Islam Bukan Hanya Agama Langit saja, Tetapi Menapak Kuat di bumi.


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (katagori posting Aqidah)

Pembaca budiman Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridhonya di Akhirat kelak. Aamiin...

Islam Bukan hanya agama langit saja tetapi menapak kuat di bumi, kalimat atau judul ini, menampik anggapan bahwa Muslim yang taat adalah yang hanya rajin berdzikir, berdoa, shalat, baca Alquran dan ritual ibadah lainnya. Mereka bertafakur memusatkan perhatian agar selalu dekat dengan Allah. Memang amalan seperti, berdzikir, berdoa, shalat, baca Alquran, itu adalah hal yang sangat dianjurka bahkan diperintahkan dan tentu tidak salah sama sekali. Namun sejatinya, Islam juga bukan hanya agama "langit saja tetapi juga menapak kuat di bumi.  

Islam bersentuhan dengan realitas kehidupan sehari-hari. Maka itu, Alqur'an dan Hadits pun tidak dominan mengajarkan ibadah mahdoh saja, melainkan juga mengajarkan ibadah-ibadah ghoiru mahdoh, (artinya untuk hal-hal ibadah yang wajib, dan tentu hal-hal yang di luar wajib yang berkaitan dengan hajat hidup manusia diatas bumi ini). Maka Alqur'an dan hadits juga memberikan petunjuk serta bimbingan bagaimana umat Muslim membina aspek kehidupan sebaik-baiknya dalam kapasitasnya sebagai Khalifah di bumi ini.  

Dalam kaitan ini umat dituntut tampil di depan, memberikan teladan. Umat Muslim harus mampu menunjukkan kualitas terbaik. Semua itu, sebut Dr. Abdul Hamid Mursi melalui bukunya : SDM Produktif, Pendekatan Alqur'an dan Sains, dapat diwujudkan bila Umat Muslim giat dalam bekerja. 

Pekerjaan manusia menurut Abdul Hamid, adalah tugas rasio atau akal dan fisik. Jika manusia tidak bekerja, berarti ia tidak dapat memenuhi hidupnya di dunia ini. Jadi sangat beralasan jika Islam menganjurkan umat untuk bekerja. Pada struktur taqwa, Islam senantiasa mengaitkan iman dengan amal saleh. "Yang mempunyai makna bahwa setiap keyakinan/iman tanpa dibarengi dengan perbuatan baik, itu belum dapat dikatakan iman yang sempurna".

Hal itu adalah tampak jelas dalam bentuk ritual ibadah umat Muslim. Bila kita mencoba membandingkan dengan kepercaaan umat lain, ibadah sering dilakukan secara diam, seperti orang yang dalam semedi. Hal ini tidak demikian halnya dalam ibadah umat Islam. Ritual kaum Muslim penuh dengan gerakan dan dapat dikatakan sangat dinamis. Contoh dalam ibadah shalat, dari awal sampai akhir, shalat diiringi dengan gerakan hampir seluruh tubuh.  

Begitu pula ibadah Haji, ritual-ritualnya sebagian besar adalah gerakan fisik. Pendek kata. ibadah dalam Islam memiliki dimensi gerak terutama kerja, karena kerja dalam pandangan Islam adalah juga dimasukkan dalam kelompok ibadah. Lebih jauh hal ini juga harus merambah ke ranah sosial. Itulah mengapa, papar Abdul Hamid, pahala tertinggi bukan dari banyaknya porsi mengerjakan ritual ibadah namun apakah nilai ibadah mampu terwujud nyata. 

Rasulullah saw. tak berhenti menganjurkan untuk bekerja. Beliau berpesan agar pekerjaan itu dilakukan sebaik mungkin. Pada sebuah hadits riwayat Ahmad, tergambar jelas maksud Nabi Muhammad saw. "Sesungguhnya Allah Swt. mencintai hamba yang berkarya" jelasnya.

Tak tangung-tanggung , Rasulullah saw. menyandingkan pekerjaan yang dilakukan seseorang secara giat dan ikhlas, dengan kata jihad. Barang siapa berkerja keras untuk keluarganya, ia seperti pejuang di jalan Allah swt. (jihad). Secara jelas, Alqur'an menerangkan bahwa pengemban risalah agama dan orang-orang beriman mereka yang berkarya.  

Para Nabi dan Rasul, selain berjuang menyebarkan risalah Illahi juga bekerja. Nabi Nuh, misalnya dikenal sebagai perintis bidang industri kayu. Nabi Ibrahim adalah ahli dalam pembangunan gedung. Keahlian bekerja dimiliki pula oleh Nabi Yusuf. Ia mengusai ilmu ekonomi dan mengabdi di istana kerajaan. 

Rasulullah saw. sendiri, penuh dengan keahlian yang tidak dapat diragukan lagi, yaitu bidang perniagaan. Sebab beliau menegaskan bahwa bahwa bekerja merupakan kewajiban. Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban setelah kewajiban yang lain, demikian hadits riwayat At-Thabrani. 

Allah swt. telah membuka peluang seluas-luasnya bagi umat untuk memanfaatkan karunia di bumi ini. Dengan itu sambung Abdul Hamid, diharapkan umat dapat mengangkat derajat hidupnya, tapi dengan syarat mutlak, harus dicapai melalui kerja keras. Hal ini terungkap dalam surat Al-Mulk ayat 15. Menurut ayat tersebut, Allah menjadikan bumi itu mudah bagi manusia. Maka itu, manusia mestinya berjalan di segala penjuru bumi dan memakan sebagian rezeki yang dianugerahkan oleh Allah. Hanya kepada Allah manusia kembali seteleh mereka semua dibangkitkan. 

Prinsip Utama.
Cedekiawan Muslim, Yusuf Al-Qaradhawi, merespon ayat tersebut dan melontarkan penjelasannya. Menurut dia,hendaknya umat Islam menjadikan hal itu sebagai prinsip utama. Maknanya, umat tidak boleh malas apalagi tidak bekerja. Tak bekerja atau malas untuk bekerja tak dibenarkan dengan dalih apapun. Juga dengan alasan karena seorang Muslim sibuk ibadah dan bertawakal, tegas ualam besar ini.  Diantara yang dikecam dalam Islam, sambung Al-Qaradhawi, yakni seorang yang terus-menerus mengandalkan uluran tangan dari orang lain, padahal dirinya masih sehat dan kuat untuk bekerja. 

Mengutip hadits yang diriwayatkan Turmudzi, Al-Qaradhawi menegaskan, sedekah tak halal untuk orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan sempurna. Meminta-minta, termasuk dalam kategori tersbut. Nabi Muhammad saw. sangat mengharamkan seorang Muslim untuk meminta-minta. 

Sebab, langkah seperti itu dapat menurunkan harga diri dan kehormatan seorang Muslim. Hal ini juga bertentangan dengan prinsip Islam yang mengedepankan karya dan kerja. Umat Islam hendaknya membiasakan diri hidup penuh percaya diri tanpa bergantung pada orang lain, kata Al-Qaradhawi menegaskan. 

Meski demikian meminta-minta masih ditoleransi dalam batas tertentu. Ada syarat yang mengiringinya, seperti ditetapkan oleh Rasulullah saw.  

Pertama, dilakukan seorang yang menanggung beban berat maka boleh baginya meminta-minta hingga ia dapat mengatasi, tapi sesudah itu berhenti. 

Kedua, seseorang yang tertimpa bahaya yang membinasakan hartanya. Meminta-minta boleh dia lakukan hingga mendapatkan suatu standar untuk hidup. 

Ketiga, seseorang yang dirudung kemiskinan yang sangat sulit untuk berubah, mengenai hal ini ada tiga orang pandai atau alim dari kaumnya mengatakan bahwa si Fulan ditimpa kemiskinan maka halal baginya meminta-minta. 

Demikian uraian tentang "Islam Bukan Hanya Agama Langit saja, Tetapi menapak Kuat di Bumi". Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan keislaman kita. Aamiin..

0 Response to "Islam Bukan Hanya Agama Langit saja, Tetapi Menapak Kuat di bumi."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel