari bangkitlah birahi saya maka saya cium istri saya, sedang saya sedang berpuasa. Lalu saya temui Nabi saw. Aku berkata kepadanya; "Hari ini saya telah melakukan hal berat, saya mencium istri saya padahal sya berpuasa". Maka ujar Rasulullah saw. 
 أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتُ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ 

"Bagaimana pendapat anda, jika anda berkumur-kumur sedang ketika itu anda sedang berpuasa?.  Ujar saya : Itu tidak apa-apa! Sabda Nabi pula : Maka kenapa anda tanyakan lagi?".

4. Injeksi atau Suntikan.

Biar untuk memasukkan makanan atau lainnya, dan sama saja halnya apakah kedalam urat atau ke bawah kulit. Walaupun akhirnya yang disuntikkan itu sampai juga ke dalam perut, tetapi masuknya bukanlah dari jalan biasa (atau mulut).



5. Berbekam 
Yakni mengeluarkan darah dari bagiian kepala.
أَنَّ النَبِـيّ صلى الله عليه وسلم احتَجَمَ وَهُو صَائِم
Nabi saw. Sendiri pernah berbekam padahal beliau sedang berpuasa. (7).  Kecuali bila hal itu akan melemahkan orang yang berpuasa, maka hukumnya makruh. Tsabit al-Banani bertanya kepada Anas r.a : "Apakah di masa Rasulullah saw. berbekam itu tuan-tuan anggap makruh?" Ujar Anas : "Tidak" kecuali bila melemahkan. (8)

6. Berkumur-Kumur dan Memasukkan air ke dalam Rongga Hidung, asal tidak berlebihan.
Diriwayatkan dari Laqith bin Shabrah bahwa Nabi saw. Bersabda : 
وبَالِغ فِي الاِستِنشَاق إلا أَن تكُون صائماً
"Jika istinsyaq membersihkan rongga hidung, maka sampaikanlah sedalam-dalamnya, kecuali jika engkau berpuasa". (9)
Pendapat :
  • Mengenai menaruh obat ke dalam hidung orang yang sedang berpuas, tidak disetujui oleh para ahli, mereka berpendapat bahwa itu membatalkan. Dan maksud hadits di atas menguatkan pendapat itu.
  • Qudamah : "Jika seseorang berkumur-kumur atau beristinsyaq waktu bersuci, lalu masuk air ke dalam kerongkongannya tanpa disengaja atau tidak berlebih-lebihan, maka tidak menjadi apa. (Pendapat ini juga menjadi pendirian Auza'i Ishak dan Syafi'i dalam salah satu diantara dua pendapatnya juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas). 
  • Malik dan Abu Hanifah : "Puasanya batal". Karena ia menyampaikan air ke rongga perutnya dalam keadaan sadar terhadap puasanya, sama halnya jika ia sengaja meminumnya. Allaahu 'alam. 
7. Hal-hal Yang Tak Mungkin Dapat Menghindarinya. 
Misalnya menelan air ludah, debu jalanan, sisa-sia tepung atau makanan dll.
Berkata Ibnu Abbas r.a "Tidak mengapa, bila ia merasai makanan asam atau sesuatu yang hendak dibelinya untuk mencobanya. Ibnu Abbas r.a mengatakan : 
لَا بَأسَ أَن يَذُوق الخَلَّ أو الشَيءَ مَا لَـم يَدخُل حَلقَه وهو صائم

Orang yang puasa boleh mencicipi cuka atau makanan lainnya selama tidak masuk ke kerongkongannya (10). Dan Hasan biasa memamahkan kelapa untuk cucunya, dan Ibrahim menganggap rukhsah atau suatu keringanan. 


Demikian uraian singkat ini Perkara-perkara yang tidak Membatalkan Puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat dan sebagai khazanah dalam pengetahuan pengamalan Puasa. 



Sumber :
Fiqih Sunnah Jilid 3 hal.264- 271, Sayyid Sabiq, Penerbit PT. al-Ma'arif - Bandung. 

(1)  HR. Ahmad, Malik. dan Abu Daud dengan isnad yang sah. 
(2)  HR. Ahmad Abu Daud dengan sanad bersambung dan Shahih.
(3)  Riwayat Al Bukhari secara muallaq.
(4)  Shahih Bukhori bab Bolehnya orang yang berpuasa mandi. Madzhab Safi'i.
(5)  HR. Bukhari dan Muslim
(6)  HR. Ahmad dan dishahihkan Syu'aib Al Anauth
(7) HR Bukhari dan Abu Daud
(8) HR. Bukhari dll.
(9) HR. Ashabuss Sunan dan menurut Turmudzi hadits ini hasan lagi shahih
(10) HR. Al Bukhari secara muallaq. 

0 Response to "Perkara-perkara Yang Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel