Tata Cara Masbuk Shalat Subuh Bagi Jama'ah Yang Ketinggalan Satu Raka'at.


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (Kategori posting Sholat)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin. ...

Kadang masih banyak yang bertanya tentang tata cara masbuk shalat subuh bagi jamaah yang ketinggalan satu raka'at. Karena hal ini berbeda dengan masbuk ketinggal rakaat dalam shalat selain subuh. Untuk shalat subuh tidak mempunyai tasyahud awal, sebagaimana shalat yang lainnya, karena ada tasyahud awalnya. Maka bagaimana ketika kita ketinggalan satu raka'at, sementara kita ikut duduk bersama imam yang sedang menyelesaikan shalatnya, bacaan tasyahudnya apakah dibaca  hingga akhir bacaan tasyahud seperti imam, atau hanya sampai tasyahud awal saja sebagaima ketika ketinggal (masbuk) pada shalat yang selain subuh.  

Definisi makmum masbuk, adalah orang yang ketinggalan 1 atau beberapa raka'at bersama imam sholat. Makmum dihitung mendapat raka'at adalah minimal ketika ia mendapati imam sedang ruku' sekalipun ia tidak dapat membaca al-fatihah karena al-fatihahnya telah ditanggung oleh imam. Sedangkan cara menghitung ketinggalan raka'atnya adalah ia jadikan rakaat yang bersama imam sebagai raka'at pertama. Misalnya seorang makmum mendapati imam shalat Isya sedang ruku' pada rakaat kedua maka ia (makmum) dinyatakan baru mendapat satu raka'at. Dan pada waktu imam selesai shalat dan sudah salam maka makmum yang masbuk (ketinggalan) tadi, bangun berdiri untuk menyelesaikan raka'at yang ketinggala 1 rakaat tersebut. Hal itu baru sempurna jika ia telah menyelesaikan rak'aat yang ketinggalan pada shalat Isya itu. Dan bacaan Fatihahnya dibaca dengan shir/pelan hanya dapat didengar oleh telinga sendiri atau dengan kata lain orang lain tidak dapat mendengarnya.    

Permasalahan yang kami bicarakan kali ini sesuai judul diatas,  adalah ketika makmum ketinggalan satu raka'at pada waktu shalat subuh. Misalnya makmum ketinggalan satu raka'at pada shalat subuh, dan kita ketahui bersama, bahwa 2 raka'at shalat subuh bacaan Al-Fatihah dan Suratnya dibaca keras. Sedangkan para jumhur ulama sepakat bahwa bacaan Al-Fatihah dibaca dengan Sirr/lirih dan tidak bibaca Jahr/keras ketika menyelesaikan ketinggalannya itu. 
Tim fatwa Islam dalam soal no. 79444 telah membahas permasalahan kita ini, berikut saya nukilkan untuk pembaca yang mulia : 
 الله خيرا.
الإجابــة
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد:
فمن أدرك الركعة الثانية من صلاة الفجر مع إمام وفاتته الأولى، فبعد سلام الإمام يقوم المسبوق بقضاء تلك الركعة، لكن هل يجهر بالقراءة فيها أم لا ؟ اختلف أهل العلم في ذلك، فعند المالكية يجهر بالقراءة بالقدر الذي لا يشوش على غيره من المصلين، قال الحطاب في مواهب الجليل وهو مالكي: وقال في المدخل في آخر الفصل الأول من فصول العالم في الكلام على القراءة بالجهر وفي المسجد ما نصه: ألا ترى أن علماءنا رحمة الله عليهم قد قالوا فيمن فاتته الركعة الأولى أو الأولى والثانية من صلاة الجهر إنه إذا قام لقضاء ما فاته أنه يخفض صوته فيما يجهر فيه فيجهر في ذلك بأقل مراتب الجهر وهو أن يسمع نفسه  ومن يليه خيفة أن يشوش على غيره من المسبوقين. انتهى
وعند الحنابلة له الخيار في غير الجمعة بين الجهر والإسرار، ففي كشاف القناع ممزوجا بمتن الإقناع وهو حنبلي: ( ويُخَيَّر ) المسبوق إذا قضى ما فاته ( في الجهر ) بالقراءة ( في صلاة الجهر ) غير الجمعة ( بعد مفارقة إمامه وتقدم في صفة الصلاة ). انتهى
وعند الشافعية لا يطالب بالجهر بل يسر بالقراءة، ففي حاشية سليمان البجيرمي على التجريد لنفع العبيد وهو شافعي متحدثا عن المسبوق: فإن قيل هَلاَّ قضى الجهر أيضا وما الفرق بينهما ؟ قلتُ فُرقَ بينهما بأن السورة سنة مستقلة والجهر صفة تابعة أي فمن ثَمَّ أمر بالأول دون الثاني.  انتهى
وعليه فإذا أراد المسبوق الجهر بالقراءة في ركعة القضاء في هذه الحالة فلا يجهر بالقدر الذي يشوش على المصلين، وراجع الفتوى رقم: 31389.
وللفائدة راجع الفتوى رقم:  33234 .           
والله أعلم

Pertanyaan : Apakah benar seorang yang masbuk pada shalat subuh yang ketinggal 1 raka'at membaca Fatihah dan suratannya pelan, (tidak keras)?  Kita maklum bahwa shalat subuh bacaannya adalah jahriyyah (keras). 

Jawaban : 
Barangsipa yang mendapati raka'at kedua pada waktu shalat Subuh bersama imam dan ia ketinggalan dari raka'at pertama, maka setelah imam salam, si masbuk berdiri untuk menyelesaikan raka'at tersebut, namun apakah ia membaca jahriyyah/keras atau tidak (Sirr), para ulam berselesih pendapat tentang hal ini. 

Menurut Malikiyyah ia harus membaca keras dengan ukuran yang tidak menganngu orang lain yang sedang dzikir atau memang ada rombongan yang sedang shalat Subuh jama'ah sesi kedua, karena baru sampai dari perjalanan jauh.

Al-Khothob-Ulama Malikiyyah dalam Mawaahibul Jalil berkata : Dalam al-Madkhol fii akhiril fash min fushuulil Aalim fiil kalam tentang bacaan jahr di masjid, berikut teksnya : 
"Bukankah engkau melihat ulama kami mengatakan bahwa orang yang tertinggal raka'at pertama atau raka'at kedua pada shalat Subuh, maka jika ia mengerjakan yang tertinggal, ia mengurangi volume suara pada tempat yang bacaannya keras,  yakni dengan ukuran yang paling rendah dari Jahr, yakni suara yang hanya didengar oleh dirinya sendiri, sedangkan orang yang disekitarnya tidak terganggu dengan suara bacannya.  

Menurut Hanabilah (Imam Hanafi) maka selain shalat Jum'at, ia dapat memilih apakah dijahrkan/dikeraskan atau di-sirr-kan. Dalam "Kitab Kasyaaful Qinaa" Diberikan pilihan kepada masbuk pada waktu menyemprnakan apa yang tertinggal dalam shalat Jahr selain shalat Jum'at, ketika masbuk menyelesaikan raka'at yang ketinggalan. Imam Hanafi membolehkan untuk menjahr-nya/mengeraskannya. 

Menurut Syai'iyah tidak diminta untuk mengeraskan bacaan, dan dipeintahkan untuk Sirr/dilirihkan. Dalam Hasyiyah Sulaiman al-Bajiirimiy : Jika dikatakan bukanlah ia mengqhadho jahrnya juga, apa perbedaannya? Dijawab oleh Imam Syfi'iyah : Bahwa perbedaan antara keduanya jika surat adalah sunnah tersendiri, sedangkan Jahr adalah sifat yang mengikutinya. Maka janganlah ia mengeraskan yang dapat mengganggu orang-orang yang sedang shalat lainnya. 

Hal bacaan Qunut bagi saudara kita yang ketika shalat subuh selalu dibacanya. 
Jika saya ketinggalan satu raka'at pada shalat Subuh dalam berjama'ah, apakah pada raka'at yang kedua saya (sempurnakan) harus membaca doa qunut kembali, karena ketika saya ketinggalan di rakaat itu sudah membaca doa Qunut. 

Jawab : 
Ya menurut para ulama bacaan doa Qunutnya dibaca lagi. Karena Qunut yang pertama Anda  sedang mengikuti imam, dan yang kedua Qunut sunnah, bagi Anda yang selalu membaca Qunut pada shalat Subuh di raka'at kedua.   

Perlu diperhatikan Hadits Nabi saw. bagi Jamaah yang Masbuk atau ketinggalan.
Rasulullah saw. bersabda : "Jika shalat telah didirikan (terdengar iqamah), maka janganlah mendatanginya dengan berlari-lari (tergesa-gesa). Datangilah shalat itu dengan berjalan tenang. Apa yang kamu dapati dari imam, maka kerjakanlah sepertinya.  (seperti yang imam sedang lakukan)  dan apa yang terlewatkan darimu maka sempurnakanlah" 

Demikian uraian Tata Cara Masbuk Subuh Bagi Jama'ah Yang Ketinggalan satu Raka'at. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam khazanah ke-Islaman.

4 Responses to "Tata Cara Masbuk Shalat Subuh Bagi Jama'ah Yang Ketinggalan Satu Raka'at."

  1. Trima kasih kembali telah mampir di blog saya.

    ReplyDelete
  2. Seberapa banyak riwayat & hadits langsung dari Rasullullah yg terkait qunut Di shalat subuh ini..?? Hal inipun terkait juga dgn perintah Allah kpd Rasullullah utk tdk meneruskan doa qunut yg sudah dijalaninya selama beberapa minggu tanpa Henti. Silahkan dishare karena ini terkait hukum ibadah langsung yg hanya dicontohkan beliau sendiri. Barakallaahu fiyk

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel