ALASAN-ALASAN BOLEH MEMBATALKAN PUASA SUNNAH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ 
Assalamu'alaikum wr.wb. Kajian Islam.
(Katagori posting "Puasa") 
Pembaca budiman semoga sukses selalu, mendapat Rahmat dan ridhaNya. aamiin...
Rasiyambumen/Pelangi Khazanah Islam, menulis kembali berkaitan dengan puasa judul : Alasan-Alasan Boleh Membatalkan Puasa Sunnah.

Salah satu perbedaan antara pusa Wajib dan puasa   Sunnah adalah, jika pusa wajib (Puasa Ramadhan) haruslah berniat puasa pada malam harinya, atau harus berniat dahulu sebelum melakukan puasa. Tetapi kalau itu Puasa Sunnah bolehlah berniat pada pagi harinya, misalnya sewaktu kita ingin makan sarapan pagi, kemudian tidak kita jumpai satu makanan pun untuk dimakan, lalu pada saat itu kita berniat untuk berpuasa saja, maka yang demikian itu boleh dan Insya Allah sah puasannya.

Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. berikut : Dari Aisyah umul mukminin, ia berkata :
دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ 
Pada suatu hari Nabi saw. masuk ke rumah lalu bertanya :"Apakah kamu mempunyai sesuatu (makanan)"
"Kami menjawab" Tidak ada. Maka beliau bersabda "Bila demikian maka aku akan berpuasa" . Dan pada hari yang lain beliau datang pula, maka kami berkata Ya Rasulullah ada orang yang menghadiahkan Hals (makanan yang terbuat dari kurma samin dan susu kambing) kepada kita"  "Beliau berkata" perlihatkanlah kepadaku karena sesungguhnya aku dari pagi dalam keadaan puasa" kemudian beliau makan" (1) 
Demikian juga halnya dalam membatalkan puasanya. Puasa sunnah lebih flexsibel, tidak seperti puasa Ramadhan yang hanya membatasi pada alasan sakit, dalam perjalanan, haid dan nifas.

1. Beberapa Hadits Yang Membolehkan Membatalkan Puasa.
a. Dari Ummu Hanif r.a. 
artinya :
"Rasulullah saw. masuk ke-rumahku pada hari penaklukkan, maka disajikan minuman, lalu beliau minum, kemudian diberinya pula aku, maka jawabku : "Saya berpuasa" sabda Nabi saw. :
الصَّائِمُ الْمُتَطَوِّعُ أَمِيرُ نَفْسِهِ، إِنْ شَاءَ صَامَ، وَإِنْ شَاءَ أَفْطَرَ  
"Orang yang sedang berpuasa sunnah itu menjadi raja atas dirinya. Jika kamu suka, berpuasalah dan jika tidak, maka berbukalah (2) 

b. Dari Abu Jhaifah, ceritanya :
"Nabi saw. mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Suatu ketika Salman berkunjung kepada Abu Darda didapatnya ibu Abu Darda berpakaian lusuh, maka tanyanya; Bagaimana keadaanmu ? ujarnya : Saudara Darda tidak menghiraukan keperluan dunia!. Kemudian Abu Darda datang, dan dibuatkannya makanan buat Salman, katanya, makanlah, saya berpuasa ujar Salman: saya tak hendak makan, sebelum anda makan" . Maka iapun makan. Dan setelah hari malam, dan Abu Darda bangun hendak beribadah, kata Salman tudurlah! Abu Darda pun  tidur, kemudian pergi tidurlah! perintah Salman pula. Tatkala datang akhir malam, Salam berkata: bangunlah sekarang ! dan kedua merekapun bershalatlah. Maka kata Salman kepada Abu Darda "Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atas dirimu, maka berikanlah hak itu kepada yang empunya masing-masing.
Abu Darda pun  mendatangi Nabi saw. dan menceritakan padanya peristiwa tersebut diatas, maka sabda Nabi saw. : (3)

c. Diterima dari Abu Sa'id al-Khudri r.a katanya :
 "Saya buatkan makanan buat Rasulullah saw. Beliau pun datang padaku bersama-sama sahabat-sahabatnya. Tatkala makanan telah dihidangkan, berkatalah salah seorang dari anggota rombongan : "Saya berpuasa" Maka bersabdalah Rasulullah saw. Artinya : "Saudaramu telah mengundangmu makan, dan berpayah-payah untuk menjamumu" Lalu Sabdanya "Berbukalah, dan berpuasalah nanti suatu hari sebagai gantinya, jika kamu kehendaki/mau menggantinya. (4)  
Kebanyakan ulama membolehkan berbuka bagi orang berpuasa "tathawwu" dan berpendapat sunah mengkadha hari yang ketinggalan itu, mengambil alasan kepada hadits-hadits yang sah dan tegas ini.
 
2. Ketentuan Dalam Melakukan Sunnah 
a. Waktu niat fleksibel. Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan yang membetalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib, maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.  Dari Aisyah r.anha. ia berkata :
دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ 
"Pada suatu hari Nabi saw. , menemuiku dan bertanya : "Apakah kamu mempunyai makanan? "Kami menjawab : "Tidak ada" lalu Beliau berkata : "Kalau begitu saya akan berpuasa" dan Beliau pada hari yang lain datang lagi dan kami bertanya : Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kurma samin, dan keju) Maka beliaupun berkata "Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi senarnya aku sedang berpusa. (5)  
An Nawawi memberi judul : dalam shoheh Muslim Bab : Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke arah barat) dan bolehnya membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa ada uzur.

b. Pilihan Fleksibel  : Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits : "Aisyah r.anha puasa sunnah merupkanan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, dan begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya.  Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan lainnya. Akan tetapi mereka semua termasuk juga Imam Syafi'i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.

c. Izin Suami : Untuk istri, seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedang suaminya bersamanya (ada di rumahnya), kecuali seizin suaminya. Dari Abu Hurairah Rasulullah saw, bersabda : 
لاَ تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada, kecuali dengan seizin suaminya. (6)
An Nawawi rahimahullah menjelaskan " Yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. 

Demikian penjelasan/uraian Alasan-Alasan Boleh Membatalkan Puasa Sunnah. Semoga menambah wawasan kita dalam menjalankan Agama islam ini.

Pembaca budiman baca pula artikel yang lain klik link ini :  DO'A

(1) HR. Muslim No. 1154 juz 2 hal.809
(2) HR. Ahmad dan Daruquthni, Baihaqi
(3) HR. Bukhari dan Turmidzi
(4) HR. B aihaqi sanad hasan
(5) HR. Muslim no. 1154
(6) HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026    
Sumber: Fikih Sunnah jilid 3, hal.251-253, Sayyid Sabiq, Penerbit: PT.al-Ma’arif – Bandung. 

0 Response to "ALASAN-ALASAN BOLEH MEMBATALKAN PUASA SUNNAH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel