Asbabun Nuzul Surat Al-Kahfi (Gua) - Ashabul Kahfi.

.

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (katagori posting Asbabun Nuzul)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin... 

Asbabun Nuzul Surat Al Kahfi (Gua), Ashabul Kahfi, adalah surat yang sangat pupuler yang sering menjadi acuan ceramah oleh para da'i dalam momen-momen tertentu.  Surat Al-Kahfi terdiri dari 110 ayat. Dari 110 ayat ini membahas 4 pokok bahasan yang terdiri dari :
  1. Keimanan yang isinya : Kekuasaan Allah swt. untuk memberi daya hidup pada manusia di luar hukum kebiasaan; dasar-dasar Tauhid serta keadilan Allah swt. tidak berubah untuk selama-lamanya, kalimat-kalimat Allah (ilmu-Nya), amat luas sekali, meliputi segala sesuatu.
  2. Hukum-Hukum : Dasar hukum akalah (berwakil) ; larangan membangun tempat ibadah di atas kubur, hukum membaca Insya Allah; perbuatan yang dilakukan karena lupa adalah dimaafkan; kebolehan merusak suatu barang untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar. 
  3. Kisah-Kisah : Cerita Ashabul Kahfi, cerita dua orang laki-laki yang seorang kafir dan yang lainnya mu'min; cerita Nabi Musa a.s. dengan Khidir; cerita Dzulkarnain dengan Ya'juj dan Ma'juj. 
  4. Dan lain-lan. Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari cerita-cerita dalam surat ini antara lain tentang kekuatan iman kepada Allah swt. serta ibadah yang ikhlas kepadanya. Kesungguhan dalam mencari guru (ilmu) adab sopan santun antara murid dengan guru. Dan beberapa contoh tentang cara memimpin dalam memerintah rakyat, serta perjuangan untuk mencapai kebahagiaan rakyat dan negara. 
Sekarang mari kita telaah Asbabun Nuzul (sebab turunnya) dari sebagian ayat-ayat yang yang menjadi pokok turunnya surat ini. 

"Maka (apakah) barangkali kamu akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (al-quran)". (QS 18 :6)
"Apakah kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengagumkan?" (QS 18 : 9)
:Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu "sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi" (QS. 18: 23)
"Kecuali (dengan menyebut) Insya Allah Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada orang yang lebih dekat kebenarannya daripada ini".(QS,18 : 24).
"Dan mereka tinggal dalam gua, mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS 18 : 25).  

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy telah mengutus an-Nadr bin al-Hairts dan 'Uqbah bin Abi Mu'ith untuk bertanya tentang kenabian Muhammad dengan cara menceritakan sifat-sifat Muhammad, dan segala sesuatu yang diucapkan olehnya kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. 

Orang-orang Quraisy menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai keahlian dalam memahami kitab yang telah diturunkan lebih dahulu dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya. 

Maka berangkatlah kedua utusan tadi ke Madinah dan bertanya kepada Pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai dengan apa yang diharapkan kaum Quraisy. Berkatalah pendeta itu kepada utusan Quraisy; "Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia dapat menjawabnya, maka dia adalah nabi yang diutus, akan tetapi jika ia tidak dapat menjawabnya ia hanyalah orang yang mengaku-ngaku jadi Nabi. 

"Tanyakanlah kepadanya tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka, Karena cerita tentang pemuda ini sangat menarik. Tanyakanlah kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa pula yang terjadi padanya, dan tanyakan pula kepadanya tentang ruh itu". Maka pulanglah utusan tadi kepada Quraisy dan berkata : " Kami datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara tuan-tuan dan Muhammad".
Merekapun berangkat menghadap Rasulullah saw. dan menanyakan ketiga persoalan di atas. Rasulullah saw. bersabda : "Aku akan menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu" (tanpa menyebut insya Allah). Lalu pulanglah mereka semuanya. 

Rasusulullah saw. menunggu-nunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya, bahkan Jibril pun tidak kunjung datang kepadanya, sehingga orang-orang Mekah goyah dan Rasulullah saw. merasa sedih karenanya, dan tidak tahu apa yang harus di katakan kepada kaum Quraisy. Pada suatu ketika datanglah Jibril membawa surat Al-Kahfi yang di dalamnya menegur Nabi Muhammad saw. atas kesedihannya karena perbuatan mereka : Maka (QS 18:6) dan menerangkan apa-apa yang mereka tanyakan tentang pemuda-pemuda yang bepergian. (QS. 18 antara ayat 9 s/d ayat 26) dan seorang pengembara (QS 18 : 83 s/d 101) dan firman Allah tentang ruh (QS 17 : 85). 
Diriwayatkan oleh Jarir dari Ibnu Ishaq dari seorang alim bangsa Mesir dari "Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas"

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa 'Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahl bin Hisyam, An-Nadr bin al-Harits , Umayyah bin khalaf, al-Ashi dan Wa'il al-Aswad bin al-Mutthalib dan Abul Buhturi dari tokoh-tokoh Quraisy telah berkomplot melawan Rasulullah saw. Oleh Rasulullah perlawanan kaumnya terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasihat-nasihatnya yang baik dirasakan sangat berat dan sangat menyedihkan hatinya. Maka turunlah (QS, 18 : 6) sebagai teguran atas kemurungannya. Diriwayatkan oleh Marduwih yang bersumber dari Ibnu Abbas. 

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat "walabitsu fi kahfihim tsalatsa mi'atin" (QS.18 :25) (Dan pemuda-pemuda ashabul kahfi itu menetap dalam gua selama tiga ratus tahun atau bulan?" Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya Sinina wazdadu tis'a" (tiga ratus tahun lebih sembilan). Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi saw pernah bersumpah. Setelah empat puluh malam berlalu, barulah Allah menurunkan ayat ini (QS, 23 dan 24) yang memperingatkan agar aoabila bersumpah hendaknya diikuti dengan ucapan "insya Allah". Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari adl-Dduhhak dan Ibnu Marduwih yang bersumber dari Ibnu Abbas. 

"Dan sabarkanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya dari pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, dan (lagi) menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". (QS 18 : 28) 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa akhir ayat ini (QS 18 :28) turun berkenaan dengan Ummayah bin Khalaf al-Jumbi yang mengajak kepada Nabi saw. untuk melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah yaitu mengusir sahabat-sahabat Rasul yang fakir dan berusaha mendekatkan tokoh-tokoh Quraisy kepada Nabi saw. Ayat ini (QS. 18 :28) melarang Rasulullah saw. leluluskan permintaan itu.  Diriwayatkan oleh Marduwaih dari Juwaibir dari ad-Dhahaq yang bersumber dari Ibnu Abbas. 

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Nabi saw, menghadapi Umayyah bin Khalaf dengan baik sehingga lupa akan apa yang diwahyukan kepadanya. Maka turnlah ayat ini (QS 18 : 28) yang mengingatkan beliau untuk tidak mengikuti ajakan orang yang menyebabkan lupa kepada Tuhan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ar-Rabi'. 

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa " 'Uyainah bin Hishnin datang menghadap kepada Nabi saw. yang sedang duduk bersama Salman al-Farisi. Ia berkata : "Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan dan baru kami dipersilahkan masuk" Maka turunlah ayat ini (QS 18 :28) yang mengingatkan Rasulullah saw. untuk menolak permintaannya. 
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abi Hurairah. 

Katakanlah "Kalau sekiranya lautan menjadai tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan tiu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula". (QS 18 : 109) 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berkata kepada kaum yahudi : "Berilah kami bahan untuk kami tanyakan kepada orang ini. (Muhammad)" Mereka pun berkata " Tanyakan kepada nya tentang ruh" Lalu Kaum Quraisy pun bertanya kepada Rasul. Maka turunlah ayat tentang ruh (QS 17 : 85). Setelah kaum Quraisy menyampaikan jawabannya, katakanlah kaum yahudi : "Kami diberi ilmu banyak, dengan diberi Taurat. Dan barangsiapa yang diberi Taurat sesungguhnya ia diberi kebaikan yang banyak". Maka turunlah ayat ini (QS 18 : 109) yang menegaskan bahwa ilmu Allah tidak akan ada yang menyerupainya dan tidak akan habis-habisnya. 
Diriwayatkan oleh al-Hakim dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas. 

Katakanlah "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu hanya Tuhan Yang Esa" Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dngan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS 18 : 110). 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki berkata : Ya Rasulullah! Aku ini tabah dalam peperangan dan mengharap ridha Allah serta ingin supaya terlihat kedudukanku oleh orang lain". Rasulullah tidak menjawab sedikit pun sehinnga turun ayat ini (QS 18 : 110) sebagai pegangan bagi orang yang mengharapkan ridha Allah. 
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Inbu Abid-Dunya di dalam kitabul Ikhlash yang bersumber dari Thawus. Hadits ini mursal. 
Diriwayatkan pula oleh al-Hakim dalam Kitab Mustadrak tapi mausul dari Tawus yang bersumber dari Ibnu Abbas. Al-Hakim menshohehkannya berdasarkan syarat shahehain. 

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa seorang dari Kaum Muslimin berperang dan ingin kelihatan kedudukannya oleh orang lain. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS 18 :110) yang memberikan pegangan bagaimana jalan seharusnya untuk mencapai ridha Allah. 
Diriwayatkan oleh Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid.  

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (QS 18 :110) turun sebagai teguran kepada orang yangh shalat atau shaum atau shadaqoh yang apabila mendapat pujian ibadahnya diperbanyak dan merasa gembira atas pujian tersebut.  
Diriwayatkan oleh Abu Na'im dan Ibnu Askir di dalam kitab tarikhnya dari as-Suddi dari as-Shaghir dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas, yang bersumber dari Zundub bin Zubair.  

Demikian uraian Asbabun Nuzul Surat Al-Kahfi (Gua) -Ashabul Kahfi. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan dalam mempelajari Al-Quran. 

SUMBER : Asbabun Nuzul
Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Alqur'an. 
OLeh KH. Qamaruddin Shaleh. , HAA. Dahlan,  Prof Dr.M.D Dahlan
Cetakan XX Penerbit CV Diponegoro Bandung.  

0 Response to "Asbabun Nuzul Surat Al-Kahfi (Gua) - Ashabul Kahfi."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel