SEJARAH KEAJAIBAN HAJAR ASWAD

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
    Kajian Islam (Katagori Sejarah)

     Pembaca budiman, semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan Rahmat, hidayah, serta bimbinganya kepada kita sekalian dalam segala aktivitas di dunia ini untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Aamiin...


    Rasiyambumen/Pelangi Khazanah Islam memposting kajian :  Sejarah dan Keajaiban Hajar Aswad. 

    "Hajar aswad diturunkan dari surga, warna aslinya lebih putih dari susu, dan dosa-dosa anak adamlah yang menjadikannya berwarna hitam". (Hadits Rasulullah saw.) Jami'al Tirmidzi.

     Hajar Aswad adalah batu rubi bundar yang berwarna hitam dan berlubang, terletak di sudut tenggara Ka'bah atau sebelah kiri Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah). Tingginya sekitar 150 cm, berada di atas tanah. Batu ini mempunyai lingkaran sekitar 30 cm dan garis tengah sekitar 30 cm, lebih besar dari lingkaran wajah manusia. Karena itulah orang yang ingin mencium b atu ini harus memasukkan mukanya kedalam lubang itu. Kepala yang besar pun dapat dimasukkan kedalam lubang Hajar Aswad.

      Baca juga Khutbah Jum'at 3 Perumpamaan Manusia Yang Digambarkan Dalam Al-Qur'an

      Menurut banyak riwayat, antara lain Abdullah bin Umar bin Khattab, Hajar Aswad berasal dari surga. Riwayat oleh A'id bin Jubair r.a dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka'bra menerangkan bahwa Hajar Aswad dibawa turun oleh Malaikat dari langit ke dunia.  Abdullah bin Abbas juga meriwayatkan bahwa Hajar Aswad ialah batu yang berasal dari surga. Tidak sesuatu selain batu itu yang diturunkan dari surga kedunia ini.  Riwayat-riwayat diatas disebutkan oleh Abu al-walid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Azraki (224 M / 837 H), seorang ahli sejarah dan penulis pertama sejarah Mekkah.  Ttidak ditemukan informasi yang jelas tentang siapa yang meletakkan Hajar Aswad itu pertama kali ditempatnya di Ka'bah, apakah malaikat atau Nabi Adam A.S. 

    Hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam ini sudah licin karena terus menerus dicium dan diusap-usap oleh milyaran manusia sejak zaman Nabi Adam a.s. yaitu jama'ah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji maupun untuk umrah.

     Hasil shahih riwayat Bathaqie dan Ibnu Abbas r.a.  Bahwa Rasulullah saw. bersabda : " Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat, Ia dapat melihat dan dapat berkata-kata, Ia akan menjadi saksi terhadap orang-orang yang pernah menciumnya, memegangnya dengan ikhlas". Hadits tersebut mengatatan bahwa disunnatkan membaca do'a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan tawaf atau pada setiap putaran, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.  Artinya "Bahwa Nabi saw, datang ke Ka'bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar" 

   Pada awalnya Hajar Aswad tidak berwarna hitam, melainkan berwarna putih bagaikan susu dan berkilat memancarkan sinar yang cemerlang. Abdullah bin Amr bin As r.a. menerangkan bahwa perubahan wara Hajar Aswad dari putih menjadi hitam dikarenakan sentuhan orang-orang yang musyrik. Hal yang sama diungkapkan oleh Zubair bin Qias. Beliau mengatakan bahwa sesungguhnya Hajar Aswad adalah salah satu batu dunia yang berasal dari surga yang dahulunya berwarna putih berkilauan lalu berubah menjadi hitam karna perbuatan keji dan kotor yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Namun kelak batu ini akan berwarna putih kembali seperti sedia kala.  Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan. Sekiranya Allah Swt. tidak memadamkan kilauanya, tidak ada seorang manusia pun  yang sanggup memandangnya.

      Pada tahun 606 M, ketika Rasulullah berusaia 35 tahun, Ka'bah mengalami kebakaran besar sehingga perlu dibangun kembali oleh beliau dan kabilah-kabilah yang terdapat di sekitar Mekkah ketika itu. Ketia pembangunan itu selesai dan Hajar Aswad akan diletakkan kembali ditempatnya, terjadi perselisihan diantara kabilah-kabilah itu tentang siapa yang paling berhak meletakkan batu itu ditempatnya. Melihat keadaan ini Abu Ummayah bin Mughirah dari suku Makzum sebagai orang yang tertua, mengajukan usul bahwa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad ditempatnya adalah seorang yang pertama kali memasuki pintu Safa keesokan harinya.

    Ternyata pada keesokan harinya orang yan g pertama kali memasuki pintu Safa adalah Muhammad yang saat itu belum menjadi Rasul.   Dengan  demikian dialah yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad ditempatnya. Namun dengan keadilan dan kebijaksanaannya, Muhammad tidak langsung mengangkat Hajar Aswad itu. Beliau melepaskan sorbannya di tengah-tengah anggota kabilah yang ada. Hajar Aswad lalu diletakkannya ditengah-tengah sorban itu. Beliau kemudian meminta para ketua kabilah untuk memegang seluruh tepi sorban dan secara bersama-sama mengangkat sorban sampai ketempat yang dekat dengan tempat diletakkannya Hajar Aswad. Muhammad sendiri mengangkat batu itu lalu meletakkannya di tempatnya.
   Tindakan Muhammad ini mendapat penilaian dan penghormatan yang besar dari kalangan ketua kabilah yang berselisih faham saat itu.  

    Awalnya Hajar Aswad tidak dihiasi lingkaran pita perak disekililingnya lingkaran itu dibuat pada masa-masa berikutnya. Menurut Abu alWalid Ahmad bin Muhammad al-Azrak. seorang ahli sejarah kelahiran Mekkah, Abdullah bin Zubair adalah orang pertama yang memasang lingkaran pita perak disekeliling Hajar Aswad dan membuatnya lebih berkilat dan berkilau.

    Usaha berikutnya dilakukan oleh Sultan Abdul Majid, khalifah Utsmaniyah (1225-1277 H).  Pada tahun 1268 H, Sultan menghadiahkan sebuah lingkaran emas untk dililitkan pada Hajar Aswad, sebagai pengganti lingkaran pita perak yang telah hilang. Lalu lingkaran emas itu diganti lagi dengan lingkaran perak kembali oleh Sultan Abdul Aziz  Khalifah Utsmaniyah (tahun 1861-1876).  Pada tahun 1331 H, atas perintah Sultan Muhammad Rasyad. (Muhammad Rasyad memerintah pada tahun 1909-1918), lingkaran pita perak itu diganti dengan lingkaran perak yang baru. Untuk menjaga dan mengekalkan keutuhannya.

      Hajar Aswad pada Zaman Nabi Ibrahim a.s. 
     Ketika Nabi Ibrahim a.s. bersama anaknya membina Ka'bah banyak kekurangan yang dialami. Pada mulanya Ka'bah tidak memiliki pintu masuk . Nabi Ibrahim a.s. bersama Ismail putranya, mengangkut batu dari berbagai gunung. Namun saat hampir menyelesaikan pembangunan Ka'bah tersebut Nabi Ibrahim a.s. masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Ka'bah. Beliau kemudian berkata kepada Ismail, pergilah engkau mencari batu lagi yang akan aku letakkan di Ka'bah sebagai penanda bagi manusia.

    Ismail kemudian pergi dari suatu bukit ke bukit lainnya untuk mencari batu yang paling baik dan sesuai. Ketika sedang mencari batu disebuah bukit,  tiba-tiba datang malaikat Jibril A.S. memberikan sebuah batu yang cantik. Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu dan beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s. bertanya. "darimanakah kau mendapatkan batu ini?" Ismail menjawab, "Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril A.S.) "Nabi Ibrahim a.s. mencium batu itu lagi dan dikuti oleh putranya Ismail, bahkan ketika sudah dekat Ka'bah batu itu segera diletakkan di tempatnya. Nabi Ibrahim a.s. dan putranya menggotong batu itu sambil memutari Ka'bah sebanyak 7 putaran. 
   
   Umar bin Khattab pernah menyampaikan bahwa Rasulullah saw. sendiri pernah mencium Hajar Aswad. Saat Umar bin Khattab berada dihadapan Hajar Aswad dan menciumnya, beliau berkata : "Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanya sebongkah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciumnya, niscaya aku tidak akan menciummu" (Hadits no.228 kitab Sahih Muslim). Sampai saat ini hajar Aswad dicium oleh orng-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka'bah di sunahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu bahkan juta, kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu. Bagi yang tidak bisa mencium cukup memberikan isyarat lambaian tangan. Apabila manusia mencium batu itu maka timbulah seolah-olah mencium Nabi Ibrahim s.a. dan Nabi Ismail a.s.

    Hadits shaheh riwayat Turmidzi dan Abdullah bin Amir Ash mengtakan bahwa Rasulullah saw. bersabda : "Rukun (hajar Aswad) dan maqam (Batu maqam Ibrahim) berasal dari batu rubi surga yang kalau tidak karena sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya".  
    

      Hadits Siti Aisyah r.anha mengatakan sabda Rasulullah saw. " Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat ".  Berdasarkan hadits itulah setiap jama'ah Haji baik yang mengerti atau tidak mengerti akan mengatakan bahwa disunahkan membaca doa ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan tawaf atau pada setiap putaran. Mencium Hajar Aswat pada saat Haji di B aitullah tidak dapat diwakilkan.

      Karena sangat bersejarah, ada orang yang ingin mencium Hajar Aswad. Pada bulan Muharram 1351 datang seorang laki-laki ke Ka'bah. Ia mencungkil Hajar Aswad, dan mencuri potongan kain Kiswah dan membawa sepotong perak dari tangga Ka'bah. Syukurlah penjaga Masjid mengetahuinya, lalu laki-laki itu ditangkap dan dihukum.

      Hajar Aswad yang menempel pada sudut Ka'bah merupakan tanda arah tawaf dimulai dan berakhir. jadi Hajar Aswad bukanlah benda istimewa secara nilai harfiyah, tetapi sangat tinggi nilai hakikat keluhuran didalamnya. Maka secara syariat tidak boleh dikeratkan. Potongan batu Hajar Aswat bisa dijumpai di Masjid Sultan Ahmed, Masjid Sulaiman, Dari Humais bin Abi Sawiyyah r.a. bahwa ia pernah mendengar Ibnu Hisyam bertanya kepada Atho Ibnu Abi Ribbah r.a. ketika Atho sedng tawaf di baitullah. Atho meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a pernah mengatakan Sabda Rasulullah saw. "Bahwa di sekitar Hajar Aswad ada 70 Malaikat dan jika seseorang (yang sedang tawaf) berdoa "Ya Allah berilah aku kebaikan dunia dan akhirat dan jauhkan aku dari siksa api neraka, maka para Malaikat akan mengamininya.

     Ketika sampai di Hajar Aswad Ibnu Hasyim bertanya kembali, "Apa yang kau ketahui tentang Hajar Aswad ini Tho? Atho menjawab bahwa Abu Hurairah pernah mengatakan pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda : "Barang siapa yang menyentuhnya, maka sebanarnya ia menyentuh tangan Ar-Rahman (Tangan Allah)" (HR Ibnu Majah Al-Mundziri mengatakan bahwa hadits ini di-Hasankan oleh sebagian ulama Tarmidzi).    

   Hajar Aswad menghitam akibat banyaknya dosa manusia yang melekat disana pada saat mereka melakukan tobat. Ketika Hajar Aswat turun dari surga, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu lalu menjadi hitam akibat dosa-dosa anak Adam. (HR Tirmidzi).

      Dalam penilaian lainnya, terungkap bahwa batu Hajar Aswat merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah museum di negara Inggris ada 3 buah potongan batu-batu tersebut (dari Ka'bah) dan pihak museum juga mengatakan bahwa bongkahan batu tersebut bukan dari system tata surya kita.  Ketika beberapa ilmuan membaca kabar tentang keutamakan-ketutamaan dan keajaiban-keajaiban yang dimiliki Hajar Aswad, mereka mengira bahwa Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari terbawa arus banjir dari daerah sekitar Mekkah, lalu terletak begitu saja di Makkah, dekat Ka'bah. Untuk menguji hal tersebut, Asosiasi Geografi kerajaan Inggris mengutus seorang bernama Richard Francis Burton untuk mengunjungi Arab Saudi (Hijaz) dengan menyamar menjadi Haji dari Afganistan.  Ini terjadi pada pertengahan abad ke-19 (1853 M/1269 H). Richard Burthon langsung mengusung misi mencuri pecahan Hajar Aswad lalu membawanya ke Inggris dan dia berhasil. 


      Penelitian dilakukan atas Har Aswad, hasil penelitian menunjuk bahwa Hajar Aswad bukan termasuk bebatuan bumi, melainkan batu langit/luar angkasa yang menyerupai meteor. Hajar Aswad memiliki komposisi kimiawi dan mineral tersendiri yang berbeda dari meteor. Penelitian ini menjadikan Richard Burton memeluk agama Islam. Kisahnya ini tulis dalam buku dengan berjudul "Rihlah ila Makkah (A Journey to Mecca)

     Prior-Hey, seorang geolog mempublikasikan Catalog Of Meteorities (1953) yang telah bertahun-tahun disusunnya. Prir-Hey menganggap bahwa Hajar Asawd adalah batu meteor, sehingga turut dimasukkan ke dalam katalognya. Anggapan Prior-Hey berasal dari pendapat Kahn, seorang geologi lainnya, yang pada tahun 1936 berpendapat bahwa Hajar Aswad adalah batu meteor aerloit, yaitu meteor yang tersusun dari senyawa-senyawa penyusun batuan dan tidak didominasi oleh besi dan nikel yang berlimpah seperti meteor besi pada umumnya.

     Ide Hajar Aswad sebagai meteorit terakhir kali diangkaty oleh Elsebeth Thomsen, seorang geologi dari Swedia pada tahun 1980. Thomsen menggunakan pendekatan tak langsung yakni dengan menegakkan dugaan bahwa Hajar Aswad kemungkinan besar merupakan batuan yang dibentuk akibat suatu proses tumbuhan, benda langit. Yaitu proses jatuhnya meteorit besar dengan kecepatan sangat tinggi sehingga diikuti dilepaskan dalam peristiwa ledakan nuklir.

   Persamaan dari berbagai tersebut adalah bahan-bahan yang te3rkandung di dalam Hajar Aswad memang unik. Komposisinya tidak menyerupai batuan yang ada di bumi, sehingga dikatagorikan sebagai batu meteorit oleh peneliti.  Anehnya komposisi dari batu ini tetap berbeda dan unik jika dibandingkan dengan batuan meteorit lainnya. Sampai saat ini, para peneliti masih terus meneliti asal usul batu Hajar Aswad.

      Perjalalan Hajar Aswad.
      1859 - 1820 SM : Nabi Ibrahim a.s. meletakkan Hajar Aswad di Ka'bah ketika membangun Ka'bah.
      400 M : Amr bin Harits bin Madhah al-Jurhum memasukkan ke dalam sumur Zam-zam.
    Ditahun yang sama. Qushay bin Kilab (kakek keliam Rasulullah saw.) meletakkan kembali Hajar Aswad ke Ka'bah. 
       606 M : Banjir merusak Ka'bah.
       180 H.Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak disekeliling Hajar Aswad.
        7 Dzulhijjah 317 H  : Abu Tahir Al-Qurmuthi merenov Hajar Aswad.
       10 Dzulhijjah 339 H : Hajar Aswad dikembaliakan ketempat asalnya.  
       363 H : Seorang laki-laki dari Bani Fatimiyyah memecahkan Hajar Aswad.
       1268 H : Sultan Abdul Majd mengganti lingkaran emas Hajar Aswad menjadi lingkaran perak.
      Muharram 1351 H : Seorang laki-laki asal Afganistan mencukil pecahan Hajar Aswad dan mencuri  potongan kain Kiswah Ka'bah.
     28 Rabiul Akhir 135 H Raja Abdul Aziz bin Abdr Rahman as-Saud merekatkan kembali Hajar Aswad yang telah pecah dan memberinya lingkaran perak di sekelilingnya.

   Demikian sekilas Sejarah Asal-Usul dan Keajaiban Hajar Aswad. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan dalam pengetahuan Islam.


      



0 Response to "SEJARAH KEAJAIBAN HAJAR ASWAD"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel