KEDUDUKAN AKAL DALAM AL-QURAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum wr.wb.  Kajian Islam (katogori Al-Quran). Pembaca budiman, jumpa kembali dengan Rasiyambumen, kali ini kita akan membahas tentang Kedudukan Akal Dalam Al-Qura berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Untuk menambah wawasan kita dalam menjalani Agama yang hak ini; ialah  Islam.   Mari kita bersama-sama membacanya dengan cermat dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.



Materi "Akal dalam Al-Quran"
Kata Akall dalam Al-Quran terulang sebanyak 49 kali. Kecuali satu, semuanya datang dalam bentuk "fi'il mudhari" (kata kerja bentuk sedang atau akan...) terutama materi yang bersambung dengan wawu jama'  seperti bentuk ta'qilun atau ya'qilun.
Kata ta'qilun terulang sebanyak 24 kali dan kata kerja ya'qilun sebanyak 22 kali. Sedangkan kata kerja aqaala, na'qilu, dan ya'qilu masing-masing terdapat satu kali.

Redaksi Afalaa Ta'qilun dalam Al-Quran.
Yang paling mencolok dalam redaksi tersebut adalah penggunaan bentuk istifham inkari (pernyataan negatif) yang bertujuan memberikan dorongan dan membandingkan semangat. Bentuk redaksional seperti (afala ta'qilun) terulang sebanyak 13 kali dalam Al-Quran .  Diantaranya adalah firman Allah SWT kepada Bani Israil sekaligus kecaman atas mereka, 
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ   
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) Maka tidakkah kamu berfikir?" (QS Al-Baqarah : 44)

Perbuatan manusia yang bertentangan dengan pengetahuannya dan bertentangan dengan perintah yang ia berikan kepada orang lain, tidak akan timbul kecuali dari orang yang tidak lurus pemikirannya serta tidak matang akalnya. Manusia seperti ini bahkan, boleh jadi memiliki gangguan psikis.
Ayat lain yang di dalamnya terdapat bentuk istifham inkari yang sama adalah firman Allah SWT ketika mendebat Ahli Kitab tentang masalah Ibrahim, termasuk Ahli Kitab untuk memasukkan Ibrahim bagian dari mereka : sebagai Yahudi atau Nasrani, Allah berfirman ; "Apakah kamu tidak berpikir?" (Ali Imran :65).
Bagaimana mungkin orang dari generasi lebih awal dimasukkan dalam barisan orang yang datang kemudian? Tentulah hanya orang-orang yang tidak mempunyai otak yang berpendapat seperti itu.
Kita temukan juga ayat lainnya, seperti dalam firman Allah SWt berikut :
وَمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini , selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ?" (QS al-An'am : 32)
Ayat sejenis lainnya datang setalah pembicaraan tentan Bani Israil yang rela mengobral nilai-nilai mulia hanya dengan harga murah Allah SWT berfirman :
..    أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِم مِّيثٰقُ الْكِتٰبِ أَن لَّا يَقُولُوا۟ عَلَى اللَّـهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا۟ مَا فِيهِ ۗ وَالدَّارُ الْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 
 ..... "Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu legih baik bagi mereka yang berkata. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?" (QS  al-A'raf :169)

Demikian  pula penggalan ayat berikut :
وَلَدَارُ الْءَاخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ اتَّقَوْا۟ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ............
"..... dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertqwa. Maka tidakkah kamu memikirkan?" (QS Yusuf : 109)

Kalau ditimbang antara perkampngan dunia dan akhirat, tenta yang lebih berat adalah akhirat. Kesenangan dunia itu hanyalah sebentar dan akan hilang. Dalam hadits sahih Rasulullah saw. bersabda 
: "Perbandingan dunia dngan akhirat adalah seperti orang yang mencelupkan salah satu jarinya ke dalam lautan, lihatlah berapa banyak air yang dapat ia ambil" (HR Riwayat Muslim)

Bgaimana mungkin nilai dunia akan mengalahkan keutamaan akhirat?. Hanya orang-orang yang tidak berpikir yang mengatakan seperti itu  Firman Allah SWT kepada Rasulullah saw. juga merupakan contoh ayat yang di dalamnya mengandung pertanyaan senada :
قُل لَّوْ شَآءَ اللَّـهُ مَا تَلَوْتُهُۥ عَلَيْكُمْ وَلَآ أَدْرَىٰكُم بِهِۦ ۖ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِّن قَبْلِهِۦٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Katakanlah; Jikalau Alllah menghendaki mniscaya aku aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memeritahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah bersamamu beberapa lama sebelumnya . Mka apakah kamu tidak memikirkannya?' (QS Yunus : 16)

Allah telah memberi perintah kepada Rasulullah saw. untuk menjelaskan kepada mereka bahwa diutusnya beliau, dengan membawa Al-Quran ini, semata-mata atas kehendak Allah bukan karena kehendaknya sendiri. Telah puluhan tahun Nabi swa hidup bersama mereka sebelum itu biliau tidak pernah mendakwahkan diri, berbicara atas nama Allah, atau mengaku-aku menerima wahyu . Maka, bagaimana mungkin dapat diterima akal, orang yang sangat dipercaya selama empat puluh tahun kemudian tiba-tiba berdusta? Perjalanan beliau yang lurus tiba-tiba 'menyimpang" dan melakukan tindakan yang kontroversial, tanpa sebab dan justifikasi. Padahal sampai saat itu beliau tetap bersama mereka sehingga mereka selalu mengetahui kondisinya, baik pada saat berada di rumah maupun ketika bebergian, sendiri atau bersama orang lain.
Firman Allah SWT berikut ini juga mengandung esensi yang sama.
 لَقَدْ أَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ كِتٰبًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu, Maka apakah kamu tiada memahaminya?" (QS al-Anbiya' : 10).

Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah bangsa Arab dengan anugerah Al-Quran yang diturunkan dengan bahasa mereka. Di dalamnya, mereka dan kemuliaan mereka di sebut-juga terdapat peringatan untuk mereka agar menyembah Allah, serta tentang risalah dan perjalanan mererka-maka apakah mereka tidak berpikir dan memahami nilai nikmat yang besar ini?   
 Ayat lainnya sebagai berikut :
"Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang, Maka apakah kamu tidak memahaminya?" (QS  al-Mu'minun : 80).

Dalam  ayat ini dipaparkan bagaimana aktifitas Allah di dalam kosmosini ; menghidupkan dan mematikan serta menggilir siang dan malam ini semua mrupakan tanda-tanda kesempurnaan kekuasaan Allah, keluasan kehendak-Nya dan ketinggian hikmah-Nya bagi orang yang mempunyai akal cerdas, dan mampu merenung. Maka apakah kalian tiodak berfikir, wahai orang-orang yang sombongdan ingkar? 
Setelah menceritakan tentang bangsa Luth, dalam firman-Nya berikut ini, dijelaskan pula bagaimana Allah SWT menghancurkan kampung mereka dengan cara membalik tanah tempat mereka berpijak. inilah firman Allah SWT :
"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Makkah) benar-benar kan melaui (bekas-bekas) mereka di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan?" (ash-Sahaaff : 137-138)  

Kemudian redaksi "apakah kamu tidak memikirkaannya"  kembaali terulang melalui lisan Nabi Hud a.s dan nabi Ibrahim a.s.
Nabi Hud bersabda :
"Hai kaumku, aku aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan (nya)?" (QS Hud : 51)

Maksudnya orang yang tidak meminta gaji dan balasan dari dakwah yang dilakukannya, bagi orang-orang yang berakal berarti ia bebas dari tuduhan.  Ibrahim a.s bersabda kepada kaumnya ketika mereka menanyakan siapa yang menghancurkan berhala-berhala mereka sambil mengejek ;
قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوهُمْ إِن كَانُوا۟ يَنطِقُونَ  
فَرَجَعُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ فَقَالُوٓا۟ إِنَّكُمْ أَنتُمُ الظّٰلِمُونَ 
ثُمَّ نُكِسُوا۟ عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ
 قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَلَا يَضُرُّكُمْ
أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Sebenarnya patung yang besar itulah yang menghacurkannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara "Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata : sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri) kemudian kepada mereka jadi tertunduk (lalu berkata) Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara : "Ibrahim berkata" Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?  Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami ?" (QS al-Anbiya : 63-67) 
Orang yang menyembah selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat atau mudharat, seperti batu yang dapat dipecahkan berkepnig-keping dan jika ditanya tidak mampu menjawab, maka ia tidak pantas dimasukkan dalam kelom pok orang-orang yang berakal.   Hampir samaredaksi tersebut dengan dalam firman Allah SWT sebagai berikut :
" Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan ? (QS Yasin :62)
Uraian terkait judul di atas, belumlah selesai. Untuk sementara demikian pengertian Kedudukan Akal Dalam Al-Quran dan term selanjutnya ada pada sesi bahasan ke-2 dari Judul di atas ini. Silakan ikuti pada dipostingan yang tidak lama lagi ....

Baca juga materi lain dengan judul Materi : ANEKA

0 Response to "KEDUDUKAN AKAL DALAM AL-QURAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel