Khutbah Hari Raya Idul Adha 1443 H.

ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َٰู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ 
Assalamu'alaikum wr.wb. Kajian Islam (Katagori Posting Khutbah)
Pembaca budiman, bimbingan dan hidayah-Nya selalu menyertai kita dalam segala aktivitas.

Rasiyambumen.com / Pelangi Khazanah Islam,mem-posting : Khutbah Hari Raya Idul Adha 1443 H. 


ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’
ุงَู„ْุญَู…ْุฏُู„ِู„َّู‡ِ ุงู„َّุฐِู‰ْุฌَุนَู„َ ู‡َุฐَุงุงู„ْูŠَูˆْู…َ ุนِูŠْุฏًุงู„ِู„ْู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†ِ. ูˆَุฌَุนَู„َ ุนِุจَุงุฏَุฉَ ุงู„ْุญَุฌِّ ูˆَุนِูŠْุฏُ ุงْู„ุงَุถْุญَ ู…ِู†ْ ุดَุนَุงุฆِุฑِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงِุญْูŠَุงุฆِู‡َุงู…ِู†ْ ุชَู‚ْูˆَู‰ุงู„ْู‚ُู„ُูˆْุจِ. ุงَุดْู‡َุฏُุงَู†ْ ู„ุงَุงِู„َู‡َ ุงِู„ุงَّุงู„ู„َّู‡ُ ุงَุฐَู„َّ ู…َู†ْ ุฌَุญَุฏَ ูˆَูƒَูَุฑَ. ูˆَุงَุดْู‡َุฏُุงَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุงุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ. ุฎَูŠْุฑَู…َู†ْ ุญَุฌَّ ูˆَุงุนْุชَู…َู†ْ. ุงَู„ู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ูˆَุณَู„ِّู…ْ ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ْ ุงَู„ِู‡ِ ูˆَุงَุตْุญَุงุจِู‡ِ ู…َุงู‡َู„َّู„َ ูˆَุณَู„َّู…َ ูˆَูƒَุจَّุฑَ.
ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْูƒَุจِุฑًุง’ูˆَุงู„ْุญَู…ْุฏُู„ِู„َّู‡ِ ูƒَุซِูŠْุฑًุงูˆَุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุจُูƒْุฑَุฉ ً ูˆَุงَุตِูŠْู„ุงً’ู„ุงَุงِู„َู‡َ ุงِู„ุงَّุงู„ู„َّู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ’ุตَุฏَู‚َ ูˆَุนْุฏَู‡ُ’ ูˆَู†َุตَุฑَุนَุจْุฏَู‡ُ’ ูˆَุฃَุนَุฒَّุฌُู†ْุฏَู‡ُ ูˆَู‡َุฒَู…َ ุงْู„ุฃَุญْุฒَุงุจَ ูˆَุญْุฏَู‡ُ’ู„ุงَุงِู„َู‡َ ุงِู„ุงَّุงู„ู„َّู‡ُ ูˆَู„ุงَู†َุนْุจُุฏُุงِู„ุงَّ ุงِูŠَّุงู‡ُ ู…ُุฎْู„ِุตِูŠْู†َ ู„َู‡ُ ุงู„ِุฏّูŠْู†َ ูˆَู„َูˆْูƒَุฑِู‡َ ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒُูˆْู†َ. ูŠَุงَูŠُّู‡َุงุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุขู…َู†ُูˆْุง ุงุชَّู‚ُูˆْุงู„ู„َّู‡َ ุญَู‚َّ ุชُู‚َุงุชِู‡ِ ูˆَู„ุงَุชَู…ُูˆْุชُู†َّ ุงِู„ุงَّูˆَุงَู†ْุชُู…ْ ู…ُุณْู„ِู…ُูˆْู†ِ.
ูŠَุงَูŠُّู‡َุงุงู„ู†َّุงุณُ ุงุชَّู‚ُูˆْุงุฑَุจَّูƒُู…ُ ุงู„َّุฐِู‰ْุฎَู„َู‚َูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ู†َูْุณٍ ูˆَุงุญِุฏَุฉٍูˆَุฎَู„َู‚َ ู…ِู†ْู‡َุงุฒَูˆْุฌَู‡َุงูˆَุจَุซَّ ู…ِู†ْู‡ُู…َุงุฑِุฌَุงู„ุงًูƒَุซِูŠْุฑًุงูˆَู†ِุณَุงุกً ูˆَุงุชَّู‚ُูˆْุงุงู„ู„َّู‡َ ุงู„َّุฐِู‰ْ ุชَุณَุงุกَ ู„ُูˆْู†َ ุจِู‡ِ ูˆَุงْู„ุงَุฑْุญَุงู…َ’ ุงِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูƒَุงู†َ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุฑَู‚ِูŠْุจًุง.
ูŠَุงَูŠُّู‡َุงุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุขู…َู†ُูˆْุงุงุชَّู‚ُูˆْุงุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู‚ُูˆْู„ُูˆُู‚َูˆْู„ุงًุณَุฏِูŠْุฏًุง’ ูŠُุตْู„ِุญْ ู„َูƒُู…ْ ุงَุนْู…ุงَู„َูƒُู…ْ’ ูˆَูŠَุบْูِุฑْู„َูƒُู…ْ ุฐُู†ُูˆْุจَูƒُู…ْ’ ูˆَู…َู†ْ ูŠُุทِุนِ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَุฑَุณُูˆْู„َู‡ُ ูَู‚َุฏْ ูَุงุฒَูَูˆْุฒًุงุนَุธِูŠْู…ًุง.
ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ูِู‰ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ْ’ูˆَู„ِุชُูƒْู…ِู„ُูˆْุงุงู„ْุนِุฏَّุฉَ ูˆَู„ِุชُูƒَุจِّุฑُูˆْุง ุงู„ู„َّู‡َ ุนَู„َู‰ู…َุงู‡َุฏَุงูƒُู…ْ ูˆَู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุณْูƒُุฑُูˆْู†َ. ุนِุจَุงุฏَุงู„ู„َّู‡ِ’ ุงُูˆْุตِูŠْูƒُู…ْ ูˆَู†َูْุณِู‰ْ ุจِุชَู‚ْูˆَูˆْู‰ุงู„ู„َّู‡ِ ูَู‚َุฏْูَุง ุฒَุงู„ْู…ُุชَّู‚ُูˆْู†َ.
ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ูˆَู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ
.
ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ูˆَู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ
Kaum muslimin Sidang Sholat Idul Adha,
Di pagi ini, kita bersyukur kepada Allah dimana dalam kesempatan hari yang diagungkan oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia khususnya umat Islam dengan merayakan hari Idhul qurban kita masih diberikan nikmat sehat wal afiat dan nikman Islam sehingga kita penuh dengan ikhlas dapat melangkahkan kaki kita ketempat yang barokah ini.   Semoga langkah  kita dinilai oleh Allah swt. sebagai langkah-langkah ibadah yang akan membuahkan pahala untuk bekal di hari akhirat kelak.  Aamiin...

Sholawat dan salam tak lupa kita sampaikan ke haribaan Junjungan Nabi Besar Muhammad saw. , para keluraga, dan para sahabatnya, tabi'in,  tabi'in-tabiut, dan mudah-mudahan kepada kita yang hingga saat ini bahkan detik ini, masih istiqomah menjalankan risalahnya, semoga mendapat safaatnya di yaumil akir kelak. aamiin.


ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ูˆَู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ 
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Kembali kita bersyukur kepada Allah swt, karena pada hari ini, Ahad, 10 Dzulhijjah 1443 H bertepatan pada tanggal, 10 Juli 2022 M.   Kita masih dapat bertatap muka kembali di lapangan ini, dengan satu tujuan yang sama, ialah beribadah kepada Allah, menunaikan perintahNya yaitu Sholat Idul Adha, dan sebagai rangkaian dari sholat Idhul Adha, kita mendengar khotbah yang disampaikan oleh seorang Imam yang mempinpin sholat tersebut.  

Lalu akan kita lanjutkan dengan pemotongan hewan qurban, di sekitar tempat kita shalat, atau di masjid-masjid ataupun di mushalla masing-masig yang telah disepakati oleh warga atau masyarakat itu sendiri.  Sebab shalat Idul Adha tanpa diiringi khutbah dan pemotongan hewan qurban, belumlah sempurna amalannya. 

Ini adalah mengisyaratkan bahwa khutbah dan mendengarkan itu suatu keniscayaan (keharusan) yang selayaknya diperhatikan oleh jamaah shalat idul adha tersebut. Begitu juga memotong hewan qurban bagi yang mampu, adalah sangat dianjurkan bahkan ada keterangan yang menjelaskan wajib hukunya.
Menurut Imam Hanafi dinilai wajib memotong hewan qurban sehingga merayakan Idul Adha tanpa qurban, adalah kurang sempurna.   Karena Allah sendiri berfirman di dalam Al-Quran sebagai berikut :
 ุฅِู†َّุข ุฃَุนْุทَูŠْู†ٰูƒَ ุงู„ْูƒَูˆْุซَุฑَ ﴿ุงู„ูƒูˆุซุฑ:ูก 
ูَุตَู„ِّ ู„ِุฑَุจِّูƒَ ูˆَุงู†ْุญَุฑْ ﴿ุงู„ูƒูˆุซุฑ:ูข
ุฅِู†َّ ุดَุงู†ِุฆَูƒَ ู‡ُูˆَ ุงู„ْุฃَุจْุชَุฑُ ﴿ุงู„ูƒูˆุซุฑ:ูฃ

Sesungguhnya Kami telah telah memberikan kepadamu ni'mat yang banya. (1)
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (2)
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (3)
(QS Al-Kautsar  : 1-3)

DR Wahab Az-Zuhaili dalam Tafsirnya "Al-Munir" mengatakan bahwa kalimat Fashalli Lirabbika (maka shlatlah demi mengabdi kepada Tuhanmu) itu maksdunya adalah shala Id. Dan dalam surat itu disebutkan secara kronologis :

Pertama Allah memberi kenikmatan yang banyak, termasuk kekayaan harta,
Kedua, kita diserukan untuk shalat diantaranya adalah shalat Id,
Ketiga kita diperintahkan untuk mnyembelih hewan qurban.

Jikalau ketiganya dapat terlaksana dengan baik dan tuntas, maka Allah menjamin bahwa para pencela Islam akan putus asa sebab di ayat ketiga Al-Kautsar, Allah mengatakan siapa saja yang membenci Muhammad maka dialah yang terputus. 
Ini menunjukkan bahwa perintah Allah untuk orang kaya dalam merayakan idul qurban tidak hanya cukup dengan melaksanakan shalat saja, namun harus dibarengi berqurban dengan  hewan yang disyahkan dalam syariat Islam. 
Dengan Qurban bagi fakir miskin turut serta merayakan idul qurban tersebut dengan merasakan kegembiraan dikarena mereka juga dapat menikmati daging yang diberikan oleh si kaya tadi.

Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Bukhari berbunyi demikian :
ู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู„َู‡ُ ุณَุนَุฉٌ ูˆَู„َู…ْ ูŠُุถَุญِّ ูَู„َุงูŠَู‚ْุฑَุจَู†َّ ู…ُุตَู„َّุงู†َุง ( ุฑَูˆَุงู‡ُ ุงَุญْู…َุฏُ ูˆَุงุจْู†ُ ู…َุงุฌَู‡ْ ุนَู†ْ ุงَุจِูŠْ ู‡ُุฑَูŠْุฑَุฉَู…َูˆْู‚ُูˆْูًุง )
"Barangsiapa ada kemampuan, tetapi tidak berqurban, maka jangan sekali-kali mendekat tempat shalat (mushalla) kami." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah / Mauquf kepada Abu Hurairah)

Jadi orang kaya yang tidak mau berqurban sekali-kali jangan mendekati jama'ah Kaum Muslimin. Ini menunjukkan betapa urgensi-nya qurban itu dalam Islam. Karena dengan Qurban, fakir miskin termasuk salah satu faktor tercurahnya rezeki dan dapat teratasinya problem.

Salah satu sabda Rasulullah  saw.     
                                                                                                  
ุงِู†َّู…َุงุชَู†ْุตُุฑُูˆْู†َ ูˆَุชَุฑْุฒُู‚ُูˆْู†َ ุจِุถُุนَูَุงุฆِูƒُู…ْ ( ุฃَุฎْุฑَุฎَู‡ُ ุงู„ْุจُุฎَุงุฑِู‰ْ )  
"Sesungguhnya kamu akan diberi rezeki dan diberi pertolongan oleh Allah lantaran memperhatikan kaum Dhu'afa kamu" (HR. Bukhari)

Untuk itu marilah kita menjadi muslim yang baik, muslim yang terus berusaha untuk menyempurnakan prilaku keislamannya, dalam seluruh aspek  kehidupan dalam ibadah mahdoh maupun mu'amalah duniawiyah, dan mejadi muslim yang kaafah. Karean muslim yang kafaah termasuk bagian mempertahankan eksistensi Islam. Sehingga sisa umur yang ada ini benar-benar bermanfa;at dan mendapat ridha Allah swt. dan kita meninggal dalam khusnul khatimah.

ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ุงَู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑْ’ ูˆَู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ
Kaum Muslimin yang berbahgia,
Ada dua peristiwa penting yang terjadi dalam Hari Raya Idul Adha :

Peristiwa Pertama :
Disebut hari Raya Adha atau Hari Raya Qurban, karena  hari raya ini diikuti 3 hari, yang masih dikatagorikan hari raya sebab setalah hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah kita masih dapat melaksanakan Qurban selama tiga hari yaitu tanggal, 11,12 dan 13 Dzulhijjah, dalam rangka memberikan sebagian rezeki kepada fakir miskin ataupun orang kaya yang memang masih mau memintanya daging qurban yang kita Qurbankan. Yang demikian dinamakan hari Tasyrik. (hari raya 3 hari) lain halnya dengan Idul Fitri yang hanya cukup dirayakan 1 hari itu juga, hingga menjelang tenggelamnya matahari di ufuk barat.

Peristiwa Kedua :
Pada tanggal 9 Dzulhijjah  (kemarin) saudara-saudara kita kaum muslimin yang melakukan ibadah hajji, melaksanakan wukuf di padang Arafah. Dan sekarang tanggal 10 Dzulhijjah mereka sedang menyempurnakan ibadah hajijinya, melempar jumrah aqabah di Mina, dan seterusnya melakukan thawaf ifadhah di Baitullah dan sa'i di Makkah dan seterusnya pada hari tasriq mereka melakukan lempar jumrah di Mina. 

Dari mulai ihram, wuquf di Arafah sampai tahalul, mereka dalam keadaan sama, berpakaian sama pula, yakni pakaian ihram, yang bagi pria hanya dua lembar kain putih, satu untuk kain, dan satunya lagi untuk sorban. Tak ada perbedaan antara kaya dan miskin, antara yang berpangkat maupun yang tidak, dan antara segala jenis bangsa dan warna kulit, semuanya dalam suasana persaudaraan sama-sama ibadah kepada Allah swt.

Seamua merasa kecil, semuanya merasa rendah dirinya di hadapan Allah swt. Hanya Allahlah yang Maha Besar lagi Perkasa. 
Demikianlah contoh prinsip hak asasi manusia dalam Islam, bahwa semua manusia pada dasarnya adalah sama derajadnya di sisi Allah swt.  Seperti halnya yang dipraktekan dalam ibadah Hajji, dan ibadah Shalat, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, tak pandang miskin atau kaya. Yang dapat membedakan adalah bagaimana ketaqwaan manusia itu sendiri terhadap Allah swt.
Firman Allah sebagai berikut : 
ุฅِู†َّ ุฃَูƒْุฑَู…َูƒُู…ْ ุนِู†ุฏَ ุงู„ู„َّู€ู‡ِ ุฃَุชْู‚َู‰ٰูƒُู…ْ 
"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah, adalah siapa yang paling taqwa dintaramu." (QS Al-Hujurat  : 13)  

Dalam pelaksanaan qurban, Allah tidak memerintahkan kita untuk berqurban seperti Nabi Ibrahim yaitu menyembelih putranya (Ismail).  Namun kita umat Islam harus sanggup berqurban dalam rangka meneladani betapa patuhnya seorang hamba Allah (Ibrahim) yang diperintahkan menyembelih anaknya (Ismail) sekalipun secara rasio pasti tidak dapat diterima akal. 
Namun keduanya (Ibrahim dan Ismail) melaksanakannya  dengan tulus dan ikhlas. Sehingga Allah menggantikan sesuatu (se-ekor domba yang sangat gemuk) yang dirinya tidak akan tahu sebelumnya.  
Semua ini dapat kita ambil pelajaran yang sangat dalam bahwa apapun perintah Allah yang semula dianggap berat dan tidak rasional ternyata dapat membuahkan kebahagiaan yang tiada tara dan sekaligus memberikan contoh kepada kita bahwa segala ibadah, ketika kita lakukan dengan ikhlas maka Allahh swt. pasti akan menerimanya serta akan memberikan balasan, dan  sekaligus menjadi kedamaian, ketentraman dalam hati kita masing-masing.

Khutbah kedua:

ุงู„ู„ู‡ُ ุงَูƒْุจَุฑْ (3×) ุงู„ู„ู‡ُ ุงَูƒْุจَุฑْ (4×) ุงู„ู„ู‡ُ ุงَูƒْุจَุฑْ ูƒุจูŠุฑุง ูˆَุงْู„ุญَู…ْุฏُ ู„ู„ู‡ِ ูƒَุซِูŠْุฑًุง ูˆَุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„ู‡ ุจُูƒْุฑَุฉً ูˆَ ุฃَุตْูŠْู„ุงً ู„ุงَ ุงِู„َู‡َ ุงِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ูˆَ ุงู„ู„ู‡ُ ุงَูƒْุจَุฑْ ุงู„ู„ู‡ُ ุงَูƒْุจَุฑْ ูˆَู„ู„ู‡ِ ุงْู„ุญَู…ْุฏُ
ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ู„ู‡ِ ุนَู„ู‰َ ุงِุญْุณَุงู†ِู‡ِ ูˆَุงู„ุดُّูƒْุฑُ ู„َู‡ُ ุนَู„ู‰َ ุชَูˆْูِูŠْู‚ِู‡ِ ูˆَุงِู…ْุชِู†َุงู†ِู‡ِ. ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†ْ ู„ุงَ ุงِู„َู‡َ ุงِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†َّ ุณَูŠِّุฏَู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ ุงู„ุฏَّุงุนِู‰ ุงِู„ู‰َ ุฑِุถْูˆَุงู†ِู‡ِ. ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆِุนَู„َู‰ ุงَู„ِู‡ِ ูˆَุงَุตْุญَุงุจِู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ْ ุชَุณْู„ِูŠْู…ًุง ูƒِุซูŠْุฑًุง
ุงَู…َّุง ุจَุนْุฏُ ูَูŠุงَ ุงَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุงِุชَّู‚ُูˆุงุงู„ู„ู‡َ ูِูŠْู…َุง ุงَู…َุฑَ ูˆَุงู†ْุชَู‡ُูˆْุง ุนَู…َّุง ู†َู‡َู‰ ูˆَุงุนْู„َู…ُูˆْุง ุงَู†َّ ุงู„ู„ู‡ّ ุงَู…َุฑَูƒُู…ْ ุจِุงَู…ْุฑٍ ุจَุฏَุฃَ ูِูŠْู‡ِ ุจِู†َูْุณِู‡ِ ูˆَุซَู€ู†َู‰ ุจِู…َู„ุข ุฆِูƒَุชِู‡ِ ุจِู‚ُุฏْุณِู‡ِ ูˆَู‚َุงู„َ ุชَุนุงَู„َู‰ ุงِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูˆَู…َู„ุข ุฆِูƒَุชَู‡ُ ูŠُุตَู„ُّูˆْู†َ ุนَู„ู‰َ ุงู„ู†َّุจِู‰ ูŠุข ุงَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุขู…َู†ُูˆْุง ุตَู„ُّูˆْุง ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ُูˆْุง ุชَุณْู„ِูŠْู…ًุง. ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ْ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†ุงَ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุงَู†ْุจِูŠุขุฆِูƒَ ูˆَุฑُุณُู„ِูƒَ ูˆَู…َู„ุขุฆِูƒَุฉِ ุงْู„ู…ُู‚َุฑَّุจِูŠْู†َ
ุงَู„ู„ู‡ُู…َّ ุงุบْูِุฑْ ู„ِู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ ูˆَุงْู„ู…ُุคْู…ِู†َุงุชِ ูˆَุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุงْู„ู…ُุณْู„ِู…َุงุชِ ุงَู„ุงَุญْูŠุขุกُ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ูˆَุงْู„ุงَู…ْูˆَุงุชِ ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุงَุนِุฒَّ ุงْู„ุงِุณْู„ุงَู…َ ูˆَุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุฃَุฐِู„َّ ุงู„ุดِّุฑْูƒَ ูˆَุงْู„ู…ُุดْุฑِูƒِูŠْู†َ ูˆَุงู†ْุตُุฑْ ุนِุจَุงุฏَูƒَ ุงْู„ู…ُูˆَุญِّุฏِูŠู† ูˆَุงู†ْุตُุฑْ ู…َู†ْ ู†َุตَุฑَ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ูˆَุงุฎْุฐُู„ْ ู…َู†ْ ุฎَุฐَู„َ ุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَ ุฏَู…ِّุฑْ ุงَุนْุฏَุงุกَุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَุงุนْู„ِ ูƒَู„ِู…َุงุชَูƒَ ุงِู„َู‰ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ. ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุงุฏْูَุนْ ุนَู†َّุง ุงْู„ุจَู„ุงَุกَ ูˆَุงْู„ูˆَุจَุงุกَ ูˆَุงู„ุฒَّู„ุงَุฒِู„َ ูˆَุงْู„ู…ِุญَู†َ ูˆَุณُูˆْุกَ ุงْู„ูِุชْู†َุฉِ ูˆَุงْู„ู…ِุญَู†َ ู…َุง ุธَู‡َุฑَ ู…ِู†ْู‡َุง ูˆَู…َุง ุจَุทَู†َ ุนَู†ْ ุจَู„َุฏِู†َุง ุงِู†ْุฏُูˆู†ِูŠْุณِูŠَّุง ุฎุขุตَّุฉً ูˆَุณَุงุฆِุฑِ ุงْู„ุจُู„ْุฏَุงู†ِ ุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ุนุขู…َّุฉً ูŠَุง ุฑَุจَّ ุงْู„ุนَุงู„َู…ِูŠْู†َ.
ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†ุงَ ูِู‰ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉً ูˆَูِู‰ ุงْู„ุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณَู†َุฉً ูˆَู‚ِู†َุง ุนَุฐَุงุจَ ุงู„ู†َّุงุฑِ. ุฑَุจَّู†َุง ุธَู„َู…ْู†َุง ุงَู†ْูُุณَู†َุงูˆَุงِู†ْ ู„َู…ْ ุชَุบْูِุฑْ ู„َู†َุง ูˆَุชَุฑْุญَู…ْู†َุง ู„َู†َูƒُูˆْู†َู†َّ ู…ِู†َ ุงْู„ุฎَุงุณِุฑِูŠْู†َ. ุนِุจَุงุฏَุงู„ู„ู‡ِ ! ุงِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูŠَุฃْู…ُุฑُู†َุง ุจِุงْู„ุนَุฏْู„ِ ูˆَุงْู„ุงِุญْุณَุงู†ِ ูˆَุฅِูŠْุชุขุกِ ุฐِู‰ ุงْู„ู‚ُุฑْุจู‰َ ูˆَูŠَู†ْู‡َู‰ ุนَู†ِ ุงْู„ูَุญْุดุขุกِ ูˆَุงْู„ู…ُู†ْูƒَุฑِ ูˆَุงْู„ุจَุบْูŠ ูŠَุนِุธُูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุฐَูƒَّุฑُูˆْู†َ ูˆَุงุฐْูƒُุฑُูˆุงุงู„ู„ู‡َ ุงْู„ุนَุธِูŠْู…َ ูŠَุฐْูƒُุฑْูƒُู…ْ ูˆَุงุดْูƒُุฑُูˆْู‡ُ ุนَู„ู‰َ ู†ِุนَู…ِู‡ِ ูŠَุฒِุฏْูƒُู…ْ ูˆَู„َุฐِูƒْุฑُ ุงู„ู„ู‡ِ ุงَูƒْุจَุฑْ
   
Demikian khotbah ini dengan judul : Hari Raya Idul Adha 1443 H.  Semoga bermanfaat. 
Pemabaca klik link ini :  Aqidah  sebagai bacaan yang lain.

0 Response to "Khutbah Hari Raya Idul Adha 1443 H."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel