PETUNJUK KHUTHBAH JUM'AH KE 1

I. MENDIRIKAN SHALAT JUM'AH

1. Shalat jum'at harus dilakukan dua raka'at sesudah khuthbah pada waktu dzuhur di hari Jum'at.
2. Hukum sholat jum'ah adalah wardhu ain.
3. Orang yang wajib melakukan shalat jum'ah :
    a. Islam, jadi tidak wajib bagi orang kafir
    b. Baligh (dewasa), tidak wajib bagi anak-anak
    c. Berakal sehat, tidak wajib bagi orang gila atau orang yang sakit jiwa.
    d. Sehat, tidak wajib bagi orang sakit yang membahayakan.
    e. Mukim, maksudnya ia di tempat tinggal, tidak dalam perjalanan yang jaraknya diperbolehkan    mengqashar (meringkas) atau menjamak shalat.

II.  KHUTHBAH JUM'AT.

* Syarat-syarat khutbah Jum'ah.
   1. Khotib (yang berkhuthbah) harus orang laki-laki (tidak boleh orang perempuan)
   2. Khotib harus suci dari hadats kecil maupun besar (suci dari najis).
   3. Badan, pakaian dan tempat khuthbah harus suci dari najis. :
       a. Menutup aurat
       b. Berdiri bagi yang kuasa (mampu) berdiri
       c. Duduk antara dua khuthbah
       d. Dengan suara yang dapat di dengar oleh para jama'ah jum'ah dengan jelas.
       e. Dimulai sesudah matahari tergelincir.
       f. Berturut-turut, rukum dan pelaksanaan khuthbah dengan shalatnya, tidak boleh desela-sela              dengan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan khuthbah.

* Rukum dua khuthbah.
    1. Khuthbah harus diawali dengan membaca "hamdalah" 
    2. Mengucapkan (membaca) shalawat Nabi Muhammad s.a.w.
    3. Membaca dua kalimat syahadah.
    4. Menganjurkan para jama'ah jum'ah untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
    5. Membaca ayat Al Qur'an pada salah satu dua khuthbah.
    6. Berdoa.

III. BEBERAPA HAL YANG DISUNNAHKAN BAGI KHOTHIB
      1. Khathib melaksanakan khuthbahnya di atas mimbar
      2. Khathib mengucapkan khutbahnya dengan lisan yang jelas, faseh, sederhana dan mudah dime-
          ngerti oleh para jama'ah
      3. Khathib sebelum memulai khuthbahnya hendaknya memberi salam terlebih dahulu.
      4. Khathib hendaknya tetap menghadap kepada para jama'ah jangan sampai berputar-putar.
      5. Khathib hendaknya dalam membawakan khuthbahnya tidak menimbulkan para jama'ah mejadi
          tertawa-tawa.
      6. Pada waktu duduk diantara dua khuthbah, hendaknya khatib membaca surat Al-Ikhlas.
      7. Berpakaian yang sopan, rapi dan akan lebih bagus bila memakai jubah putih


----------------------------"----------------------------



    Khuthbah  Jum'ah  Ke- 1 














                                                    
BERTAQWA KEPADA ALLAH
  Kaum muslimin yang berbahagia.
        Pada saat yang berbahagia ini , mari secara sadar kita berusaha meningkatkan rasa taqwa kita kepada Allah SWT, dengan jalan bersungguh-sungguh di dalam mematuhi perintah-perintah Allah, dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya dan berusaha untuk meninggalkan larangan-larangannya, atas dasar kecintaan semata.

       Sesungguhnya setiap mukmin akan merasa berbahagia karena telah mampu memenuhi segala yang diperintahkan Allah dilaksanakan, dan yanag dilarang ditinggalkanya. Tetapi akan timbul suasana sebaliknya yakni kekalutan, keresahan dan tidak ada ketentraman dalam hidup bila ia selalu terjerumus terus menerus ke dalam jurang perbutan maksiat yang dilarang Allah SWT.  Orang seperti ini tampaknya merasa bebas karena tidak terikat dengan perintah-perintah Allah tetapi kemauan hawa nafsu yang senantiasa mendorong terus terhadap pribadinya untuk hidup leluasa dan bebas.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
        Karena itu kita perlu membentuk diri menjadi mukmin yang baik, yakni mukmin yang bersikap mental sebagai orang yang patuh, tunduk melaksanakan perintah-perintah Allah dan merasa takut bila hendak menerjang larangan-larangannya.  Mukmin yang seperti ini telah deterangkan oleh Allah di dalam Al Qur'an yang memuat beberapa pokok persoalan yang dimiliki oleh setiap orang mukmin sebagai orang yang taqwa kepada Allah.   Sebagamana Firmannya: 
الٓمٓ
 ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنفِقُونَ
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
                                                أُو۟لٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
 Artinya : "( Alif Lam Mim). Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan didalamnya, sebagai petunjuk buat mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib,  mendrikan sholat dan menafkahkan sebagian rizqi yang Kami anugerahkan kepadanya. Dan mereka yang beriman kepada kitab Al Qur'an yang tirunkan kepadamu (Muhammad) dan kita-kitab suci yang diturunkan sebelum kamu, yakin akan kehidupan akhirat. Mereka itulah orang yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung"  (QS Al-Baqarah : 1 - 5)
Banyak sekali inti yang dapat diambil dari ayat-ayat di atas yang pada pokoknya dapat dipahami, bahwa ciri-ciri pokok ada pada diri seorang yang patut dikatakan "Taqwa" kepada Allah, yaitu :
1. Mereka yang beriman kepada yang ghoib, seperti adanya Allah, Malaikat, hari kiamat, siksa dan balasan, surga dan neraka.
2. Mereka yang telah melaksanakan pokok-pokok ibadah terutama seperti ; sholat, Puasa, Zakat menginfakkan sebagian hartanya dan membelanjakan di jalan Allah. Hal ini menjadi bukti nyata adanya iman kepada Allah yang ghaib.
3. Mereka yang beriman kepada yang ghaib dan melaksanakan ibadah maka baginya keberuntungan dalam hidup dan kehidupan dunianya sampai kelak di akhirat.
      Keberuntungan dalam hidup inilah yang merupakan wujud dari cita-cita manusia dan menjadi tujuan akhir yakni tujuan akhir dari segala kegiatan hidup manusia di dunia ini. Karena itu bila seseorang telah bertaqwa kepada Allah, maka sampailah ia ke derajat yang tertinggi, bahkan ketaqwaannya akan lebih sempurna jika disertai dengan sikap mental yang teruji menurut pandangan Allah, sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 

Pertama : Selalu menuju kepada ampunan Allah dalam arti bekerja dalam hidup ini selalu hanya berharap ridha Allah semata, bukan yang dilarang dan yang dimurkainya.

Kedua : Sanggup menahan diri dari segala macam amarah, sebab manusia yang dapat menahan diri dari sikap dan perbuatan yang didorong oleh amarahnya, maka akan menjadi orang yang berjiwa besar, terhormat dan disegani.

Ketiga : Suka berbuat baik, pemaaf, jujur , tidak pendendam, tidak dengki dan sebagainya, sehingga bila terpeleset melakukan dosa-dosa meskipun dosa kecil, maka ia cepat-cepat bertaubat kepada Allah dan kembali kepada yang benar, maksudnya yang benar  dan diridhoi Allah.
Dari sinilah orang tersebut akan dapat meraih derajat yang paling mulya di hadapan Allah, sebagaimana dijelaskan di dalam suatu ayat :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَىٰكُمْ    
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang paling mulya diantara kamu di hadapan Allah, adalah orang-orang yang paling taqwa dintaramu. (QS Al-Hujuraat :13)

Hadirin sidang jum'ah yang dimulyakan Allah. 
        Kalau kita renungkan bersama-sama firman Allah di atas, maka jelas dinyatakan , bahwa orang yang paling mulya di hadapan Allah adalah orang yang paling taqwa, bukan orang yang berharta, bertahta, bukan orang yang hidupnya bebas karena segala kebutuhan terpenuhi dan terpenuhi pula kepuasannya. Orang yang taqwa inilah orang yang benar-benar sanggup membuktikan dirinya sebagai orang yang patuh melaksanakaan perintah-perintah Allah dan yang disenangiNYa serta menjauhi larangan-laranganNya dan segala yang dibencinNya sehingga mulyalah kita dihadapan Allah. 

         Apabila masing-masing kita bertaqwa, sehingga membentuk masyarakat yang seluruhnya bertaqwa kepada Allah, maka tidak hanya kemulyaan itu saja yang diberikan, namun Allah akan memberikan jaminan dan melimpahkan pula kemakmuran, kesejahteraan penduduknya, dan ketentraman yang disertai limpahan serta naungan keselamatan dalam hidup sehari-hari. Di tengah-tengah masyarakat yang bertaqwa seperti itu, Allah menumpahkan air hujan dari langit yang membawa berkah, semua tanah ladang menjadi subur, pertanian dan tanaman-tanaman tumbuh subur berbuah melimpah, tidak diserang hama apapun. Hal ini menjadikan penduduk tidak kurang pangan dan sandang serta papan. Mereka hidup aman tenteram tak kurang dari sesuatu apapun. Sebaliknya jika suatu masyarakat sudah tidak lagi mencintai perintah Allah, bahkan berani terang-terangan berbuat maksiat dan sedikitpun tidak punya rasa malu bahkan merasa bangga, maka tunggu saja azab Allah diturunkan di sana sini timbul gunung meletus banjir bandang menyapu semua tanaman pertanian, bahkan sempat merobohkan rumah-ruam dan sempat pula menelan korban jiwa.
Allah SWT. berfirman :
 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَاتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ وَلٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ 
Artinya : " Dan jika penduduk negeri, mereka semua-sama beriman dan bertaqwa (kepada Allah) sungguh Aku akan bukakan barokah dari langit dan Aku keluarkan barokah dari bumi, tetapi jika mereka mendustakannya, maka Aku ambil semuanya dari mereka segala apa yang mereka telah kerjakan."  (QS Al-A'raaf : 96) 
    
Kaum muslimn sidang jum'ah yang dimulyakan Allah. 
Berdasarkan  penjelasan di atas, maka kami mengajak mari sisa hidup yang masih ada ini, kita pergunakan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Mudah-mudahan dengan amal taqwa itu, Allah melimpahkan berkahNya, melimpahkan keselamatanNya di bawah ridhaNya, sehingga kita benar-benar termasuk hamba Allah yang beruntung di dunia dan diakhirat kelak. Aamiin...   

Khothbah kedua  : Doa jum'at ......... silakan sesuai pilihan.

Penutup                                                                                        





0 Response to "PETUNJUK KHUTHBAH JUM'AH KE 1"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel