Sunnah Nabi di Bulan Dzulhijjah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ 
Assalamu'alaikum wr.wb. Kajian Islam (Katagori Posting Aqidah).
Pembaca budiman, semoga Allah selalu memberikan rakhmat dan ridha-Nya dalam segala aktivitas kita di bumi ini. Aamiin...
Rasiyambumen/Pelangi Khazanah Islam, memposting : materi : Sunnah Nabi di Bulam Dzulhijjah. 
Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh Dzulhijjah.

Bulan Dzulhijjah termasuk bulan yang punya makna penting. Momen dimana kaum Muslimin merayakan Hari Raya kedua, yaitu Idul Adha atau Hari Raya Qurban.
Pertama : Keutamaan Dzulhijjah.
Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan "Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah" (HR. Muslim) 
Mereka bertanya : "Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau menjawab : "Tidak juga jihad fisabillah, keculai orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun." (HR. Riwayat al-Bukhari) 
Kedua : Menunaikan Ibadah Haji dan Umrah.
Amalan ini paling utama, berdasarkan ber
bagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain :
Rasulullah saw. bersabda : "Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan), dan haji mabrur tiada lain balasannya kecuali surga." (Riwayat Muttafaqun 'alaih)  
Bagi yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, dian jurkan memberbanyak puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah. 
Terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) ketika para jama'ah haji sedang wukuf di padang Arafah.
Dari Abu Qatadah, Rasulullah saw. bersabda : "Berpuasa pada hari Arafah niscaya dapat melebur dosa-dosa setahun  sebelumnya dan sesudahnya" (Riwayat Muslim)   
Keempat : Memperbanyak Tahlil, Takbir dan Tahmid. 
Sahabat Abdullah ibnu Umar r.a meriwayatkan: "Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (dzulhijjah) ini.  Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid. (Riwayat Ahmad).
Imam al-Bukhari menceritakan, para sahabat seperti Abdullah Ibu Umar dan Abu Hurairah r.a. bertakbir hingga keluar pasar-pasar dan tempat keramaian lainnya seraya mengajak orang lain.
Kelima : Memotong Hewan Qurban.    
Ibadah ini awalnya berasal dari berasal dari sunnah Nabi Ibrahim a.s ketika ia diminta menyembelih putranya yatiu Nabi Ismail a.s.
Kini umat Islam hanya diperintahkan memotong hewan qurban sebagai pendekatan diri kepada Allah swt.
Waktu berqurban dilaksanakan pada hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) hingga tiga hari sesudah tanggal 10 Dzulhijjah, (11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
"Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)" (al-Kautsar (108) : 2).
Keenam : Larangan mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang akan atau hendak Berqurban.
      وَأَتِمُّوا۟ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّـهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْىِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا۟ رُءُوسَكُمْ   حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْىُ مَحِلَّه 
 "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah, jika kamu terkepung (terhalang) oleh musuh atau karena sakit, maka (sembelihlah) qurban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum qurban sampai di tempat penyembelihannya". (QS al-Baqarah (2) :196)

Keterangan : (sampai di tempat penyembelihan) artinya hewan yang akan diqurbankan sudah disembelih. (baru diperbolehkan mencukur rambut kepala atau memotong kuku)

Dari Ummu Salamah r.anha Rasulullah saw. bersabda : "Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah, dan salah seorang di antara kamu ingin berqurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong rambut dan kukunya" (HR. Riwayat Muslim).
Secara Dzahir, larangan ini bagi orang yang berqurban saja. tidak berlaku buat keluarganya, kecuali jika mereka semua ikut berpartisipasi dalam berqurban. 
Keterangan: (berpartisipasi) dalam pengertian : keluarga membantu untuk membeli hewan tersebut.

Ketujuh : Menunaikan Shalat Idul Adha. 
Sebaiknya melaksankan shalat Idul Adha di lapangan sebagai salah satu syiar dakwah.
Namun berbeda dengan Idul Fitri, Pada shalat Idul Adha kaum muslimin disunnahkan tidak meminum atau makan (masih dalam berpuasa) hingga selesai melaksanakan shalat Idul Adha. 
Sebaliknya shalat Idul Fitri disunnahkan untuk minum atau makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat tersebut.

Dalam khutbah Id, tersebut para khatib seyogyanya agar mengingatkan tentang kisah pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dan ketaqwaan putranya (Ismail a.s.) 

Demikian materi singkat ini tentang Sunnah Nabi di Bulan Dzulhijjah. Semoga bermanfaat.
Pembaca klik link ini : Sejarah Nabi dan Sahabat.






0 Response to "Sunnah Nabi di Bulan Dzulhijjah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel