Kehidupan Dan Kematian Adalah Dua Peristiwa Alamiah.

h

Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Aqidah).
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Merenungi kematian berarti meluruskan niat agar kehidupan selalu dilalui dengan jalan taqwa. Setiap makhluk yang bernyawa pasti mempunyai siklus kehidupan dan kematian. Hal ini adalah peristiwa yang alamiah, ada saatnya bagi suatu makhluk untuk menikmati kehidupan, dan sebagaimana pula ada saatnya untuk merasakan kematian.
Pertanyaan yang muncul dan sangat mendasar adalah mengapa harus ada kehidupan dan kematian?. Jawaban yang benar dan tepat adalah sangat menentukan kualitas kehidupan dan sekaligus kematian seseorang. Apabila jawaban dengan serampangan dan asal-asalan terhadap pertanyaan mendasar tersebut, akan mencerminkan kehidupan serampangan pula, dan atau kematian yang konyol.

Sebab Allah menjadikan kehidupan dan kematian kepada manusia, adalah sebagai sarana ujian untuk menguji siapa yang melakukan amal kebaikan diantara manusia. Sesuai firman-Nya sebagai berikut : 
 "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS, Al-Mulk (67) : 2)
Firman Allah "Liyabluwakum ayukum ahsanu 'amala" (untuk memberi ujian siapa yang amalnya lebih baik di antara kamu). Dan terkait dengan firman-Nya, Allah bukan mengatakan "aktsaru 'amala" (terbanyak amalnya) tetapi "ahsanu 'amala" (terbaik amalnya) hal ini dikarenakan kwantitas tidaklah terlalu penting, sedangkan kwalitas adalah yang penting.

Sebab kuantitas hanya akan berpengaruh jika ada variabel-variabel substansinya yang dapat memenuhi syarat-syarat kualitas. Sebagai contoh seseorang menyumbankan uangnya dengan jumlah lima ratus ribu rupiah dengan niat ikhlas semata-mata karena mengharap ridha Allah, hal ini  lebih berkualitas dibandingkan dengan seseorang yang menyumbang dua puluh kali lipat dari orang yang telah menyumbang lima ratus ribu rupiah, tetapi tidak disertai keikhlasan yang tulus.

Ketika seseorang memberikan sumbangan dengan kualitas keikhlasan yang sama, maka sumbangan yang terbanyak sekaligus menjadi sumbangan yang terbaik. Maka sekali lagi faktor determinan/penentu utama dalam siklus kehidupan dan kematian seseorang, terletak pada tolok ukur siapa yang berbuat "ahsanu 'amala" (terbaik amalnya), bukan siapa yang "aktsaru 'amala" (terbanyak amalnya).
Sebagai contoh orang yang berumur 90 tahun, belum tentu lebih baik dari yang berumur 60 tahun. Jika yang berumur 90 tahun itu hanya berorentasi dalam hidupnya cuma mengumpulkan jumlah terbanyak dari amalnya tanpa memperhatikan amal yang mempunyai kualitas ahsanu 'amala (terbaik amalnya). Sebaliknya untuk yang berumur 60 tahun tersebut tidak hanya beramal dengan jumlah yang banyak saja, tetapi juga memiliki amal dengan ikhlas dan dikumpulkan dengan nilai "ahsanu 'amala" (terbaik amalnya).
Jika hidup berada dalam perangkap kuantitas atau jumlah yang banyak saja,  maka akan selalu memandang kematian sebagai suatu yang menyedihkan. Kata-kata bijak menyatakan "Jangan pernah bersedih karena kematian, akan tetapi bersedihlah karena belum punya bekal untuk menuju kematian".  Karena usia manusia ada dikekuasaan Allah kematian tidak ada yang tau apakah ia akan mati dalam usia muda atau tua. Dan bagi orang yang sakitpun belum tentu akan meninggal terlebih dulu dari orang yang sehat jasmaninya.
Berkait dengan kesehatan atau orang yang sakit  memang dapat kita usahakan dengan berobat kedokter untuk mencari kesembuhan agar dapat hidup lebih lama. Namun profesi dokter bukan untuk memperpanjang umur, apalagi memperpendek umur. Profesi dokter tugasnya hanya mempersembahkan ikhtiar-ikhtiar medik terbaik untuk manusia. Dan setelah ikhtiar-ikhtiar medik dipersembahkan, maka usia manusia akan panjang atau pendek, hal itu kita serahkan kepada Allah SWT. Karena di akhirat Allah tidak akan pernah mempersoalkan umur si Fulan, dan juga Allah tidak akan menetapkan kriteria kemuliaan seseorang berdasarkan umur.
Saatnya kita kembali pada hakekat kehidupan dan kematian sebagai sebuah skema dari Allah untuk menguji siapa yang terbaik amalnya dan siapa yang terbaik ikhtiarnya. Hanya dari hakekat ini kita dapat berbicara tentang kehidupan yang terpuji dan mulia, dan atau kematian yang terhormat, kalau kita menggunakan bahasa agama adalah kematian yang husnul khatimah.

Demikian sekelumit uraian tentang "Kehidupan Dan Kematian Adalah Dua Peristiwa Alamiah". Semoga bermanfaat dan dapat menambah khazanah dalam pengamalan agama islam yang mulia ini. Wallahu 'alam bishawwab.

0 Response to "Kehidupan Dan Kematian Adalah Dua Peristiwa Alamiah."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel