Koreksi Shalat Kita, Sudahkah Khusyu' Dengan Jiwa dan Raga?


Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Shalat)

Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...

Mendirikan Shalat secara khusyu' disertai jiwa dan raga yang penuh keikhlasan semata mengabdikan diri kepada Allah SWT, akan menghasilkan banyak manfaat positif terhadap kehidupan di dunia ini. Karena shalat yang khusyu' akan membentuk jiwa kita menjadi tenang, dan ketenangan akan menghasilkan karya yang bermanfaat dalam menopang berbagai kehidupan di dunia ini. 

Suatu ketika Syekh Abu Al-Hasan al-Syadzili didatangi oleh beberapa ahli fiqih yang berasal dari kota Turki untuk mengetahui kealiman beliau. Beliau tatap mereka semua, lalu bertanya : "Wahai para Fuqaha, apakah kalian sudah shalat? "  Dengan tegas  mereka menjawab, Apakah ada diantara kami yang tidak shalat?"  Al-Sydzili membaca firman Allah :  
   
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah". Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. (QS. Al-Ma'aarij : 19 -22).

"Apakah kalian demikian? Yakni, jika ditimpa musibah kalian gelisah dan jika mendapat kebaikan kalian kikir?". Mereka pun diam. Akhirnya beliau meneruskan perkatannya, "Kalau begitu kalian masih belum shalat".

Shalat yang sesungguhnya adalah yang dilakukan dengan lahir dan batin, raga dan jiwa secara konsisten dan terus menurus (dawam). Mereka yang shalat secara fisik, tetapi hatinya tidak hadir mengingat Allah berarti jiwanya tidak shalat. Mereka akan gagal memahami pesan dan esensi shalat tersebut. Begitu juga shalat karena riya dan bermalas-malasan menunjukkan mental munafik (QS an-Nisa : 142). Akibatnya shalat tidak memberi efek positif terhadap perilaku dan kinerjanya.  

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu ingin menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalatnya) di hadapan manusia. Dan mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali". (QS. An-Nisa 142).
Sayyidina Ali r.a. seperti dikutip Imam Al-Birgawi hal. (929-981) dalam kitab Vaiyyetname (terjemah.Buku Saku Iman dan Islam), menyatakan, ada empat jenis ibadah. 
Pertama, mendirikan shalat hanya sebagai gerakan tubuh tanpa makna. Inilah yang disebut oleh Nabi saw. "Berapa banyak orang yang shalat, tetapi tidak merasakan apa-apa selain lelah. 

Kedua, ibadah yang dilakukan dengan harapan bahwa Allah memberinya bagian dari dunia, seperti uang, kemasyuhuran, dan lainnya. Hal yang demikian bukanlah ibadah, melainkan dagang karena orang yang beribadah seperti itu mengharapkan bayaran berupa bagian dunia maupun nikmat akhirat.

Ketiga, ibadah yang dilakukan untuk bersyukur. Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. menyebutkanya sebagai ibadah yang beronrientasi pada kepentingan diri. 

Keempat, ibadah yang tertinggi adalah pengagungan si pencipta kepada yang dicintai, yang didorong oleh kecintaan murni kepada Allah SWT. Inilah kelompok yang disebut sebagai : "Orang yang Dia cintai dan yang mencinta-Nya" (QS. al-Maidah : 54).
Maka dirikanlah Shalat dengan khusyu' serta menyertakan raga dan jiwa hanya mengharap keridhoan Allah Swt. semata. Karena hanya dengan begitu, shalat akan meneguhkan seseorang terhindar dari perbuatan keji dan munkar, mudah bersyukur, dan senantias bersabar, tidak kikir, tak pula mudah mengeluh dan berputu asa. Shalat yang dilakukan dengan sepenuhnya karena semata-mata hanya kepada Allah SWT saja, akan menuntun manusia menuju puncak spiritual tertinggi sebab shalat adalah mi'rajnya setiap mukmin.
Kesucian rohani yang dimiliki akan mendorong orang untuk berbuat kemaslahatan umat, seperti pesan dari bacaan dan gerakan terakhir dalam shalatnya : membaca salam ke-kanan dan ke-kiri yang mengandung filosofis agar kita peduli dengan sesama. Baik yang berada di kanan kita yang nobene bersikap baik, maupun disebelah kiri kita yang kadang membuat kita sakit karena ulahnya, tepai kita sebagai orang yang beriman dituntut utuk sabar dan selalu berdo'a agar orang tersebut menjadi baik. Wallhu 'alam bisowwab. 

Demikian uraian singkat tentang "koreksi shalat kita sudahkah khusyu' dengan jiwa dan raga?.  Semoga bermanfaat dan dapat kita amalkan dengan tulus ikhlas semata karena Allah SWT. Aamiin...

0 Response to "Koreksi Shalat Kita, Sudahkah Khusyu' Dengan Jiwa dan Raga? "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel